Pemanggilan Kodam

"Nyatanya, bukan jarak yang memisahkan. Tapi, Tuhan memang tak menghendaki kita untuk bersama."

-Basurata Yuda-

...----------------...

Manusia memang tak luput dari kesalahan, mau itu permasalahan kecil atau pun besar. Akan ada waktu yang tepat saat timbal balik datang menemukan sang pencari masalah.

Mungkin bisa dibilang karma?

Hanya karena satu dendam, bisa menimbulkan permasalahan yang akan lebih rumit dari sebelumnya. Bahkan orang lain tak mempunyai kesalahan bisa saja terseret dalam urusan tersebut.

Sama halnya seperti Lastri, ia ingin membalas dendamnya kepada Yuda. Namun Audrea dan Rafli terjebak di dalam masalah mereka berdua.

Dengan hati dan pikiran yang kalut, Audrea tetap berusaha untuk menyadarkan Rafli yang tergeletak karena pingsan tadi.

"Kenapa lo terus ngigo sih? Apa yang lo mimpiin Fli?"

Tersirat kekhawatiran dari wajah cantiknya, karena tak menemukan cara. Audrea dengan mantap berniat membacakan ayat-ayat suci yang tersusun rapih dalam Al-Quran.

Suara indahnya mengalun, surah Al-Jin ia pilih untuk ia baca.

Saat melirik Rafli yang menggeliat, Audrea tetap melanjutkan bacaannya. Peluh mengucur sebesar butiran jagung, melewati pelupuk matanya yang terpejam.

Brak

Tubuh gadis itu terpental hingga membentur dinding di belakang dirinya. "Akhh! Astagfirullah, sadar Fli! Sadar!"

Tak lama tubuh pria itu menggeliat lagi tak tenang, seperti menerima sakit yang luar biasa. Bahkan, Rafli memekik kencang akibat mimpi yang ia terima sambil memanggil nama temannya, Audrea.

"Gue gak mau mati di sini! Tolong! Dre ... tolongin gue, AKHH?!!!" suara Rafli membuat Audrea bungkam seribu bahasa.

Tak tahu harus melakukan apa selain berdoa untuk Rafli.

Beberapa detik terlewat mata Rafli terbuka, namun mata pria itu berbeda. Mata merah menyeramkan yang membuat Audrea bergidik takut melihatnya. Yang awalnya ingin melangkah, kini beringsut mundur.

"Fli—Rafli?" panggil Audrea memberanikan diri.

Rafli hanya memberikan senyum miringnya kepada Audrea sebagai jawaban, saat tangan Rafli terangkat untuk mengelus pipi gadis itu sambil berjalan mendekat. Audrea langsung memejamkan matanya karena takut sembari membaca ayat kursi.

Ia tak merasakan apapun, tak merasa jika Rafli menyentuh wajahnya.

Ketika matanya baru ingin terbuka, suara lantang terdengar dari luar. Derap langkah yang cepat menghampiri mereka.

Sedangkan Rafli merasa tersiksa dengan tubuh yang memanas membuatnya teriak tak kuasa saat ingin mendekati Audrea kembali. Tubuh pria itu melayang di udara, merasa lehernya seperti tercekik.

"Apa yang lo lakuin! Dia temen gue, Yud!" teriak histeris dari Audrea, namun Yuda menghiraukannya.

'Aku harus mengakhiri ini!' tekat Yuda dalam hati.

"Akhh ... ughh, lep—pas!" erangnya tersendat.

"Gak akan! Kamu udah ganggu hidup aku, Las!" geram Yuda lalu melempar tubuh Rafli, hingga sang empu meringis kesakitan.

Yuda menyeringai melihatnya. "STOP! Aku mohon, jangan sakitin Rafli, Yud?!" pinta Audrea sambil memelas.

"Dia bukan Rafli, dia roh jahat!" kata Yuda sembari menahan Rafli menggunakan kekuatannya agar tak memberontak.

"Dre ... ini aku, Rafli ...," ujarnya sambil menatap gadis itu dalam.

"Rafli?" gumam Audrea berpikir sejenak.

Gadis itu pun menggeleng kuat sambil menatap tajam kearahnya. "Gak! Temen gue gak pernah make 'aku'! Rafli punya gue gak pernah ngomong halus kaya gitu, dasar iblis sampah!"

'Ayo, keluar kamu! Aku tau kamu masih di dalam sana!' batin Yuda kesal.

Rafli yang mendengar itu pun menunduk, tak ada angin atau pun hujan. Ia tertawa terbahak-bahak, apa bisa dibilang tertawa mengerikan?

"Hahahaha ... gadis bodoh! Kamu hampir aja ke makan sandiwaraku! Hahaha ...," responnya dengan sombong.

"Kenapa kalian hanya diam aja? Kalian takut?" tanyanya meremehkan, sebenarnya Audrea sedang memikirkan cara untuk melumpuhkan roh jahat yang sedang bersemayam di tubuh temannya.

Dengan cepat kekuatan Yuda dilepaskan, hal itu membuat Yuda tersentak.

"Akhh! Sialan!" umpat pria itu ketika cekalan kekuatan untuk menahan Rafli gagal.

Ralat, tapi Lastri. Gadis yang sejak tadi hanya memperhatikan mereka berdua sudah menemukan cara. Namun, semua itu ada resiko yang cukup besar.

Audrea memejamkan mata dan membaca beberapa kalimat Jawa seperti mantra mengalun lembut melalui bibirnya, meditasi secara mendadak itu di mulai. Sedangkan Yuda dan Lastri saling membalas kekuatan, hingga Yuda berkali-kali terpelanting.

"Kamu lebih milih dia? Dari pada aku?" sinis Lastri yang memiliki suara serak campur menyeramkan.

"Oh, jelas. Dia manusia! Sedangkan kamu? Iblis, mungkin!" sahut Yuda memancing amarah Lastri tanpa sadar.

Mendengar itu membuat lawan bicaranya berdecak jengah. "Ck, sadar! Kamu juga bukan manusia, Yuda!"

Lastri terus menatap tak suka terhadap Yuda dan Audrea secara bergantian. Semua benda yang berada di sekitar mulai melayang untuk menyerang Yuda.

"MANUSIA SAMPAH! KALIAN HANYA PENGHALANG KEBAHAGIAANKU!" ujarnya penuh penekan sembari mendekati Audrea dan berhasil membuat Yuda terkapar lemah karena kekuatannya.

Dendam dan amarah yang menggebu-gebu menjadi satu tak bisa ia tahan lagi, Lastri mendorong kuat Audrea. Tapi gadis itu bergeming di tempatnya sambil terpejam.

'Kenapa dia masih diam aja?' tanya Lastri dalam pikirannya kepada diri sendiri.

Pria yang hanya bisa melihat Audrea disakiti itu menatap getir, ini semua kesalahannya. Seharusnya Audrea tak hadir dalam hidupnya. Seharusnya juga, ia tak mengincar Audrea. Ia anggap ini semua salahnya. Kalau tahu roh Lastri akan muncul demi membalas dendam, ia tak pernah menarik Audrea ke dalam hidupnya.

"Ma—maaf." Setetes air mata keluar tanpa peduli situasi, Yuda menangis karena rasa bersalah kepada Lastri dan juga Audrea secara bersamaan.

Rasa cinta itu membuat ia tak tahu harus melakukan apa lagi, ditambah Lastri terlahir kembali seperti iblis sekarang. Kekuatan yang dimilikinya tak sebanding besar dengan Lastri.

Karena tak mendapat respon, Lastri mengangkat dan mencekik leher gadis itu yang tak memiliki salah padanya. Wajahnya berengut kesal.

"Hihihi ... mati kamu, Dre! Hihihihi ...," kikiknya nyaring dengan nada bergema.

Namun nihil, Audrea masih tak sadarkan diri. Membuat lelaki berperawakan tegap yang terkapar lemah itu mengerutkan keningnya bingung.

'Apa yang Audrea lakukan?' pikir Yuda.

Hal itu semakin membuat Lastri geram bukan main. Tanpa basa-basi lagi, ia lempar tubuh gadis itu. "HAHHH! Dasar, wanita sialan! Kau mempermainkan ku?"

Dengan cepat ia mendekat kembali ke Audrea yang sudah bersimbah darah di beberapa bagian tubuh yang sudah terluka.

Yuda yang masih menyimpan kekuatan pun tak hanya tinggal diam, ia berusaha menahan langkah Lastri untuk mendekat kembali. Sekuat tenaga ia menghalangi Lastri.

"Yuda, Yuda ... kekuatan kamu tak sebanding denganku, sadarlah!" hinanya, kata-kata yang merendahkan itu tak ia gubris, Yuda tetap menahan walau sisa tenaga ia keluarkan semuanya.

Secarik ingatan terlintas dipikiran Yuda. 'Apa dia lagi meditasi?'

Suasana semakin menegangkan, tak ada yang menduga jika Audrea telah sadar. Lastri masih bergelut dengan Yuda. Kepalanya menoleh, ke arah sumber suara.

Audrea menatap bergantian mereka berdua, tatapan sendu terpancar dari mata indahnya. Tapi terganti begitu saja, matanya tiba-tiba berubah menjadi hitam keseluruhan. Ia memanggil sang kodam demi melindungi dirinya.

Karena sudah mulai muak melihat pemandangan di depan mata, Audrea melempar keras Lastri hingga terpental. Ia bangkit, memperlihatkan senyum menyeringai tatkala bersitatap oleh Lastri.

Audrea mencekik lehernya tanpa ampun, "Keluar!" tegas gadis itu penuh penekanan.

Lawannya hanya meronta kesakitan, padahal Lastri sedang memakai tubuh Rafli untuk tameng. Namun, rencananya gagal sekarang. Kini dirinya mulai salah sangka, meremehkan lawan dapat membuatnya terjatuh.

Seharusnya ia tak bisa merasa sakit karena di lempar oleh, Audrea.

"Ughhh! Ti—dakk, akhh—kan!" tolaknya yang masih sempat menyeringai.

Cekalan pada leher Lastri semakin kencang, membuat iblis wanita itu mempunyai cara agar Audrea jatuh ke dalam keterpurukan. Dengan cara, membunuh Rafli melalui dirinya.

Namun Audrea tak mampu di bodohi begitu saja, ia tahu pikiran licik makhluk yang berada di hadapannya.

"Keluar! Atau aku akan memusnahkan dirimu seutuhnya, jika kamu gak mau keluar dari tubuh Rafli!" ancam Audrea dengan sarkas.

Ia mencekal bagian leher yang menjadi kelemahan makhluk itu, membuat Lastri meringis sekaligus merintih. Ia memberontak untuk kesekian kalinya.

"LEPAS! BA-BAIK ... ak-ku, menyerah!" pasrahnya tak kuat menahan kekuatan Audrea, cekalan itu terlepas dan Lastri segera keluar dari tubuh Rafli.

Seketika tubuh lelaki itu ambruk bersama dengan Audrea yang mimisan, tak lupa Yuda yang terasa lemah karena kekuatannya ia gunakan telah terkuras.

Sejak tadi juga Yuda hanya menatap tak percaya dan heran secara bersamaan. Bagaimana bisa, 'Audrea mendadak menjadi kuat secara drastis? Kodamnya amat luar biasa!'

***

Sejak hari kemarin Yuda dan Audrea kembali dekat, walaupun tak sedekat dulu.

Yuda masih berusaha menjaga jarak. Sulit, namun ini cara yang benar menurutnya jika memang harus menjaga jarak dengan Audrea.

Ia akan menyatakan cintanya nanti malam agar hatinya tidak dilanda gelisah kembali. Entah sejak kapan rasa itu tumbuh, semuanya berjalan begitu cepat, hingga ia menyadarinya kemarin.

Obrolan ringan menemani sepi di ruang tamu. Yuda dan Rafli saling berkenalan, walau enggan, Yuda berusaha menyambut niat baik teman Audrea.

"Oh, jadi lo Yuda? Ahh, seneng bisa kenal sama lo, Yud!" ramah teman Audrea sambil berjabat tangan.

Yuda hanya mengangguk dan tersenyum kecil sembari berjabat tangan dengan Rafli, Audrea hanya diam tanpa mengeluarkan satu kata pun sejak tadi, masih terasa jika tenaganya belum pulih betul.

'Apa aku harus pamit sekarang?' batin Yuda bertanya kepada diri sendiri.

"Apa kita harus mengadakan makan malam bersama?" usul Rafli.

"Adain aja, saya akan ikut kok."

Pandangan kosong itu tak mereka sadari dari tadi, Audrea sedikit pun tidak mendengarkan atau memperhatikan. Rafli hanya menatap temannya itu dengan kasian sekaligus heran.

Perlahan Rafli memberanikan diri untuk memegang pundak gadis itu hingga sang empu tersentak kaget. "Lo kenapa? Masih mikirin masalah kemarin?"

"Enggak, gue cuma pengen ketenangan aja, Fli," ujarnya lalu menatap Yuda. Karena paham apa maksud Audrea menatapnya, Yuda tersenyum lembut.

"Kalo kamu butuh ketenangan aku bisa pergi kok, untuk kamu. Tapi kalo kamu butuh kenyamanan, aku akan siap buat kamu nyaman. Walau itu hanya sejenak," kalimat itu membuat Audrea tertohok.

Seakan Yuda benar-benar akan pergi meninggalkan dirinya. Cinta tak bisa dipaksa, pria ini harus ia lupakan. Dari awal yang ia hadapi hanyalah sebuah kesalahan.

Omong-omong sejak kapan ia jatuh cinta? Hah, membingungkan ya readers.

"Pergilah, atau aku akan membencimu!" usir Audrea tiba-tiba sambil mengalihkan perhatiannya.

"Fli, saya titip Audrea. Jaga dia, karena saya gak bisa menjaganya." Tawanya sedikit hambar, sambil mempertahankan senyuman tipis.

Rafli tak menjawab, namun pria itu paham, jalan keluar dari permasalahan ini adalah membiarkan Yuda pergi menjauhi pujaan hatinya. Lebih tepatnya, teman.

Dengan gontai Yuda keluar dari perkarangan rumah Audrea. Tak ada senyum atau kata umpatan lagi untuknya, kini hanya penyesalan yang menggerogoti pemilik hati.

Sedangkan Rafli hanya tersenyum miris menatap Audrea dan Yuda, cinta segitiga yang merumitkan, bukan?

Tak akan pernah tahu, malapetaka apa yang menimpa mereka nanti, sejak awal semua ini adalah kesalahan tanpa bisa dimaafkan. Bagi Rafli roh Lastri sudah sampai puncaknya menaruh dendam. Ia masih awam untuk berhadapan langsung dengan makhluk astral, berbeda kalau Audrea.

Gadis itu memilikinya. Kekuatan dan juga Kodam setia yang selalu menjaga dirinya.

Terpopuler

Comments

MasWan

MasWan

seru ... dendam dibalut cinta tiga segi

2023-07-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!