Datuak Maringgih Geram

"Siti, Bundo sayang sama kamu, Nak. Tolong, jangan pernah lagi membuat Bundo khawatir!" ucapan lembut yeng keluar dari mulut bundo membuat Kania merasa disayangi.

R I N D U !

Sejujurnya Kania sangat merindukan kasih sayang dan kehangatan cinta dari seorang ibu. Namun, apa yang harus dilakukannya ketika mamanya sudah tidak lagi berada di dunia selain menanggung dan memendam rindu itu di dalam hati.

"Bundo, jangan menangis lagi! Siti berjanji tidak akan lagi membuat Bundo khawatir?" Kania memeluk bundo dan merasakan kembali cinta yang telah lama tidak dirasakannya. Setidaknya, sedikit kerinduannya kepada mamanya terlepaskan karena kehadiran bundo disini.

'Baiklah, Kania, jika Siti adalah dirimu di masa lalu maka kamu harus tetap berada di sini untuk memperbaiki semuanya. Kamu harus mencari banyak uang untuk membayar hutang kepada Datuak Maringgih agar kamu tidak dinikahkan dengan tua bangka itu,' batin Kania bersemangat.

Kania berpikir dan mencari solusi dari masalah yang saat ini tengah dihadapinya. Ia mencari solusi dan berusaha untuk memperjuangkan cintanya dengan Alex dengan cara mengubah takdirnya di masa lalu.

"Siti, kamu tidak apa-apa 'kan, Nak?" tanya bundo dengan tidak melepaskan pelukannya dari Kania yang ia anggap putrinya.

Kania menggeleng sebagai tanda kalau ia tidak apa-apa.

"Siti, mari pulang, Nak! Kita belum salat zuhur, kita lalai!"

Bundo melepaskan pelukan Kania, beliau berdiri dan membimbing tangan gadis cantik itu berjalan menuju rumahnya dengan bergegas.

Bagi bundo, salat adalah yang terpenting dari segalanya, jadi bundo merasa tidak nyaman jika melalaikannya.

"Bundo, kenapa jalannya cepat sekali?" protes Kania yang merasa kewalahan mengikuti langkah kaki bundo yang sangat ligat dan cepat.

"Nak, kita harus segera sampai di rumah sebelum waktu salat berakhir," jawab bundo.

"Bundo, waktu salat masih panjang," ujar Kania.

Sungguh Allah tidak suka kepada hamba-Nya yang melalaikan salat, dosa, Nak!"

Penjelasan bundo membuat Kania merasa tertampar, karena selama ini ia sangat jarang sekali salat. Agamanya memang islam, tapi islamnya adalah islam KTP saja, ia tidak tahu banyak tentang agama.

'Berarti Siti di masa lalu adalah gadis yang sangat religius dan dididik oleh orang tua yang juga sangat religius juga. Sedangkan aku ...,' batin Kania mulai terusik.

Kania mulai menyadari betapa ia sangat jauh berbeda dari Siti walaupun wajah mereka sama namun hati dan kepribadian mereka sangat jauh berbeda.

Setelah 10 menit berjalan kaki, akhirnya Kania dan Bundo sampai di rumahnya. Rumah sederhana yang berbahan dasar kayu dengan atap bagonjong (meruncing) sebagai ciri khasnya adalah tempat tinggal bundo dan keluarganya.

"Assalamualaikum," itu adalah kata pertama yang diucapkan ketika memasuki rumah. Sungguh, Kania melihat keimanan di hati bundo yang merupakan orang Minangkabau itu. Sungguh, bundo sangat berpedoman kepada Alqur'an dan hadist serta adat untuk mengatur kehidupannya.

"Sayang, salatlah!"

Bundo menyuruh Kania melaksanakan salat yang merupakan tiang agama.

'Salat? Bagaimana caranya? Aku lupa!" ucap Kania di dalam hati dengan sejuta kepanikan yang ia bawa bersamanya.

'Salat? Haruskah aku salat?'

Kania semakin panik dan gelisah.

Kania sangat ingat kalau terakhir kali ia salat adalah setahun yang lalu ketika hari raya idul fitri, itupun mengikuti imam saja.

'Apakah yang harus aku lakukan?' ujar Kania di dalam hati.

Kania membalikkan badannya dari bundo, sembari berjalan dengan langkah pelan.

Kania mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, ia ingin melihat tata cara berwudhu lewat youtube. Naman, semuanya sia-sia, benda canggih itu tidak berfungsi disini karena tidak ada jaringan seluler di sini.

"Sial!" Kania terlihat sangat kesal dan marah.

"Siti ..., apa yang kamu katakan?"

Kania segera memasukkan ponsel ke sakunya, kemudian membalik untuk menatao bundo. Ia melihat mata bundo memerah dan membelalak menatapnya.

"Maaf, Bundo, tidak apa-apa," ucap Kania dengan senyum tipis yang keluar dari bibir mungilnya.

"Segera berwudhu!" ungkap bunda dengan nada tinggi.

Kania kemudian berjalan melangkahkan kakinya ke sumber air yang ada di belakang rumah gadang. Karena saat ini dirinya adalah Siti Nurbaya, Kania akhirnya bisa berwudhu' dengan benar. Semua gerakan-gerakan berwudhu ia lakukan reflek dengan bantuan Siti yang ada dalam dirinya.

'Wah, keren sekali wanita yang bernama Siti ini, dia teryata sangat ahli ibadah,' ucap Kania di dalam hati.

Sungguh, Kania terkagum dengan sosok Siti yang merupakan dirinya di masa lalu. Sosok gadis yang sangat dicintai oleh ibunya dan wanita religius dengan hati yang sangat lembut.

"Siti, kenapa lama sekali di belakang, Nak?"

Terdengar suara bundo memanggil Kania.

"Iyo, Bundo," balas Kania.

Kania bergegas, ia kembali melangkahkan kakinya menaiki rumah gadang sederhana yang berbeda dari rumah-rumah lainnya di sini.

Kania berpikir, mungkin karena keluarga Siti adalah keluarga yang tidak mampu makanya rumahnya tidak semewah rumah gadang lainnya.

"Sayang, sini salat!"

Bundo membimbing putrinya menuju ruang salat untuk melaksanakan salat berjamaah.

Kania dan bundo mengenakan mukena putih yang sudah terlihat lusuh namun bersih dan rapi.

"Nak, kita salat berjamaah ya. Apa Siti mau menjadi imamnya?" Pertanyaan bundo membuat jantung Kania serasa ingin copat. Bagaimana mungkin ia akan menjadi imam salat, sementara ia sendiri tidak tahu bagaimana caranya salat.

"Siti, kenapa diam, Nak? Sebentar lagi waktu salat berlalu." Bundo memperingatkan.

Entah apa yang harus dilakukan oleh Kania saat ini, ia tahu Siti yang ada dalam dirinya pasti bisa salat dan menjadi imam untuknya dan ibunya. Namun, Kania merasa malu untuk menghadap Tuhannya karena selama ini ia sangat jauh dari-Nya.

"Aduh ..., aduh ..., aduh ....” Kania tiba-tiba meraung kesakitan sembari memegang perutnya.

'Yes, sepertinya langit sedang berpihak kepadaku,' ucap Kania di dalam hati.

"Ada apa, Nak?"

Bundo terlihat panik melihat putri semata wayangnya lagi-lagi merasakan kesakitan.

"Sepertinya Siti datang bulan, Bundo," ucap Kania dengan nada suara terbata-bata.

"Ya sudah, kamu ke kamar saja istirahat, Bundo mau salat dulu," ucap Bundo.

'Aneh sekali, kenapa Bundo langsung salat dan tidak peduli dengan anaknya yang tengah meraung kesakitan?' tanya Kania heran dengan sikap Bundo yang mulai berbeda kepadanya.

Kania kemudian duduk di lantai dengan beralaskan tikar anyaman yang sepertinya di buat dan kerjakan sendiri. Kania menyandarkan punggungnya ke dinding. Ia menatap bundo yang tengah salat dengan sangat khusuk menghadap Tuhan semesta alam.

Perlahan air mata Kania mengalir membasahi pipinya, Kania merasa malu kepada dirinya sendiri karena ia bukanlah hamba yang bertakwa.

"Siti ..., Bundo ..., keluar kalian!"

Suara lantang dan hardikan terdengar dari segerombolan orang, mereka tengah ribut di depan rumah bundo. Namun, itu tidak menghalangi kekhusukan bundo dalam salatnya.

Sementara Kania mulai panik, ia tidak tahu harus melakukan apa.

'Siti, jangan panik, kamu belajarlah dari Bundo, ia tetap salat dan menghadap sang penciptanya tanpa mempedulikan berbagai ancaman dari luar,' batin Kania yang mendapatkan kebaikan hati Siti.

Ya, jikalah Kania yang asli, ia pasti akan segera keluar rumah untuk melabrak orang yang ribut di depan rumahnya. Tapi, saat ini dirinya bukanlah Kania seutuhnya, ia adalah Siti Nurbaya di masa lalu, gadis yang terlahir dari suku Minangkabau yang terkenal dengan adat dan agama yang sangat kental. Gadis lemah lembut yang sangat paham sekali dengan sopan santun dan tata krama.

'Apa aku harus melihat dari balik tirai jendela, siapakah sebenarnya yang tengah mengacau di depan rumah?' Itulah ide yang terfikir di benak Kania.

Kania kemudian berjalan pelan dan tanpa suara menuju jendela yang ditutupi oleh tirai berwarna putih yang terlihat sudah lusuh itu. Kania tidak ingin membuat bundo terganggu dalam salatnya jika ia ribut, jadi ia berjalan dengan mengendap-endap.

"Datuak Maringgih, ngapain tua bangka itu ke sini?" celoteh Kania.

G E R A M !"

Kania kesal, ia sangat ingin sekali keluar dan melabrak si tua bangka itu. Kania juga berniat untuk mengambil tongkat si tua bangka agar ia tidak lagi bisa berjalan. Namun, sepertinya si tua bangka memiliki banyak pengawal yang menjaganya.

'Ih, si tua bangka kok mirip banget sama Om Galih, bisanya main keroyokan!' ujar Kania sembari mengepalkan tinjunya karena terlalu emosi.

Kini Kania menggepalkan kedua tangannya dan melayang-layangkan tinju itu menghadap ke arah Datuak Maringgih. Ia berharap kemampuannya belajar bela diri semasa SMA bisa ia gunakan disini.

"Siti, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu seperti akan melakukan gerakan silat? Kamu belajar silat dari mana?" teriak bundo yang baru saja selesai berdoa.

Episodes
1 Dijodohkan
2 Kabur
3 Kania atau Siti?
4 Menjadi Siti Nurbaya
5 Datuak Maringgih Geram
6 Siapakah Dia?
7 Memilih Menjadi Siapa?
8 Rindu Papa
9 Menyelesaikan Sebuah Misi
10 Surat Cinta Dari Syamsul Bahri
11 Pesan Abak
12 Memiliki Keluarga Seutuhnya
13 Salat Bersama Bundo
14 Getaran Tidak Biasa
15 Hati Berbunga-Bunga
16 Dilema Hati
17 Alex atau Syamsul?
18 Kamar Siti Lenyap
19 Kasih Sayang Yang Sempurna
20 Menyusun Strategi
21 Pertemuan Kania Dengan Siti
22 Haruskah Jujur
23 Kamu Bukan Siti
24 Disekap
25 Sadar Sebagai Kania
26 Alex, I Love You
27 Kerinduan
28 Siapakah Kamu
29 Bahagia Bersama Alex
30 Strategi Melawan Om Galih
31 Menceritakan Kebenaran
32 Negosiasi Bersama Syamsul
33 Terpesona
34 Merindukan Kekasih
35 Sunset Story
36 Menikah Muda?
37 Langit Menjadi Saksi
38 Hati Meragu
39 Ingin ke Monas
40 Love in Jakarta
41 Bantuan Datang
42 Merindukan Mama
43 Satnite
44 Jalan-Jalan ke Puncak
45 Wisata Bukittinggi
46 Menikmati Keindahan Alam
47 Babendi-bendi
48 Rasa Cinta Alex
49 Wisata Kuliner
50 Nostalgia Masa Kecil
51 Bermain di Pantai
52 Mimpi Bertemu Mama
53 Sarapan Bersama Yang Tersayang
54 Ketakutan!
55 Rencana Pulang Kampung
56 Indahnya Berbagi
57 Pulang Kampung
58 Rahasia Yang Menjadi Misteri
59 Siti Menangis
60 Harapan Siti
61 Mengunjungi Istana Pagaruyung
62 Rahasia Terselubung
63 Kebenaran Yang Terungkap
64 Mengunjungi Makam Siti?
65 Bertemu Bundo
66 Saling Melepaskan Rindu
67 Perpisahan Tersedih
68 Salam Perpisahan
69 Makan Malam Terindah
70 Terjebak di Masa Lalu
71 Harus Kembali
72 Mengenang Kania
73 Rindunya Hati
74 Meminta Restu Abak
75 Abak Sakit
76 Kehilangan Yang Menyakitkan
77 Tanpa Abak
78 Hari-Hari Tanpa Abak
79 Takdir Allah Yang Terbaik
80 Mengikhlaskan
81 Rasa Cinta
82 Kembali ke Masa Depan
83 Bersama Yang Tersayang
84 Bahagianya Hati
85 Makan Bersama
86 Persiapan Pernikahan
87 Hanyalah Mimpi
88 Tersadar Dari Koma
89 Saling Memaafkan
90 Kerinduan Kepada Alex
91 Mengenang Masa Lalu
92 Kasih Sayang Orang Tua Kepada Anak
93 Ancaman Tua Bangka
94 Dandan Sebelum Bertemu
95 Bertemu Kembali
96 Saling Melepaskan Rindu
97 Menjaga Jarak
98 Bahagianya
99 Ingin Terlihat Cantik
100 Menyusun Strategi
101 Menikah Muda?
102 Memulai Hari Baru
103 Ikhlas Menerima Takdir
104 Rencana Alex
105 Jujur Tentang Perasaan
106 Berusaha Keras
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Dijodohkan
2
Kabur
3
Kania atau Siti?
4
Menjadi Siti Nurbaya
5
Datuak Maringgih Geram
6
Siapakah Dia?
7
Memilih Menjadi Siapa?
8
Rindu Papa
9
Menyelesaikan Sebuah Misi
10
Surat Cinta Dari Syamsul Bahri
11
Pesan Abak
12
Memiliki Keluarga Seutuhnya
13
Salat Bersama Bundo
14
Getaran Tidak Biasa
15
Hati Berbunga-Bunga
16
Dilema Hati
17
Alex atau Syamsul?
18
Kamar Siti Lenyap
19
Kasih Sayang Yang Sempurna
20
Menyusun Strategi
21
Pertemuan Kania Dengan Siti
22
Haruskah Jujur
23
Kamu Bukan Siti
24
Disekap
25
Sadar Sebagai Kania
26
Alex, I Love You
27
Kerinduan
28
Siapakah Kamu
29
Bahagia Bersama Alex
30
Strategi Melawan Om Galih
31
Menceritakan Kebenaran
32
Negosiasi Bersama Syamsul
33
Terpesona
34
Merindukan Kekasih
35
Sunset Story
36
Menikah Muda?
37
Langit Menjadi Saksi
38
Hati Meragu
39
Ingin ke Monas
40
Love in Jakarta
41
Bantuan Datang
42
Merindukan Mama
43
Satnite
44
Jalan-Jalan ke Puncak
45
Wisata Bukittinggi
46
Menikmati Keindahan Alam
47
Babendi-bendi
48
Rasa Cinta Alex
49
Wisata Kuliner
50
Nostalgia Masa Kecil
51
Bermain di Pantai
52
Mimpi Bertemu Mama
53
Sarapan Bersama Yang Tersayang
54
Ketakutan!
55
Rencana Pulang Kampung
56
Indahnya Berbagi
57
Pulang Kampung
58
Rahasia Yang Menjadi Misteri
59
Siti Menangis
60
Harapan Siti
61
Mengunjungi Istana Pagaruyung
62
Rahasia Terselubung
63
Kebenaran Yang Terungkap
64
Mengunjungi Makam Siti?
65
Bertemu Bundo
66
Saling Melepaskan Rindu
67
Perpisahan Tersedih
68
Salam Perpisahan
69
Makan Malam Terindah
70
Terjebak di Masa Lalu
71
Harus Kembali
72
Mengenang Kania
73
Rindunya Hati
74
Meminta Restu Abak
75
Abak Sakit
76
Kehilangan Yang Menyakitkan
77
Tanpa Abak
78
Hari-Hari Tanpa Abak
79
Takdir Allah Yang Terbaik
80
Mengikhlaskan
81
Rasa Cinta
82
Kembali ke Masa Depan
83
Bersama Yang Tersayang
84
Bahagianya Hati
85
Makan Bersama
86
Persiapan Pernikahan
87
Hanyalah Mimpi
88
Tersadar Dari Koma
89
Saling Memaafkan
90
Kerinduan Kepada Alex
91
Mengenang Masa Lalu
92
Kasih Sayang Orang Tua Kepada Anak
93
Ancaman Tua Bangka
94
Dandan Sebelum Bertemu
95
Bertemu Kembali
96
Saling Melepaskan Rindu
97
Menjaga Jarak
98
Bahagianya
99
Ingin Terlihat Cantik
100
Menyusun Strategi
101
Menikah Muda?
102
Memulai Hari Baru
103
Ikhlas Menerima Takdir
104
Rencana Alex
105
Jujur Tentang Perasaan
106
Berusaha Keras

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!