ARDI?

Di sebuah club malam, seorang remaja tengah mengepalkan tangannya dengan kuat. Rahangnya mengeras, matanya menyiratkan sebuah kebencian teramat dalam untuk seseorang yang kini sedang menikmati minuman beralkohol dengan seorang wanita cantik. Berpenampilan menarik dan s*xi membuat siapapun yang melihatnya langsung jatuh hati.

Namun semua kecantikan itu terlihat busuk di mata ardi, begitu juga dengan kata-kata seorang pengecut seperti ayahnya yang sedang berbahagia dengan pacar cantiknya itu. Ardi tidak menyangka jika kecurigaan ibunya tentang ayahnya yang bermain perempuan itu benar. Dirinya yang dari dulu selalu menampik hal buruk tentang sang ayah kini mengaku jika seorang pria berusia 38 tahun yang selalu ia percayai dan ia jadikan panutan ternyata tidak lebih dari seorang pecundang.

Ardi merasa bodoh sebab tidak mengetahui ini sebelum-sebelumnya. Tidak heran jika beberapa minggu terakhir ini ibunya terlihat murung dan kurang bersemangat. Kadang ardi juga mendengar ibunya menangis ketika sang ayah tidak pulang dengan alasan kerja di luar kota. Jadi ini alasannya, semua yang pria itu katakan adalah kebohongan, dan ardi sangat membenci yang namanya penghianatan.

Bulir bening itu lolos dari matanya, ardi berusaha menguatkan dirinya. Saat ini dia tidak boleh lemah, dia harus tegar demi sang ibu dan daffa adiknya yang baru duduk di bangku kelas 3 SD. Ardi mengusap air matanya kemudian ia menarik nafas dalam-dalamuntuk mengendalikan emosinya. Dia harus kuat, tidak boleh ada setetes air mata yang jatuh lagi ketika ia memergoki ayahnya nanti.

Gue siap.

Ardi melangkah mantap menuju sofa dimana sang ayah berada, tidak ada rasa takut ataupun ragu sedikit pun di benak ardi. Yang tersisa hanyalah amarah dan kebencian terhadap sosok ayah.

PROK PROK PROK

"Kerja bagus pak rama. " Ucap ardi dengan menatap ayah dan wanita itu datar. Terlihat sang ayah terkejut bukan main telah kepergok selingkuh Di hadapan anaknya sendiri. "Kenapa berhenti? Bukankah kau sangat menikmatinya. "

Pak rama sang ayah hanya diam, begitu juga dengan wanita cantik itu yang memandang aneh ardi.

"Hallo tante, nama ku ardi. Aku anak dari pak rama dan istri sahnya. Senang bisa bertemu dengan wanita sepertimu, tante. " Ardi sedikit memperhalus kata-katanya yang terasa begitu pedas.

"Ardi apa yang kau lakukan di-di sini? " Tanya pak rama bangkit dari duduknya.

"Lho kenapa? Ayahku disini, kenapa aku harus capek-capek belajar di rumah. Aku juga akan menikmati semuanya sepertimu ayah. " Ardi menyaut botol minum milik sang ayah kemudian meneguknya langsung.

Melihat itu sang ayah merebut paksa botol beralkohol itu dari tangan ardi. "CUKUP! Beraninya kamu ardi menyentuh bahkan meminum nya. Kamu udah berani sama ayah? " Bentak pak rama dengan mengangkat satu tangannya untuk menampar ardi.

"Kenapa berhenti? Tampar saja! Aku sudah terbiasa, itu tidak sakit. " Ardi tersenyum miring. "Jika ayahku suka bermain dengamu tante, aku juga ingin bersenang-senang dengan mu. " Ardi duduk di sofa sebelah wanita itu kemudian mencolek pipi mulusnya, terlihat wanita itu takut dengan tatapan menusuk dari ardi.

"ARDI CUKUP! Apa yang kamu mau? " Pak rama menarik ardi hingga berdiri di hadapannya. " Kenapa kamu kesini? Seharusnya kamu belajar di rumah untuk mempertahankan nilai mu, tapi kamu malah keluyurang nggak jelas."

Ardi terbahak mendengar ucapan sang ayah. "Dan kau sendiri sedang apa pak rama? Seharusnya kau juga dirumah menemani istri dan anak mu. Tapi lihatlah, kau malah memperpuas hasratmu bersama wanita murahan. Sungguh memilukan. "

"Diam ardi, kau sudah melewati batas. Sekarang cepat pulang lah dan tidur. " Ucap pak rama mengusir ardi dengan nada marah.

"Seharusnya aku tadi membawa kaca, mungkin lain kali aku akan membawakannya untuk mu pak rama. Agar kau bisa melihat dirimu sendiri, betapa rendah dirimu. Brengsek. Rela berbohong kepada istri dan anak-anaknya hanya untuk mencari kesenangan pribadi. Suami dan ayah macam apa kau ini tuan? Dasar penghianat. " Ucap ardi sudah mulai memperlihatkan kemarahannya. Dia tidak tau apakah dirinya bisa mengontrol emosinya untuk tidak memukul wajah sang ayah. Dia tidak yakin.

"Pergilah! " Usir pak rama, ia sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Kini ardi sedang marah dan kini ia yakin kepercayaan ardi kepadanya telah lenyap.

"Kenapa yah? " Kini suara ardi bergetar, menahan rasa sesak yang terbelenggu di dalam dadanya. Kenyataan ini terlalu pahit untuk ardi, ia berharap ini hanyalah mimpi, yang jika dirinya terbangun semua baik-baik saja. "Kenapa kau menghianati keprcayaan ku? Kenapa? "

Mulut pak rama terkatup rapat. Bagaimana bisa dirinya menjawab pertanyaan dari sang anak jika dirinya sendiri tidak tau kenapa ia melakukannya.

"Kenapa kau diam pak rama? Kau tidak bisa memberi ku alasan yang akan membuatmu menang? Hah, kau takut sekali kalah pak. Aku tidak percaya jika ayah dua anak yang berani berselingkuh ini ternyata hanyalah seorang pengecut! "

PLAKK

Tamparan keras melayang di pipi kanan ardi. Semua orang yang tadinya berpesta pora menjadi senyap dan menaruh perhatian kepada perselisihan ayah dan seorang anak.

Ardi mengusap bibirmya yang mengeluarkan darah. Ia tidak menyangka jika akan mendapat sebuah hadiah luar biasa dari sang ayah. Ardi tersenyum getir menatap mata ayahnya dalam-dalam. "Kau memang tidak pantas menjadi ayahku. " Ardi menarik nafas dalam, kemudian menoleh kepada wanita selingkuhan sang ayah yang terlihat takut dan bingung.

"Kau tidak perlu takut tante, aku tidak akan menyakitimu. Lagi pula jika aku memyerangmu, ayahku oh maaf...maksudku pacar tampanmu itu akan melindungimu dari semua masalah. Tapi sepertinya bukan hanya dirimu yang mendapat kata spesial, sebab ibuku juga peenah menjadi korbannya. Mungkin kau korban selanjutnya." Ardi tersenyum miring. "Ah tidak mungkin, kau kan wanita murahan."

*ARDIII CUKUP! pergi dari sini atau ayah akan memanggil keamanan. "

"Tidak perlu repot-repot, sebab aku juga ingin segera pergi. Tempat ini tidak cocok untukku yang masih punya harga diri. Jadi teruskanlah dan sepertinya kau sudah tidak pantas untuk mendapatkan gelar seorang ayah. Aku membencimu pak rama " Ardi menekankan kata di akhir kalimatnya sambil berbisik. Amarah dan kebencian terlihat jelas di matanya, rasanya ardi ingin berteriak kencang di sana. Namun apa dayanya, ia memilih pergi meninggalkan sang ayah bersama wanita murahan itu.

...***...

Dengan langkah gontai rina keluar dari club malam, wajahnya terlihat kacau. Pertengkarannya dengan sang bunda sore tadi membuat rina melarikan diri dari rumah kemudian bersenang-senang dengan teman- teman SMP nya. Menghabiskan malam minggu di sebuah club dengan pesta minuman beralkohol juga berbatang-batang rokok. Tidaklah buruk menurutnya.

Rina duduk di pinggir pintu masuk club itu, sepertinya ia sudah tidak kuat menahan mual dan akhirnya muntah. Rina sadar terlalu banyak dirinya minum hari ini, dan akhirnya jadi seperti ini.

"Hei rin, ayo bangun! " Salah satu temannya mengulurkan tangan agar rina bangun.

"Lo nggak liat gue masih muntah, tunggu bentar ah. " Jawab rina, teman-temannya yang berjumlah 3 orang itu menunggu rina disana.

"Udah gue bilang kan, jangan kebanyakan. Lo keras kepala sih. " Ucap salah satunya lagi.

"Udah deh ya, gue ini kuat. Lihat! " Rina berusaha bangkit dengan terseok-seok. Semua temannya tertawa, begitu juga dengan rina yang menertawakan dirinya sendiri. "Akulah rina, yang sangat kuat. " Rina berteriak dengan mengangkat tangannya keatas. Semua teman-temannya ikut mengangkat tangan dan berteriak.

"KUAT" Di akhiri dengan tawa menyedihkah dari mereka semua.

"Hei, rin bagaimana jika tante mu tau kau minum lagi?"

"Hmm.. Gue nggak peduli. Lagian itu tidak akan terjadi jika kalian tutup mulut. Gue udah mengatur semuanya. " Rina menaruh telunjuknya di bibir. "Gue udah bohong. " Ucap rina berbisik sambil terkikik.

"Kau memang ahlinya berbohong. "

"Tenanglah! Ini hanya kebohongan sederhana. Gue nggak berbuat hal besar. "

"Ayo cabut, kalo lo pinsan disini gue nggak mau gendong lo lagi. Lo itu sangat gendut. "

"Heii, jangan ngatain gue gendut. Gue nggak gendut ya, jaga mulut lo itu. " Rina berteriak kesal. "Ayo-ayo kita pergi. " Rina dan teman-temannya berjalan dengan terseok-seok menuju mobil. Kadang mereka terguling ke semak-semak sebab tidak kuat menompang badan.

Rina terduduk sebentar kemudian bangkit lagi, saat akan membuka pintu mobil, matanya menangkap seseorang yang tak asing baru keluar dari club itu.

"Ardi? "

Rina tidak dapat melihat dengan jelas, tapi dirinya yakin laki-laki itu adalah ardi. Sedang apa ardi disini? Batinnya bingung. Tiba-tiba kepala rina pusing, mungkin ini efek dari minumannya. Rina berdecak kesal, sebelum kehilangan jejak rina merogoh sakunya mengambil ponsel kemudian memotret ardi yang sedang menuju parkiran motor.

"Rin.. Cepetan deh.. Kepala gue udah pusing. " Teriak salah satu temannya menyadarkan rina.

"Iya, iya, gue juga pusing tau. " Kemudian rina menyimpan ponselnya dan masuk ke dalam mobil. "Gue harap lo masih bisa nyetir dengan baik sampek di kos lo. " Ucap rina memperingatkan temannya yang berada di balik setir kemudi.

"Tenang, gue minum dikit tadi. Gue nggak gegabah kayak kalian. "

"Bagus."

Setelah sampai di tempat kos mereka semua langsung terkapar tidur. Dalam tidurnya rina masih memikirkan apa yang dilihatnya sebelum pulang tadi. Sedang apa ardi disana? Hanya pertanyaan itu yang mengganjal di hati rina. Menurutnya, ardi bukanlah tipe orang yang menyukai dunia malam. Ataukah ini sisi gelap dari seorang ardi?

🤟🤟🤟

Terpopuler

Comments

Thepathner

Thepathner

semangat kak

2023-07-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!