Rina duduk diam di bangku kelas bimbelnya dengan bosan, tidak ada satu murid pun yang dirinya kenal. Sepertinya memang tidak ada murid dari sekolahnya yang les disini. Menurut rina tempat les ini cukup terkenal, biaya dan fasilitasnya juga mumpuni. Tapi kenapa tidak ada anak dari sekolahnya?
Walau memang ada banyak murid di tempat ini, tidak ada satu orang pun yang menyapanya sejak dirinya datang tadi. Diam sambil memainkan posel adalah cara terbaik mengatasi rasa malu dan canggung ini.
Beberapa saat kemudian seorang perempuan cantik dengan senyuman datang memasuki kelas, rina yakin perempuan itu adalah instruktur les nya. Terlihat saat perempuan itu membawa beberapa buku tebal dan sebuah map berada di tangannya.
"Selamat sore semua" Sapa perempuan itu dengan lembut.
"Sore bu nila" Jawab semua murid secara bersamaan. Setelah bertukar salam, mereka melakukan doa yang di pimpin salah seorang murid laki-laki yang menurut rina cukup tampan. Kemudian, instruktur les itu mengabsen semua anak dengan memanggil nama satu-persatu.
"Dinda... "
"Hadir... "
"Rayyan? "
"Hadir bu.. "
"Zila"
"Hadir"
"Ardi? "
...... ?
Tidak ada jawaban dari siapapun.
"Ardi ramadhan? " Bu nila mengulangi dengan nada yang sedikit keras. Semua terdiam, hening, sebab tidak ada yang memiliki nama itu di dalam sana.
"Yaelah di, di.. Siape sih lo. Jadi orang lelet bener, kalo emang nggak niat masuk tu izin, biar nggak membuang waktu buat semua gara-gara lo tanpa alasan. Cape deh. ' rina berdialog dalam hati. Dengan sesuka hati dirinya mengatai dan mengomeli orang bernama ardi itu. Enak saja orang bernama ardi itu terlambat, jika semua masih mencarinya, kelas tidak akan dimulai dan itu sungguh membosankan.
'Duh ardi kemana ya? Tumben nggak masuk? '
'Iya, tanpa keterangan lagi. Jangan-jangan dia kenapa-napa lagi'
'Kasian banget kalo dia ada masalah'
'Nggak semangat deh kalo nggak ada ardi'
Suara bisik-bisik dari beberapa murid perempuan terdengar jelas di telinga rina. Hatinya semakin penasaran dengan sosok yang tak kunjung datang itu, apa istimewanya sih cowok yang nggak disiplin? Hingga semua cewek di kelas bimbel itu membicarakannya.
"Apa ada yang tau dimana ardi? "
"Hadir" Suara berat itu menyita perhatian semua orang yang berada di sana. Semua mata kini tertuju pada sosok tinggi putih berhoodie hitam tegah berdiri tegak di ambang pintu. Tatapannya begitu tajam mengarah ke seluruh penjuru kelas. " Maaf bu saya terlambat"
"Baik. Silahkan duduk." Bu nila mempersilahkan kemudian lanjut mengabsen.
Pandangan rina sedari tadi tidak teralihkan sedikitpun dari sosok lelaki yang sekarang berjalan menuju ke arahnya. Ekspresi dari laki-laki itu masih saja datar seperti waktu pertama kali mereka bertemu. Ardi melirik sekilas ketika melintasi bangku rina, tidak ada sapaan apalagi basa-basi, rina berdecak kesal dalam hati.
Sombong amat.
Dalam hati rina mendumel sendiri, bagaimana bisa ardi tidak menyapanya, padahal ia sudah memberi tatapan keterkejutan dan juga sedikit senyuman. Tapi ardi malah menyueki rina yang sudah sangat Excited menyapa.
"Rina... " Suara bu nila menyadarkan lamunan rina, dengan senyum kikuk ia mengangkat tangan kemudian mengatakan 'hadir'. "Rina, silahkan perkenalkan diri kamu di depan kelas. Guys kita kedatangan teman baru nih. " Titah bu nila sambil tersenyum.
Dengan sedikit ragu, rina bangkit dari duduk nya. Berjalan dengan perlahan sambil berusaha mendongakkan kepala agar tidak menunduk. Jujur dirinya begitu malu saat ini, tapi ia harus bisa mengatasinya, tenang dan santai.
"Hallo, saya rina pustpita dari SMA jaya sakti. Senang bertemu dengan kalian, semoga kita bisa menjadi teman baik. " Rina mengakhiri pidato panjangnya dengan senyum kikuk. Sedari tadi pandangan rina tertuju pada ardi yang juga menatapnya datar, rina berusaha menerbitkan senyum pada lelaki itu namun lagi-lagi ardi tidak peduli. Dengan tatapan tajamnya, ardi sekali lagi berhasil membuat rina takut.
"Ya, terima kasih rina. Semoga kalian bisa menjadi teman baik ya. Dan ibu harap kamu nggak nglamun lagi. " Ucap bu nila sedikit berbisik di akhir kalimat. Seketika Pipi rina berubah menjadi tomat rebus, bagaimana bisa dirinya melakukan hal konyol di hari pertamanya les. Memalukan.
Bu nila yang merupakan guru les itu mengumumkan jika kelas akan segera di mulai, ia meminta anak didiknya untuk tenang dalam belajar. Semua anak bersiap mengeluarkan alat tulis mereka, begitu juga dengan rina yang sudah ready sejak tadi.
Berbeda dengan rina, ardi malah tampak sibuk mengobrak-abrik isi tas nya, seakan mencari sesuatu. Memgobrak-abrik tas kemudian celingak-celinguk seperti orang kebingungan, ardi nelakukan hal itu berulang kali hingga dirinya tersadar.
"Sial." Umpat ardi lirih namun masih terdengar di telinga rina. Kemudian ardi meletakkan tasnya, beralih membuka buku tulis untuk berpura-pura.
Rina berkali-kali melirik apa yang tengah di lakukan ardi, dirinya juga bingung kenapa cowok itu malah sibuk sendiri padahal kelas akan di mulai. Beberapa saat rina menyadari sesuatu, dengan segera ia berbalik dan meletakkan sebuah bolpoin tepat di atas buku ardi.
"Jangan malu buat minta tolong." Ucap rina tersenyum kikuk kemudian segera berbalik, menyimak bu nila yang tengah membacakan soal. Ardi menatap punggung rina dengan tatapan yang susah di artikan dan beralih menatap bolpoin berwarna pink di atas bukunya. Tanpa di sadari senyum tipis itu terbit dari bibir ardi, walau tidak ada yang menyadari tapi ardi tidak menampik fakta jika dirinya memang tersenyum.
***
Setelah Dua jam lamanya kelas bimbel berjalan, akhirnya semua selesai. Semua murid begegas pulang sebab mendung sudah menanti di luar sana. Begitu juga dengan rina yang dengan terburu-buru memasukkan semua alat sekolahnya yang ia keluarkan tadi. Walau hanya satu buku dan satu bolpoin sih.
Berbeda dengan yang lain, ardi tampak tenang dan santai saat merapikan peralatannya. Memang jika dilihat ardi tampak aneh dari teman-temannya yang lain, terlalu pendiam dan wajahnya sulit menunjukan ekspresi, hal itu membuatnya kadang terlalu di jauhi oleh orang-orang.
Tangan ardi terhenti ketika ingin memasukkan bolpoin pink itu, dirinya ingat jika itu bukan miliknya. Baru saja mulutnya akan terbuka untuk memanggil rina suara tak asing terdengar memanggil namanya.
"Ardi"
Ardi menoleh ke sumber suara, bebarengan dengan itu rina telah bangkit dan berlari keluar kelas. Kini ardi hanya bisa menatap punggung gadis yang sudah keluar dari ruangan.
"Heii, ada apa? " Tanya lily yang tadi ikut mengikuti arah pandang ardi. "Lo kenal murid baru itu? "
"Emmm... Ada apa? " Tanpa ingin menjawab pertanyaan lily, ardi mengalihkan topik pembicaraannya.
"Jangan lupa, lo harus traktir gue es krim hari ini. " Gadis berambut sebahu itu menerbitkan senyum jahilnya. "Lo udah janji kan? "
"Baiklah." Kemudian ardi mengambil tas nya, berjalan mendahului gadis yang kini tengah memasang ekspresi cemberut.
"Heii, hanya itu? " Lily menghadang ardi ketika berada di ambang pintu. "Bisa kan, lo bersikap lebih manis hari ini? " Kini lily bersedekap dada.
Ardi memandang lily dengan mengangkat sebelah alisnya, beberapa saat mereka beradu pandang dengan sangat intens. Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka, hanya pandangan yang berbicara.
Deg!
Jantung lily kini berdegup sangat cepat, bahkan degupan itu membuat dadanya terasa sakit. Walau memang menyiksa, namun lily selalu menikmati perasaan itu. Perasaan yang datang hanya jika bersama ardi, teman SMP hingga sekarang yang selalu ia kagumi. Walau sikap ardi tak sehangat dulu, tapi jika mereka berudua berbicara, ardi selalu berusaha bersikap baik dan megurangi kecuekannya.
"Baiklah nona lily yang manis, apakah kau benar-benar ingin es krim? " Tanya ardi dengan tatapan yang sedikit hangat.
"Kenapa? Apa kau akan mengingkari janjimu? "
"Sepertinya cuaca tidak mendukungmu, jika kau memaksa kau bisa sakit. "
Lily menyadari jika keadaan saat ini sedang mendung dan tidak mendukung untuk makan es krim, hujan sebentar lagi sepertinya akan turun, dan angin kencang kini telah menyapu tubuhnya.
"Baiklah, tapi aku akan tetap menagihnya. " Ucap lily memasang ekspresi cemberut.
"Ayo pulang" Ajak ardi diangguki oleh lily, mereka berjalan berdampingan menuju parkiran dengan berbicara banyak hal. Ardi memang bukan orang yang suka bicara, tapi jika bersama lily dirinya akan kembali menjadi ardi yang dulu. Ceria dan humoris.
***
Sedari tadi rina hanya mondar-mandir di parkiran, mencoba menghubungi tantenya lewat sambungan telepon. Namun semua hanya sia-sia, gerimis sudah mulai turun, suara petir juga tengah ikut serta menambah hawa buruk di bumi. Apalagi sekarang batrai ponselnya tinggal 5% seperti semangat hidupnya yang sudah hampir habis.
Rina memberanikan diri untuk bertanya kepada beberapa temannya, apakah mereka membawa cas hp, tapi mereka hanya menggeleng dengan tatapan aneh. Rina tidak mempedulikan tatapan itu, yang dirinya inginkan hanya pulang. Biasanya memang dirinya sangat malas untuk pulang, tapi hari ini ia benar-benar ingin pulang, suara petir itu sangat menakutkan baginya.
"Yaampun tante kemana sih? Om fadli juga" Mata rina mulai berkaca-kaca kembali, apakah kali ini dirinya akan menangis hanya karena tidak bisa pulang?
"Dan kau motor, kenapa harus sakit di saat genting? Kenapa ban mu bisa bocor seperti ini? " Rina mendumel sendiri, menurutnya hari ini adalah hari ter-buruk di hidupnya. Walau memang hari-harinya selalu buruk, tapi ini yang terburuk.
"Dasarr! " Rina menendang ban sepeda motornya yang bocor dengan kencang hingga dirinya mengaduh. "Bre*gsek. Kaki gue" Rina terduduk sambil mengusap-usap kakinya yang terlihat memerah.
Di sela-sela kepanikannya, rina melihat seseorang yang tak asing di matanya. Laki-laki itu adalah ardi, tapi sepertinya dia bukan ardi yang pernah rina temui. Dia berbeda, ardi yang ini terlihat lebih ramah, lebih ceria dan lebih... Manis. Rina terkejut bukan main hingga melongo, dia baru menyadari jika senyum laki-laki itu sangat manis. Gila.
Langkah ardi terhenti ketika melihat rina yang juga melihatnya dengan mulut terbuka. Senyum yang tadinya bersinar kini seketika lenyap dari bibir ardi dan wajah datar itu telah kembali. Menyadari perubahan ardi, ekspresi rina pun ikut berubah menjadi biasa aja. Kemudian rina memegangi ban motor nya yang bocor, berusaha memberi kode pada ardi bahwa dia butuh bantuan. Sesaat ardi memperhatikan rina, namun tidak sesuai harapan ardi malah melanjutkan langkah bersama lily melewati rina yang memandangnya kesal.
"Apa lo bener-bener nggak mau bantuin gue lagi? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments