"APA!? "
"Dep-depresi dok? " Tanya rina sedikit tidak yakin.
"Iya, sepertinya dia telah mengalami sesuatu hal yang membuatnya trauma berat. Jadi sebisa mungkin jangan ingatkan dia akan hal itu. "
"Tap-tapi.. Sejak kapan dia mengalaminya dok? "
"Kami belum tau pasti jika tidak ada laporan sebelumnya. Oiya, kalian sudah menghubungi keluarganya? "
"Sudah dok. Mereka masih dalam perjalanan."
"Baiklah, jika nanti orang tua pasien sudah datang, tolong untuk menemui saya. Ingat, jangan berisik. Permisi. " Dokter cantik itu kemudian pergi, Tinggallah rina, cica dan desi di sana. Mereka menoleh kearah ranjang kamar dan menatap sendu ardi yang kini sedang menyandang gelar pasien di Puskesmas itu.
"Ardi... " Gumam rina menatap ardi dari luar pintu kamar. Ada perasaan bersalah bersarang di hatinya, perasaannya mengatakan dialah yang bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa ardi. Rina menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran negatif untuk menjaganya agar tetap waras.
"Ternyata dia emang ganteng ya. " Gumam cica membuat rina dan desi menoleh.
"Ini bukan waktunya ca.. " Desi berusaha menyadarkan.
"Justru ini waktunya des, gue bisa melontarkan semua pujian yang gue punya. Kalo dia udah bangun ya nggak bisa. "
"Lah kenapa? " Rina dan desi bingung.
"Ya, kalo dia bangun gue harus stay cool gitulohh... Paham gak sih? Mana mungkin gue muji terang-terangan. Gak banget. "
"Astaga... " Rina dan desi menggelengkan kepala. Jujur untuk sahabatnya yang satu ini mereka harus banyak-banyak bersabar.
"Rin, lo ngerasa ada yang aneh nggak? " Kali ini desi bertanya dengan serius. Mereka bertiga bersandar di dinding sebelah UGD dimana ardi dirawat.
Rina mengangguk mengiyakan pertanyaan desi. Jujur dirinya juga merasa aneh dengan kondisi ardi, ia tidak menyangka jika dibalik muka datar cowok itu tersimpan suatu ketakutan.
"Menurut lo, kejadian apa yang bisa membuat ardi bisa kayak gini? "
"Pasti sesuatu yang sangat menyakiti hatinya." Sahut cica.
"Gue nggak tau. Tapi sebelum kejadian ini, tadi dia sempet nyebut nama 'nay'... "
"Nay? Siapa dia? "
"Gue juga nggak tau. " jawab rina lesu.
"Mungkin dia seseorang yang berharga... "
"Adik? "
"Tidak, dia hanya punya satu adik. "
"Sepupu? "
"Sepertinya bukan. "
"Teman? "
"Mungkin.. "
"Kekasih? "
Mereka bertiga saling pandang, ucapan cica yang ini ada benarnya juga. Selain keluarga tidak ada yang lebih berarti kecuali persahabatan dan... Cinta.
Derap langkah beberapa orang menghentikan perbincangan rina dkk. Mereka menoleh ke sumber suara, terlihat seorang ibu paruh baya yang menggandeng anak kecil dan seorang bapak-bapak yang masih mengenakan baju kerja terlihat tergesa-gesa menghampiri ruang UGD.
"Dimana ardi nak? " Tanya bu salma ketika melihat rina di sana.
"Ibuk, tenang dulu ya. Ardi baik-baik aja, dokter tadi sudah memeriksa. Sekarang ardi harus istirahat dulu. " Rina berusaha menenangkan bu salma yang terlihat panik.
"Apa lagi yang di buat anak ini!? " Gumam seorang pria yang datang bersama bu salma. Semua yang ada di sana mengalihkan perhatian pada pria yang rina duga adalah ayah ardi. Sebab ada sedikit kemiripan di antara mereka.
"Udahlah yah. Ardi lagi sakit juga. " Bisik bu salma menenangkan suaminya. "Ardi kenapa? Apa kata dokter? "
"Em.. " Rina menoleh kearah kedua temannya, desi dan cica menggeleng pelan. " Kita nggak tau buk, tadi dokter cuma bilang kalo ibuk udah sampek suruh nemuin dokternya. "
"Ya, ibuk kesana dulu ya. "
Rina mengangguk. Bu salma pergi dengan adik ardi, sementara ayahnya masih di sana, menatap ardi yang terbaring dari luar. "Kali ini apa lagi ar? " Gumamnya lirih, tatapan sendu itu muncul secara tiba-tiba. Kemudian tatapannya beralih kepada tiga gadis remaja yang kini menatapnya. "Kalian bisa pulang, terima kasih sudah menolong ardi. "
"Sama-sama om, kalo gitu kami permisi. "
Setelah mendapat anggukan dari ayah ardi, mereka bertiga meninggalkan Puskesmas.
...***...
"Rin, lo nggak merasa aneh? " Tanya desi ketika mereka sudah berada di mobil. "Bukan tentang ardi dan depresinya. Tapi... "
"Ayahnya? " Tebakan rina tepat seperti yang desi pikirkan. Memang ekspresi dari ayah ardi terlihat aneh, menurut rina ada rasa kesal dan marah yang ayah ardi pendam.
"Eh iya, kayaknya ayah si ardi nggak ada cemas-cemas nya deh. Beda banget sama ibunya. " Sahut cica dengan fokus menyetir.
"Apa lo nggak berinisiatif mencari tau semuanya rin, termasuk masa lalu ardi? " Tanya desi melirik rina yang duduk di bangku belakang kemudi.
"Gue nggak tau. Sebenernya gue pengen tau apa yang terjadi di masa lalu, tapi... Gue bukan siapa-siapanya dia. Mana mungkin gue ikut campur. "
"Rina benar, ini bukan urusannya. Jika sampai ardi tau, mungkin dia akan marah besar sama rina. " Cica membenarkan, walau kini rina dan ardi berteman, tidaklah baik jika rina mencampuri urusan ardi. Apalagi tentang masa lalunya, itu tidak baik.
"Tapi gue kasian sama ardi. " Gumam desi. "Setidaknya lo bisa bantu dia sembuh dari traumanya rin. "
"Ya, gue nggak akan buat dia kesal lagi. Tapi gue nggak janji, dia kadang sangat menyebalkan. " Rina menggerutu, saat dirinya teringat ardi, hanya tatapan dingin yang rina ingat, dan itu membuatnya kesal.
"Yaelah rin. Masih aja. "
"Btw ibunya ardi kok kenal lo rin? " tanya desi merasa heran.
"Yaiyalah, gue pernah kerumahnya. " jawab rina santai.
"WHAT? "
"Upss! " Rina menepuk jidatnya, ia lupa jika ini sebuah rahasia. Ia yakin setelah ini pertanyaan memberondong akan terlontar dari mulut kedua sahabatnya.
"Lo nggak cerita ke kita? " Tanya desi cukup kesal.
"Dan lo nggak ngajak gue? " Pertanyaan cica membuat rina dan desi mendelik. "Maksud gue, lo nggak ngajak kita, lo sembunyi-sembunyi. Hayo.. Lo ngapain ke sana? "
"Jangan-jangan lo... "
"Stop. Wait, wait, wait girls. Gue akan jelasin, tenang. Sebelum kalian punya negatif thingking sama gue. Kalian inget waktu ardi hilang tanpa kabar dan kalian nyuruh gue DM dia? " Desi dan cica mengangguk. " Kata guru les gue, ardi izin sakit. Untuk membuktikan, gue dateng ke rumahnya, dan ketemu sama ibunya. Tapi... " Penjelasan rina menggantung.
"Tapi apa? " Desi tidak sabaran.
"Ternyata ardi nggak ada di rumah, katanya ardi ada keperluan sekolah selama seminggu nggak pulang. alhasil gue cuma ngobrol sama ibunya. "
"Lehh.. kok gitu? "
"Dan yang paling membagongkan apa? Ternyata ardi itu nggak sakit, dia bohong sama guru les gue dan ibunya. Waktu pulang dari sana gue ketemu dia baru lompat dari tembok, gue yakin alasan tugas sekolah juga sebuah kebohongan. " Jelas rina dengan kesal.
"Kayaknya si ardi punya skil kayak lo deh rin, soal loncat meloncat. " Cica tertawa kecil.
"Ini aneh sih, coba bayangin. Kenapa ardi bisa bohong sama ibunya? Jika semua itu nggak penting, nggak mungkin kan dia ngilang selama seminggu." Perkataan desi ada benarnya. Menurut rina sejak kejadian di club malam itu ardi mendadak berubah. Sebenarnya apa yang terjadi malam itu? Rina benar-benar ingin tau.
"Rin, mungkin lo punya petunjuk tentang masalalu ardi, dari ibunya. Apa tidak ada perbincangan soal ardi? "
Rina terdiam, waktu itu ibunya ardi menceritakan tentang ardi kecil hingga suatu kejadian merubahnya.
"Ya, ibunya bercerita tentang ardi. Ibunya bilang ardi adalah anak yang manis... "
"Dia memang manis rin.. " Cica menimpali. "Sorry." Cica menyadari ucapannya menggangu story telling rina.
"Maksudnya bukan cuma manis parasnya, tapi juga kepribadiannya. Dan semenjak ada kejadian itu ardi berubah menjadi ardi yang sekarang. Dan setelah itu adiknya ardi datang dan ibunya menyudahi ceritanya, jadi hanya itu yang gue tau. "
"Fiks, gue yakin masalalu ardi terlalu pahit rin. Kita harus cari tau, kejadian apa yang membuat ardi kayak gini. " Ucap desi dengan yakin.
"APA? " Cica dan rina tidak mengerti.
"Tapi ini bukan urusan kita des. " Ucap cica tidak yakin dengan ide desi.
"Lo tau kenapa ibunya ardi menceritakan semuanya sama rina. Berarti ibunya pengen ardi balik kayak dulu, dan dia yakin kalo lo bisa rin. "
"Jangan ngaco des gue mohon. " Rina menggelengkan kepalanya, ia tidak percaya desi akan mengatakan ide konyol itu.
"Ayolah guys, apa kalian nggak ingin tau tentang ardi yang dulu? Dengan kita tau yang sebenarnya, semakin mudah kita membantu ardi sembuh dari traumannya. " Rina dan cica saling lirik, mereka sama tidak yakin dengan ide desi kali ini. Menurut mereka ini konyol dan bukan urusan mereka, ini terlalu berbahaya.
"Anggap ini misi kita dalam menolong seseorang."
"Bagaimana jika ardi tau, dia akan marah besar. " Ungkap rina ragu.
"Ini misi, dan kita harus cerdik dalam menyembunyikan semuanya. Deal? " Desi mengulurkan tangannya sebagai tanda persetujuan. Rina dan cica masih ragu tapi tidak bisa di pungkiri jika mereka juga ingin tau tentang masa lalu ardi dan kejadian- kejadian lainnya.
"Gue ragu, tapi nggak ada salahnya kita nyoba. " Cica menyambut tangan desi dengan satu tangan masih menyetir.
"Tujuan kita menolong orang, jadi kita coba sama-sama. " Kemudian rina ikut menumpuk telapak tangannya di atas telapak tangan desi dan cica.
"DEAL!! " teriak mereka bertiga dengan tegas. Entah apapun yang akan terjadi di masa depan nanti, rina akan menghadapinya. Mungkin ardi akan marah padanya, tapi ia tidak peduli, yang ia pikirkan sekarang adalah membantu ardi keluar dari masalalunya dengan mengenali seperti apa masalalu pahitnya.
Maaf ar, gue harus ikut campur kali ini.
🤟🤟🤟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments