Suara tawa para siswa siswi SMA jaya sakti terdengar menggelegar saat jam istirahat tiba. Ratusan murid berhamburan menuju kantin, seketika suasana kantin yang tadinya garing kini menjadi riuh bak kandang ayam yang kedatangan pemiliknya.
Menghabiskan waktu dengan teman-teman adalah hal ter-asik yang tidak akan bisa diulang kembali. Sayangnya hal-hal asik itu tidak dimiliki oleh sebagian orang, banyak juga dari mereka yang hanya menyendiri, pusing dengan kehidupannya yang dipaksa dewasa sebelum masanya. Itulah hidup.
Salah satu siswi yang cukup populer karena sering membuat masalah, kini duduk di depan kelasnya. Melamun, dengan pandangan kosong yang tertuju pada lapangan basket. Entah dirinya memperhatikan para siswa itu atau tidak, yang jelas dia sendang tidak fokus dengan apapun.
DORRR
"Ban*ke! "
Gelak tawa menghiasi keadaan sekitar rina yang tadi sepi, dua sahabatnya itu memang sangat jahil, mereka selalu tau jika rina sedang melamun dan bersedih. Maka dari itu mereka selalu melakukan hal-hal konyol agar rina mengoceh dan kembali seperti rina yang normal.
"Husstt! Nggak boleh ngomong kasar rin, ingat dosa" Ucap Cica yang menyandang gelar Orang paling alim serta baik di circle itu.
"Ya gimana? Kalian gampang banget ngagetin" Rina protes, ia tidak terima jika kata kasar yang keluar dari mulutnya itu dibilang murni kemauannya, walau memang kadang iya.
"Iya deh, sorry" Desi menyandarkan kepalanya di bahu rina. "Lagian lo ngelamun mulu, di kelas ngelamun, di sini ngelamun. Untung pak bambang nggak liat, dia kan kembarannya pak budi, kalo menghukum nggak kira-kira. " Cica tergelak mendengar ucapan desi, sementara rina mulai menerbitkan sedikit senyuman. Memang kedua bapak guru mereka itu banyak kemiripan, dari mulai cara bicara yang sok kayak tentara, ketegasan yang high, dan juga hukuman berat ala TNI.
"Udah dong rina.. Jangan sedih terus. Kita masih bisa bahagia walau tanpa cinta dari cowok. " Cica kini berceloteh kembali. "Walau kisah cinta lo, keluarga lo nggak sebaik yang di harapkan. Tapi percaya deh, dua besti yang paling cantik ini akan selalu dukung lo, kita akan selalu jadi support sistem lo Rina. Jadi jangan sedih lagi." Cica kemudian memeluk kedua sahabatnya itu dari samping. Ada sesuatu yang menusuk di hati rina mendengar ucapan cica, jika dipikir semua yang dikatakan cica tidak salah, sebab memang kedua sahabatnya adalah orang pertama yang akan tau jika dirinya sedang tidak baik-baik saja.
"Kantin? " Tanya rina pada kedua sahabatnya yang sedang menikmati kenyamanan bahunya. Mendengar pertanyaan itu, cica dan desi langsung mengangkat kepala dengan semangat.
"GASSSS!! "
...***...
Ting-ting-ting
Bel istimewa yang selalu di nanti oleh para pelajar di seluruh belahan dunia akhirnya berbunyi. Para siswa-siswi berhamburan keluar dengan tidak sabaran, tidak ada yang mereka inginkan kecuali pulang.
Ya, kata pulang memang sangat menyenangkan bagi anak yang memiliki keluarga cemara yang peduli, namun tidak dengan anak-anak broken home yang bila pulang hanya membuat sakit kepala.
Terlihat dari bagaimana mereka memperlambat langkah, berdiam diri di kursi taman, nongkrong, bahkan banyak dari mereka yang memacu kendaraan berlawan arah dengan jalan hunian mereka. Tidak ada alasan lain bagi anak yang kurang kasih sayang untuk pulang, sebab mereka tidak ingin berlama-lama di rumah.
Dengan langkah berat, rina menyusuri jalan setapak menuju parkiran. Tempat itu mulai sepi, sepeda motor yang tadi pagi sangat padat, kini terlihat lenggang. Hanya ada beberapa motor dan sepeda kayuh yang masih menetap di sana, rina tersenyum ketika melihat motor kesayangannya sudah nangkring rapi, siap untuk tancap gas.
Dirinya yakin pasti ada yang sengaja memindahkan, sebab motor matic merahnya itu selalu menghalangi jalan keluar. Resiko anak yang selalu datang terlambat, tidak mendapat tempat parkir.
Langkah rina terhenti saat pemandangan asing tertangkap indra penglihatannya. Matanya menyipit, tiba-tiba hatinya merasa sakit seakan tertusuk ratusan jarum. Tangannya kini sudah mengepal kuat, namun matanya kembali berkaca-kaca, bagaimana bisa rizal yang kemarin tertawa bersamanya kini tengah bersenda gurau dengan perempuan lain. Rina menghapus air matanya sebelum menetes, kemudian memantapkan langkah untuk menghampiri rizal.
"Rizal.. " Panggil rina membuat rizal dan santi menoleh. Rizal terkejut dengan kedatangan rina yang tiba-tiba, sedangkan santi menebar pandangan tak suka kepada rina. "Aku mau ngomong sama kamu. Bisa? "
"Ngomong apa? " Jawab rizal berusaha bersikap biasa saja.
"Kalo mau ngomong ya ngomong aja. Gitu aja lama banget" Sahut santi sewot. Dengan memancarkan wajah tak suka pada rina, santi bersedekap dada berlagak songong.
Rina hanya melirik sekilas cewek putih yang berpenampilan sangat menarik, dengan baju yang pres di tubuhnya juga rambut yang terurai panjang sedikit bergelombang. Namun wajah sinis dan judes itu sangat-sangat tidak cocok dengan kecantikannya.
"Please!" Rina menatap rizal dengan penuh harap. "Aku hanya ingin penjelasan kamu rizal"
Rizal memalingkan pandangannya dari rina. "Nggak ada yang perlu gue jelasin rin"
"Gu-gue? " Mata rina mulai kembali berkaca-kaca. "Sejak kapan kamu ngomong gitu ke aku zal? "
Rizal memejamkan matanya sejenak. "Sejak sekarang"
"Why? " Suara rina tertahan karena dada nya yang mulai sesak, air matanya hampir tumpah. Namun ia berusaha menahannya, rina tidak ingin menangis dihadapan gadis jutek itu.
"Lebih baik lo cabut deh rin" Mendapat gelengan dari rina, rizal menghembuskan nafas kasar. Percuma mengusir rina jika belum mendapat apa yang di mau, rina tidak akan pergi. Itu memang sifat yang sangat di hafal oleh rizal dari dulu.
"Ka-kamu ngusir aku zal? Lagi?" Rina menatap rizal dengan tatapan tak percaya. "Sebelumnya kamu ngusir aku di rumah kosong itu, dan ninggalin aku sendirian tanpa peduli sedikitpun. Kamu tau nggak sih gimana takutnya aku? Di otak kamu terlintas nggak, aku dimana? Baik-baik apa enggak? Aku ketangkep apa enggak. Kamu berfikir nggak sih? Aku takut zal, aku takut"
Rizal menundukkan kepalanya, bagaimana pun tindakannya saat itu salah dengan meninggalkan rina di sana. Walau mereka sudah tidak ada hubungan, tapi ada alasan sebagai teman kan. "Sorry rin, untuk yang waktu itu gue bener-bener syok karena lo nekat dateng kesana. Dan keadaan sedang kacau, jadi.... "
"Oh, jadi lo nekat ngikutin Rizal sampek ke tempat tawuran. Dasar cewek gila, sampek segitunya lo pengen caper ke cowok-cowok, tapi sayang di tinggalin." Santi menerbitkan senyum sinis yang tertuju pada rina.
"Lo! Jangan ikut campur" Rina balik menatap sinis santi. "Dasar cewek kegatelan"
"Maksud lo!? " Santi mulai nyolot, ia tidak terima jika di katain cewek kegatelan.
"APA!? " Rina balik nyolot. " Kenapa? Nggak terima gue sebut cewek kegatelan? Maunya di panggil apa, cewek sok cantik perusak hubungan orang? Iya? "
"Beraninya lo! " Santi mendekat pada rina dengan tatapan menantang.
"APA!? " tak mau kalah rina juga menatap santi tajam. Walau santi memiliki tubuh yang lebih tinggi darinya, namun rasa takut sedikitpun tidak terpancar dari wajah rina. Malah sebaliknya, rina terlihat sangat berani.
"STOP! " Rizal menengahi. "Kalian apa-apaan sih? Kayak anak kecil tau nggak. Emang nggak malu bertengkar cuma karena masalah yang nggak jelas?" Rizal geleng-geleng kepala, dirinya tidak habis pikir jika kedua cewek itu akan bertengkar tentang masalah yang nggak jelas menurutnya.
Setelah mengatakan itu, rizal meninggalkan kedua perempuan yang masih berdiri di sana. Panggilan dari keduanya tidak di hiraukan oleh rizal, dirinya pergi meninggalkan tempat itu.
"Dasar caper" Ujar santi sambil menghentakkan kakinya kemudian mulai berjalan meninggalkan rina yang sedang mengepalkan tangannya dengan kuat.
"APA LO! " rina menahan lengan santi dan mencengkeramnya dengan kuat. Tidak mungkin rina akan melepas perempuan perusak hubungannya, dilihat dari lagaknya sangat ketara jika santi begitu menyukai rizal sang idola sekolah.
"Lepasin gue! " Santi berontak.
"Pengecut" Rina menghempaskan lengan santi dengan sangat kuat hingga gadis cantik itu mengaduh. "Payah." Setelah mengatakan itu rina melangkahkan kakinya untuk menjauhi santi. Namun sesuatu tiba-tiba terjadi, badannya terhuyung ke belakang hingga membuat kepalanya sakit seperti ada tarikan.
"BREN*SEK!"
🤟🤟🤟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments