Salat Bersama Bundo

Kania membasuh wajahnya, ia melakukan gerakan-gerakan yang persis sama seperti yang dilakukan oleh bundo. Ya, Kania adalah gadis yang sangat cerdas, ia akan sangat mudah belajar dan ia bisa menghapal dengan sekali melihat atau sekali membaca, jadi mempelajari sesuatu yang baru tidak akan terlalu berpengaruh kepadanya.

Kania kemudian melangkahkan kakinya menaiki anak tangga rumah bagonjong dengan hati dan jiwa yang terasa sangat tenang dan damai.

'Apakah setelah mengambil air wudhu jiwa kita menjadi setenang ini?' ucap Kania takjub kepada dirinya sendiri.

Andaikan Kania tahu kalau air wudhu mampu meredam amarah dan emosinya, mungkin saja Keyla akan melakukan hal itu berulang kali, karena selama ini Keyla memang bermasalah dengan emosi dan amarahnya. Kania sering naik darah dan terbakar api amarah perkara hal-hal kecil, dan sifat itu adalah warisan dari papanya.

Kania melihat bundo tengah mengenakan mukena, wajah beliau terlihat bercahaya, putih, bersih walau tanpa menggunakan make up sama sekali. Wajah yang terlihat cantik alami dari dalam dan terlihat meneduhkan ketika dipandang. Sungguh, Kania merasa tertegun dengan wajah manusia yang beriman dan mencintai Allah dalam setiap hari-harinya.

"Sayang, sini, Nak, pake mukenanya," ujar bundo sembari melambaikan tangannya kepada Kania dengan senyum menawan yang terlihat sangat indah.

Perlahan Kania mengenakan mukena menutupi rambut dan seluruh tubuhnya, rasanya ia benar-benar sangat damai.

Diluar dugaan, Kania yang biasanya merasa risih dan kepanasan karena memakai pakaian panjang, tidak merasa gerah sekalipun.

Kania, gadis yang selalu memakai pakaian mewah dan bermerek, saat ini mengenakan mukena lusuh yang terlihat sudah lama tidak diganti.

Jika di dunia masa depan, Kania akan langsung pergi ke mall berbelanja dan membelikan semua pakaian bagus dan terbaik untuk abak dan bundo, namun disini Kania tidak memiliki uang satu sen pun.

"Nak, Bundo akan menjadi imam, kamu ikuti ya, Nak!" ucap bundo lembut.

Bundo menjadi imam dan membacakan lafaz al-qur'an berupa ayat-ayat pendek untuk mengiringi Kania salat.

Dalam salat, Kania menangis. Terbayang oleh Kania semua salah dan dosa yang dilakukannya selama hidupnya.

Kania malu menghadap Tuhannya, namun ia bersyukur karena Tuhan memberikannya kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Bacaan ayat Al-qur'an yang dilafazkan oleh bundo terdengar sangat merdu, membuat Kania terhanyut dan jatuh cinta kepada agama yang selama ini ditinggalkannya.

"Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh,"

Kania merasa salat terlalu cepat hingga salam diucapkan. Kania merasa sangat tenang dan damai setelah melaksanakan salat berjamaah dengan bundo.

Setelah memanjatkan doa yang tulus dan ikhlas, Kania menyalami dan mencium punggung tangan bundo dengan penuh cinta dan kasih sayang.

"Nak, Bundo mau menyiapkan makanan dulu, Siti istirahatlah kembali," ucap bundo sembari mengelus-elus kepala putri cantik kesayangannya itu.

"Bundo masih ingin berdoa, Bundo," ucap Kania dengan mata yang berkaca-kaca namun terlihat berbinar dan sangat tulus.

"Baiklah, Sayang."

Bundo membuka mukena dan kembali ke dapur, sementara Kania kembali berdoa dengan tulus menghadap sang pencipta.

'Ya Allah, terima kasih banyak karena Engkau telah memberikan berkah, rahmad dan hidayah-Mu kepada hamba. Sekarang hamba mengerti kenapa hamba dikembalikan ke masa lalu, agar hamba bisa belajar tentang hidup dan menjadi manusia yang lebih baik. Ya Allah, hamba berjanji akan membantu Siti dak keluarganya untuk membayar hutang dan mengembalikan kembali seluruh harta benda yang dimilikinya dan setelah ia kembali menjadi Kania, maka hamba akan menjadi anak yang baik dan berbakti kepada Papa hamba. Tolong berikanlah kemudahan untuk hamba,' doa Keylaa tulus dan penuh harap kepada sang pencipta.

Kania kemudian menghapus air mata yang ada di pipinya, setelah itu membuka mukena dan merapikan kembali mukena itu pada tempatnya.

Kania salut sama Siti dan keluarga, melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan dari asisten rumah tangga seperti keluarga Kania. Ya, kemewahan membuat Kania manja, segala kebutuhannya juga disiapkan oleh bibi.

'Apa aku membantu Bundo di dapur ya?'ucap Kania di dalam hati.

Kania kemudian berjalan menuju dapur yang letaknya di lantai bawah rumah bagonjong.

Kania memperhatikan bundo yang saat ini tengah menghidupkan kayu bakar untuk memasak.

"Waw, amazing! Keren sekali Siti dan keluarganya. Memasak dengan kayu bakar, pasti sangat repot sekali."

Kania terharu dan sangat takjub dengan kehidupan orang zaman dahulu yang begitu mandiri, buat makan saja harus berusaha sangat keras seperti itu. Berbeda dengan dirinya, bisa memesan banyak makanan namun terkadang membuangnya dengan alasan tidak enak atau kekenyangan.

"Siti, ngapain berdiri di situ, Nak?" tanya bundo ketika melihat putri kesayangannya tengah berdiri di sudut rumahnya.

Ada rasa khawatir terlihat di wajah bundo karena putrinya sedang sakit, namun wajah Keyla malah terlihat baik-baik saja, tidak terlihat seperti orang yang sedang sakit.

"Sini, Sayang!"

Bundo melambaikan tangannya dengan senyum mengembang di wajah cantiknya yang diberikan untuk Kania.

'Ya Allah, terima kasih karena Engkau telah mengizinkan hamba untuk merasakan kasih sayang dari seorang Ibu lagi,' ucap Kania di dalam hati.

Kania berjalan mendekati bundo dengan hati bahagia dan rasa syukur yang teramat sangat yang dirasakannya.

"Bundo, adakah yang bisa Siti bantu?" ucap Kania sembari tersenyum.

Kania ingin menggunakan dan memanfaatkan sisa-sisa hidupnya di Ranah Minang untuk berbakti kepada orang tuanya.

"Sayang, bukannya kamu masih sakit? Kembalilah ke kamar!"

Bundo menempelkan telapak tangannya di kening Kania dan ia merasakahln kalau tibuh putrinya normal seperti orang sehat pada umumnya.

"Bundo, Siti tidak apa-apa. Siti sudah sehat setelah meminum ramuan obat yang Abak berikan," ungkap Kania ramah dan sopan.

"Tapi, Nak," bundo masih terlihat ragu.

"Bundo, tolong izinkan Siti membantu," ungkap Kania memohon.

"Sayang, apakah Siti mau membatu Bundo mencuci piring kotor, Nak?" pinta bunda dengan ramah dan sopan.

"Tentu saja Siti mau Bundo," jawab Kania bersemangat.

'Bagaimana cara mencuci piring?' tanya Kania pada dirinya sendiri.

Kania mencoba kembali mengingat memorinya, dimana ia tengah berbincang-bincang dengan asisten rumah tangga ketika sang bibi tengah mencuci piring.

"Siti, kok bengong, Nak?" tanya bundo yang membuyarkan lamunan Kania.

"Eh, Iya, Bunda," ujar Kania gugup dengan senyum yang tersipu malu yang tergambar di wajah cantiknya.

Raga Siti yang Keyla gunakan tidak membuat Kania susuh bersosialisasi, ia mencuci piring dengan sigap dengan hati riang gembira, tanpa mengeluh dan tanpa merasakan capek.

"Masyaallah, Sayang, anak Bundo semakin mahir saja mencuci piring, biasanya setiap mencuci piring pasti ada saja salah satu piring yang pecah," ucap bundo dengan senyum dan raut wajah kebahagiaan.

"Wah, Siti, ternyata lo suka memecahkan piring? Hmmm, namun hari ini sepertinya lo dapat pujian karena gw bekerja sangat baik," ucap Kania memuji dirinya sendiri.

"Assalamualaikum," terdengar suara seseorang dari depan rumah Siti.

"Waalaikumsalam," jawab bundo semabari berjalan menaiki tangga untuk membukakan pintu rumah.

"Bundo, siapa yang datang?" tanya Kania penasaran.

"Sayang, kalau seorang tamu datamg ke rumah kita dan mengucapkan salam, maka kita sebagai seorang muslim wajib menjawab salam itu, karena di dalam salam itu terdapat doa tulus yang dipanjatkan untuk saudara kita yang telah dahulu mendoakan kita. Begitu juga ketika kita menerima tamu, sebagai seorang muslim kita harus memuliakan tamu karena tamu itu adalah salah satu rezeki yang Allah kirimkan kepada kita," jelas bundo yang membuat Keyla semakin tertegun dan takjub dengan keluarga Siti.

"Iya, Bundo," jawab Kania sembari menunduk malu karena ia selamua ini tidak paham dengan semua yang baru saja ia dengar dari bundo.

"Bundo, memangnya siapakah tamu yang datang itu sehingga bundo terlihat sangat bahagia menyambutnya," tanya Kania penasaran.

"Orang tua Syamsul," jawab bundo dengan senyum ceria.

Episodes
1 Dijodohkan
2 Kabur
3 Kania atau Siti?
4 Menjadi Siti Nurbaya
5 Datuak Maringgih Geram
6 Siapakah Dia?
7 Memilih Menjadi Siapa?
8 Rindu Papa
9 Menyelesaikan Sebuah Misi
10 Surat Cinta Dari Syamsul Bahri
11 Pesan Abak
12 Memiliki Keluarga Seutuhnya
13 Salat Bersama Bundo
14 Getaran Tidak Biasa
15 Hati Berbunga-Bunga
16 Dilema Hati
17 Alex atau Syamsul?
18 Kamar Siti Lenyap
19 Kasih Sayang Yang Sempurna
20 Menyusun Strategi
21 Pertemuan Kania Dengan Siti
22 Haruskah Jujur
23 Kamu Bukan Siti
24 Disekap
25 Sadar Sebagai Kania
26 Alex, I Love You
27 Kerinduan
28 Siapakah Kamu
29 Bahagia Bersama Alex
30 Strategi Melawan Om Galih
31 Menceritakan Kebenaran
32 Negosiasi Bersama Syamsul
33 Terpesona
34 Merindukan Kekasih
35 Sunset Story
36 Menikah Muda?
37 Langit Menjadi Saksi
38 Hati Meragu
39 Ingin ke Monas
40 Love in Jakarta
41 Bantuan Datang
42 Merindukan Mama
43 Satnite
44 Jalan-Jalan ke Puncak
45 Wisata Bukittinggi
46 Menikmati Keindahan Alam
47 Babendi-bendi
48 Rasa Cinta Alex
49 Wisata Kuliner
50 Nostalgia Masa Kecil
51 Bermain di Pantai
52 Mimpi Bertemu Mama
53 Sarapan Bersama Yang Tersayang
54 Ketakutan!
55 Rencana Pulang Kampung
56 Indahnya Berbagi
57 Pulang Kampung
58 Rahasia Yang Menjadi Misteri
59 Siti Menangis
60 Harapan Siti
61 Mengunjungi Istana Pagaruyung
62 Rahasia Terselubung
63 Kebenaran Yang Terungkap
64 Mengunjungi Makam Siti?
65 Bertemu Bundo
66 Saling Melepaskan Rindu
67 Perpisahan Tersedih
68 Salam Perpisahan
69 Makan Malam Terindah
70 Terjebak di Masa Lalu
71 Harus Kembali
72 Mengenang Kania
73 Rindunya Hati
74 Meminta Restu Abak
75 Abak Sakit
76 Kehilangan Yang Menyakitkan
77 Tanpa Abak
78 Hari-Hari Tanpa Abak
79 Takdir Allah Yang Terbaik
80 Mengikhlaskan
81 Rasa Cinta
82 Kembali ke Masa Depan
83 Bersama Yang Tersayang
84 Bahagianya Hati
85 Makan Bersama
86 Persiapan Pernikahan
87 Hanyalah Mimpi
88 Tersadar Dari Koma
89 Saling Memaafkan
90 Kerinduan Kepada Alex
91 Mengenang Masa Lalu
92 Kasih Sayang Orang Tua Kepada Anak
93 Ancaman Tua Bangka
94 Dandan Sebelum Bertemu
95 Bertemu Kembali
96 Saling Melepaskan Rindu
97 Menjaga Jarak
98 Bahagianya
99 Ingin Terlihat Cantik
100 Menyusun Strategi
101 Menikah Muda?
102 Memulai Hari Baru
103 Ikhlas Menerima Takdir
104 Rencana Alex
105 Jujur Tentang Perasaan
106 Berusaha Keras
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Dijodohkan
2
Kabur
3
Kania atau Siti?
4
Menjadi Siti Nurbaya
5
Datuak Maringgih Geram
6
Siapakah Dia?
7
Memilih Menjadi Siapa?
8
Rindu Papa
9
Menyelesaikan Sebuah Misi
10
Surat Cinta Dari Syamsul Bahri
11
Pesan Abak
12
Memiliki Keluarga Seutuhnya
13
Salat Bersama Bundo
14
Getaran Tidak Biasa
15
Hati Berbunga-Bunga
16
Dilema Hati
17
Alex atau Syamsul?
18
Kamar Siti Lenyap
19
Kasih Sayang Yang Sempurna
20
Menyusun Strategi
21
Pertemuan Kania Dengan Siti
22
Haruskah Jujur
23
Kamu Bukan Siti
24
Disekap
25
Sadar Sebagai Kania
26
Alex, I Love You
27
Kerinduan
28
Siapakah Kamu
29
Bahagia Bersama Alex
30
Strategi Melawan Om Galih
31
Menceritakan Kebenaran
32
Negosiasi Bersama Syamsul
33
Terpesona
34
Merindukan Kekasih
35
Sunset Story
36
Menikah Muda?
37
Langit Menjadi Saksi
38
Hati Meragu
39
Ingin ke Monas
40
Love in Jakarta
41
Bantuan Datang
42
Merindukan Mama
43
Satnite
44
Jalan-Jalan ke Puncak
45
Wisata Bukittinggi
46
Menikmati Keindahan Alam
47
Babendi-bendi
48
Rasa Cinta Alex
49
Wisata Kuliner
50
Nostalgia Masa Kecil
51
Bermain di Pantai
52
Mimpi Bertemu Mama
53
Sarapan Bersama Yang Tersayang
54
Ketakutan!
55
Rencana Pulang Kampung
56
Indahnya Berbagi
57
Pulang Kampung
58
Rahasia Yang Menjadi Misteri
59
Siti Menangis
60
Harapan Siti
61
Mengunjungi Istana Pagaruyung
62
Rahasia Terselubung
63
Kebenaran Yang Terungkap
64
Mengunjungi Makam Siti?
65
Bertemu Bundo
66
Saling Melepaskan Rindu
67
Perpisahan Tersedih
68
Salam Perpisahan
69
Makan Malam Terindah
70
Terjebak di Masa Lalu
71
Harus Kembali
72
Mengenang Kania
73
Rindunya Hati
74
Meminta Restu Abak
75
Abak Sakit
76
Kehilangan Yang Menyakitkan
77
Tanpa Abak
78
Hari-Hari Tanpa Abak
79
Takdir Allah Yang Terbaik
80
Mengikhlaskan
81
Rasa Cinta
82
Kembali ke Masa Depan
83
Bersama Yang Tersayang
84
Bahagianya Hati
85
Makan Bersama
86
Persiapan Pernikahan
87
Hanyalah Mimpi
88
Tersadar Dari Koma
89
Saling Memaafkan
90
Kerinduan Kepada Alex
91
Mengenang Masa Lalu
92
Kasih Sayang Orang Tua Kepada Anak
93
Ancaman Tua Bangka
94
Dandan Sebelum Bertemu
95
Bertemu Kembali
96
Saling Melepaskan Rindu
97
Menjaga Jarak
98
Bahagianya
99
Ingin Terlihat Cantik
100
Menyusun Strategi
101
Menikah Muda?
102
Memulai Hari Baru
103
Ikhlas Menerima Takdir
104
Rencana Alex
105
Jujur Tentang Perasaan
106
Berusaha Keras

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!