Rina berdiri tepat di depan rumah sederhana ber cat putih. Rumah itu terlihat indah dengan aneka ragam tanaman yang ada disana. Mulai dari tanaman hias hingga buah-buah semua terlihat asri dan nyaman. Minus dari rumah itu hanyalah keadaan yang sepi seperti tengah di tinggal pemiliknya.
Rina memberanikan diri untuk sampai ke teras rumah itu, ia berharap jika dirinya tidak salah alamat sebab itu sangat memalukan. Rina maju mundur nggak jelas di depan pintu, dirinya masih ragu, bagaimana jika ardi benar-benar sakit dan melihatnya datang sendiri dengan keranjang buah, kemudian bertanya 'ngapain lo kesini? ' apa yang harus rina katakan.
Rina tidak memiliki alasan yang masuk akal untuk itu, dan bagaimana jika ardi mengira ia peduli padanya. Tidak-tidak, ini tidak boleh terjadi. Lebih baik gue pergi aja. Baru selangkah berbalik, pintu yang tadinya tertutup tiba-tiba terbuka. Membuat rina terkejut bukan main.
"Eh.. Mbak siapa ya? " Tanya seorang ibu berumur sekitar 30 tahun ke atas dengan senyuman ramah. Rina membalas dengan senyum kikuk, sungguh dirinya sangat malu saat ini. "Cari seseorang? "
"Em.. Iya buk, saya mau cari rumahnya ardi ramadhan. Apa benar yang ini? Saya teman lesnya."
Terlihat mata ibu paruhbaya itu berbinar, sontak itu membuat rina kebingungan. "Iya ini rumahnya ardi, kamu teman baru di tempat bimbelnya kan? Ayo masuk, ardi banyak cerita tentang kamu. Ayo, ayo. " Ibu itu dengan sigap menarik tangan rina masuk ke dalam rumah kemudian duduk.
Sumpah gue bingung banget. Baru kali ini gue di sambut antusias kayak gini. Batin rina merasa aneh.
"Sebentar ya ibu ambil minum dulu. Tunggu! " Ibunya ardi masuk ke dalam, sebenarnya rina ingin mengatakan 'jangan repot-repot' tapi lidah nya terlalu kelu untuk berbicara saat ini. Dan akhirnya dia hanya bisa mengangguk. sangat payah.
Rina menatap sekeliling rumah itu, terlihat sangat sederhana seperti kepribadian ardi, yang sedehana dan... Sombong. Rina menambahkan kata itu di pikirannya. Banyak figura-figura kecil menempel di dinding dan juga di atas nakas. Foto keluarga, masa kecil ardi dan anak kecil yang sekilas mirip ardi. Mungkin kah itu adiknya? Ardi terlihat sangat manis ketika menggendong sang adik, senyumnya begitu tulus dan bahagia.
Ada juga figura besar yang berisi satu keluarga yang sangat terlihat bahagia. Sepertinya foto itu diambil ketika ardi baru lulus dari SMP, kedua orang tuanya datang begitu juga dengan adiknya. Sungguh beruntung orang-orang yang berkesempatan mengabadikan moment bersama, apalagi saat moment penting. Rina tersenyum getir, memorinya kembali mengingat saat dia lulus SMP, tidak seorang pun yang datang, tantenya sakit dan om nya sedang bekerja di luar kota. Apalagi orang tuanya, mana mungkin datang. Sungguh menyedihkan.
"Ini silahkan di minum nak! " Suara ibunya ardi membuyarkan lamunan rina.
"Terima kasih" Ucap rina sedikit gugup.
"Oiya, ardi sering cerita tentang kamu lo. Katanya kamu juga belajar bareng ardi di luar kelas bimbel kan? " Rina lagi-lagi mengangguk. Sungguh dirinya merasa bodoh saat ini.
"Menurut kamu ardi anaknya gimana? "
"Mak-maksud nya buk? "
"Ya kan ibu nggak tau sifat ardi kalo di luar gimana? Baik, nakal atau gimana? "
Rina tersenyum. Anak mu sangat sombong buk, dia memaksaku belajar terus-menerus tanpa jeda, dialog rina hanya membatin.
"Ardi orang nya baik kok buk, sangat baik... " Ucap rina dengan penuh kekuatan menahan caci makian yang terlitas di hatinya.
"Syukur deh. Kamu kesini tadi, ada urusan sama ardi?" Rina mengangguk. "Duhh maaf ya, ardi nya nggak di rumah sejak 1 minggu yang lalu. "
Deg!
Ardi berbohong?
"Kata ardi dia ada tugas dari sekolah untuk keluar kota selama seminggu. Tugas apa gitu, ibu nggak terlalu ngerti. "
"Sendiri bu? "
"Kalo itu ibuk kurang tau ya... Soalnya dia izin ke ibuk itu udah mau berangkat. Jadi ibuk nggak kepikiran buat nanya. " Medengar penjelasan ibunya ardi membuat rina terdiam, kemana ardi pergi? Dan kenapa harus berbohong kepada guru les. Aneh kan?
"Kamu nggak janjian dulu sama ardi? " Rina menggeleng pelan. "Kalo mau ketemu ardi lebih baik janjian dulu ya, soalnya semenjak masuk SMK ardi itu sibuk banget. Pulang malem, berangkat pagi, banyak kegiatan dia itu. Kalo ada yang mau disampein bisa titip ke ibuk atau kamu SMS dia aja. "
"Eng-enggak buk, ini cuma.. Ardi .... Pesen ini suruh ngaterin ke rumah katanya. Nggak penting kok buk. "
"Lho beneran? Tumben banget ardi pesen-pesen buah segala. Kayak bukan ardi banget... Tapi makasih ya. Ini di bayar apa gimana? "
"Enggak bu, udah kok. Ini cuma disuruh nganterin."
"oh iya-iya. ibu ardi memperhatikan rina yang terpaku pada satu foto di dinding.
"Itu ardi waktu baru masuk TK, manis kan anak ibuk? " Rina mengangguk mengiyakan perkataan ibu ardi. Untuk yang ini rina memang tidak munafik, ardi memang manis cuma... Sikap nya yang kurang manis. "Dia anak yang manis, ceria dan bandel. Hingga hari itu mengubah sikapnya. "
"Hari itu? Maksudnya?" Tanya rina sangat penasaran dengan kehidupan ardi di masa lalu hingga bisa merubah karakternya.
"Ibu akan cerita tapi kamu harus jaga rahasia ini dari siapapun terutama ardi. Bisa? " Rina menggangguk menyanggupi kesepakatan itu. Mungkin ini kesempatan rina untuk mengetahui sisi lain dari cowok muka datar itu.
...***...
Sekitar 5 menit rina berjalan meninggalkan rumah ardi. Sungguh ia tidak menyangka ardi mempunyai ibu sebaik bu salma. Ibu yang baik, pengertian dan selalu mengkawatirkan anaknya, sungguh rina ingin memiliki ibu sepertu itu, tapi apa dayanya ia tidak bisa memilihkan untuk lahir dari rahim siapa.
Walau hari ini rina tidak bertemu dengan ardi, tapi dirinya bersyukur bisa mendapat informasi seputar kehidupan ardi. Ternyata ardi pernah menjadi cowok manis, bukan cuma dari wajah melainkan juga sikapnya. Ardi kecil merupakan anak yang ceria, baik dan bandel seperti anak-anak biasa pada umumnya. Namun suatu kejadian mengubahnya menjadi ardi yang sekarang, datar dan membosankan.
Ardi mungkin bisa menutup diri dari orang-orang sekitarnya, tapi ternyata dia tidak sekuat itu untuk menyembunyikan kegelisahan dan kebimbangannya dari sang ibu.
Rina berjalan sambil terus berpikir, apa yang terjadi hingga bisa merubah kepribadian ardi. Tidak mungkin itu hanya kejadian kecil, pasti ada sesuatu yang besar yang mempengaruhinya. Tapi apa? Rina berdecak kesal, bu salma tidak mengatakan tentang tragedi itu. Sangat menyebalkan.
KRUSAKKK! BRAKK!
Rina terkejut saat ada seseorang yang tiba-tiba jatuh di samping tembok besar pembatas jalan, Sepertinya orang itu baru memanjat tembok. Rina menatap laki-laki yang menggunakan hoodie dan masker itu dengan tatapan aneh. Begitu juga dengan laki-laki itu yang terlihat terkejut.
Rina meneruskan langkahnya, begitu juga laki-laki misterius itu. Saat mereka berpapasan, rina merasakan ada sesuatu yang aneh, ia berhenti dan berbalik.
Ardi.
Dengan cepat rina menarik tangan laki-laki itu agar berhenti. Laki-laki itu berbalik, mereka saling menatap, dari matanya rina yakin itu ardi.
"Lo nyuekin gue lagi? " Tanya rina menghampaskan tangan ardi yang tadi dia genggam.
Ardi melepas masker kemudian menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa lo mengharap? "
"Kenapa lo bohong? " Tanya rina membuat ardi mengrenyitkan dahi.
"Maksud lo? "
"Bisa nggak, kalo gue nanya lo jawab. Jangan malah nanya balik. Sekarang jawab, kenapa lo bohong sama bu nila? sakit itu alasan yang klasik ar"
"Itu bukan urusan lo! "
"Oh ya, lalu bagaimana dengan nasib murid yang lo tinggal selama seminggu tanpa kabar. Apa itu bukan urusan gue? " Ucap rina mulai nyolot. "Sekarang lo jelasin, kemana lo seminggu ini. Gue nanya bukan antara orang asing atau apapun bagi lo. Tapi sebagai murid yang meminta penjelasan dari gurunya. "
"Murid tidak harus mengetahui urusan gurunya. "
"Dan lo emang nggak punya rasa kasian. Lo tau? murid itu selalu nunggu lo di taman kota selama seminggu ini. Menunggu kabar yang nggak akan pernah datang. Lo tau kan nunggu itu ngebosenin, jadi... Gimana pertanggung jawaban lo. " Ucap rina menantang.
Ardi menarik nafas dalam kemudian membuangnya dengan kasar. " Lebih baik lo cabut. Gue masih ada urusan. "
Rina menahan tangan ardi yang akan pergi. " Apa ini karena kejadian di club malam pekan lalu? "
Deg!
Ardi mengepalkan tangannya dengan kuat, matanya kini menyiratkan kebencian besar. Teringat malam itu mengingatkannya kepada sang ayah. Tapi... Bagaimana dia tau tentang club itu?
"Lo nggak perlu bohong sama gue ar, karena gue tau semuanya"
"Omong kosong! "
"Jangan mengelak ar... Gue punya buktinya. " Rina menunjukkan foto dimana ardi keluar dari club malam itu. Melihat foto itu membuat ardi semakin marah, dengan sigap ia mengabil ponsel rina dan menghapusnya. "Eh.. Apa yang lo lakuin!? Balikin hp gue. "
"CUKUP! " Bentak ardi membuat rina terkejut dan menghentikan aktifitasnya merebut ponsel. "Cukup lo ngurusin hidup gue. Inget! Lo bukan siapa-siapa gue, lo orang asing yang cuma bisa ngrepotin orang lain. Jadi, jangan urusin hidup gue lagi. Ngerti? Dan apapun yang lo lihat di malam itu, gue harap lo nggak ngungkit hal itu. Karena itu urusan gue, NGERTI! " Ardi melepar ponsel tepat di dada rina, kemudian pergi meninggalkannya dengan mengumpat kasar.
Rina terdiam, dirinya tidak bisa mengatakan apapun lagi. Semua yang dikatakan ardi memanglah benar, siapa dirinya yang berani mencampuri urusan ardi. Dia baru mengenalnya 3 minggu yang lalu, dan apa hak nya?
Air mata rina kembali menetes, kali ini hatinya sangat sakit. bahkan sakit di dadanya yang baru terhantam ponsel tidak sebanding dengan sakit dalam dadanya. Tapi kenapa dirinya harus menangis, bukankah dirinya selalu diperlakukan seperti ini? Kenapa sekarang dia merasa sakit saat laki-laki yang bukan siapa-siapanya membentaknya? Itu tidak penting kan?
Dengan langkah lunglai rina menyusuri jalan perumahan yang sepi, ia berharap tidak ada orang yang melihatnya menangis. Dengan usaha yang keras, rina bersikap biasa saja.
Semua akan baik-baik saja rin.
🤟🤟🤟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments