COWOK KEREN MEMPESONA

Rina masuk kedalam kelasnya seperti biasa, ketika bel akan berbunyi 2 menit lagi. Rina duduk di bangkunya, yaitu pojok kanan belakang. Semua yang di lakukan rina masih normal-normal aja sejauh ini, tapi kegiatan selanjutnya yang sedikit aneh.

"Aduh, murid abang ganteng sangat rajin sekali. " Suara desi memecah konsentrasi rina yang sedang membaca sebuah buku. Rina menurunkan bukunya agar dapat melihat wajah sahabat tengil yang selalu menggodanya.

"Abang ganteng bener-bener menyihir seorang rina puspita yang dulunya pemalas kini menjadi seorang yang rajin, pakek BGT. " Celoteh cica dengan sok kecentilan. Rina memandang kedua sahabatnya secara bergantian. Aneh.

"Kalian ngapain sih? Ini masih pagi lho, jangan stres dulu ngapa? " Omel rina mendapat cengiran lebar dari keduanya.

"Eh rin, gue mau tanya sesuatu tapi jangan bohong ya? Jawab dengan sejujur-jujurnya. Deal? " Desi mengajak rina berjabat tangan untuk tanda persetujuan.

"Yaampun, emang gue parnah bohong sama kalian? Pakek acara kesepakatan lagi. "

"Perasaan lo selalu bohong deh sama kita rin. " Mendengar ucapan cica, rina nyengir kuda. Dirinya tidak menampik kenyataan bahwa terlalu sering berbohong.

"Deal" Rina menyambut jabatan tangan desi.

"Oke, tunjukin ca! " Titah desi dengan ekspresi wajah yang berubah menjadi datar. Dengan segera cica memberi kan poselnya kepada rina yang terlihat bingung. "Siapa cowok itu? "

Mata rina membulat, bagaimana bisa kedua sahabatnya mendapatkan foto dirinya dan ardi. Dan kenapa moment nya bisa pas, saat rina duduk berdekatan dengan ardi dan menutupi wajah dengan buku. Itu moment saat rina bersembunyi dari rizal.

"Kalian ngikutin gue? "

"Well, sikap lo mencurigakan. " Jawab desi tenang.

"Lo kok nggak cerita sih rin kalo lo udah punya cowok baru. Lo main secret sama kita. " Protes cica merasa ketinggalan info.

"Dia bukan pacar gue. Ngerti? " Bantah rina.

"Terus... Siapa cowok keren mempesona itu? "

...***...

"jadi namanya ardi, uhh keren banget. " mendengar pujian cica terhadap ardi rasanya rina ingin muntah. walau memang ardi keren tapi dia terlalu datar.

"Yaampun rin. Kisah lo so sweet banget, kayak di ftv-ftv gitu. Iihhh mauuu." Ungkap cica setelah mendengarkan cerita panjang lebar dari rina saat kejadian tawuran itu.

"So sweet gimana? Yang ada gue sebel banget sama dia. Dia tu sombong tau nggak, sok asik lagi, caper."

"Kenalin donk. " Desi dan cica berucap bersamaan. Beberapa saat Mereka bertiga saling lirik, kemudian terbahak bersama. Ada-ada saja.

"Udah keren, ganteng, baik lagi. " Puji cica membayangkan wajah ardi yang belum pernah ia temui. Bayangin aja dulu.

"Tapi sombong. " Tambah rina kesal.

"Jangan gitu rin, kalo memang dia sombong, nggak mungkin dia mau ngajarin lo yang keras kayak batu ini. "

"Kalian sih belum ketemu dia. Kalo udah ketemu pasti tau "

"Jangan terlalu membenci rin, nanti lo suka. " Goda desi sambil senyum-senyum.

"Enggak! Nggak mungkin. Gue nggak suka dia. " Tolak rina mentah-mentah. Bagaimana mungkin desi bisa mengatakan hal itu, bahkan tidak pernah terbesit sedikitpun rasa suka pada ardi. "Gue... "

"Cuma suka sama rizal? " Sergah desi kesal. "Udah deh rin, lo jangan ngarep sema tu cowok brengsek. Dia sudah hancurin diri lo, kepercayaan lo dan cinta lo. Inget! Udah berapa kali lo di giniin, semenjak pacaran 1 tahun yang lalu, lo udah 4 kali di giniin rin. Dimana harga diri lo? "

Rina terdiam, kata-kata desi barusan ada benarnya. Tapi bagaimana pun dirinya tidak bisa berbohong jika masih mencintai sosok rizal itu.

"Mungkin kali ini lo jangan mikirin pacar-pacaran dulu deh rin. Lo harus fokus untuk menangin tantangan dari bunda lo, dengan begitu lo bebas rin. " Kini cica yang bersuara.

"Gue juga mikir gitu. Dan bisa aja kan kalo... "

"Rizal akan kembali. " Desi kembali dapat membaca pikiran rina. Ya tuhan, bagaimana kau bisa memberikanku sahabat yang cerdas sekaligus gila ini. "Rin... "

"Iya, iya.. Gue akan berusaha. Gue bakal mengesampingkan masalah cinta gue. Tapi gue nggak janji. "

"Good. Kita yakin lo bisa rin. "

...***...

Rina memasuki kelas bimbelnya dengan santai. Matanya menangkap sosok yang tak asing sudah duduk rapi dengan airphone yang telah terpasang di telinga cowok itu. Rina duduk di tempatnya, yaitu depan tempat duduk ardi. Terlihat cowok itu tidak merasa terganggu dengan kehadirannya, ardi tampak serius membaca buku dan mendengarkan musik.

Tanpa berbicara, rina menyodorkan sebuah hoodie yang saat kemarin hujan ardi pinjamkan. Ardi melepas airphone nya kemudian menatap rina datar.

"Terima kasih. " Ucap rina kemudian.

Ardi tidak menjawab, ia langsung memasukkan hoodie itu kedalam ransel kemudian mengambil sesuatu. "Gue nitip. Baju om fadli kemarin, sampein terima kasih gue. " ardi memberika baju om fadli yang dipinjamkan padanya saat mengantar rina pasca hujan deras itu.

Rina tersenyum kikuk, mengiyakan permintaan ardi. "Kenapa lo senyum-senyum? " Tanya ardi ketika rina tidak segera berbalik ke arah depan malah terus menatapnya dengan tersenyum seperti orang aneh.

"Emang nggak boleh? " Tanya rina yang sudah merubah ekspresi wajahnya menjadi galak.

"Kalo lo sering senyum sendiri nggak jelas, dikira orang gila lo. "

Rina memanyunkan bibirnya. "Mendingan gue selalu tersenyum setiap saat, Sebab senyum adalah ibadah. Dari pada lo yang nggak bisa senyum, sok cool lagi. "

"Emang gue cool. "

"PD amat lo. "

"Biarin."

Rina dan ardi saling menatap dengan tajam. Tersirat kebencian di mata mereka berdua, kekesalan yang hanya mereka berdua yang tau.

"Dasar robot. "

"Cewek aneh"

Di tengah berdebatan mereka, suara seseorang menyita perhatian mereka. Lily datang menghampiri bangku ardi dengan membawa sebuah buku. Rina menatap ardi tajam kemudian bergumam lirih, mengatai ardi sombong kemudian berbalik menghadap ke depan. Walau tidak terdengar, namun ardi dapat melihat dari gerakan bibir rina. Lily yang melihat itu hanya melirik rina dan ardi secara bergantian, di dalam hatinya terbesit rasa cemburu. Namun ia berusaha menampik dan bersikap biasa saja.

"Ada apa? " Tanya ardi menyadari lily sudah berada di sampingnya.

"Hari ini lo sibuk nggak?"

"Kenapa? "

"Nanti malem di rumah gue ada acara, mama sama papa nyuruh gue ngundang lo. Bisa dateng kan? "

"Hmm.. Lihat-lihat dulu ya, gue juga belum tau ada jadwal tambahan apa enggak. " Jawaban ardi di angguki oleh lily. Tapi...

"Sok sibuk banget. " Suara rina membuat ardi dan lily menatap punggung gadis itu. Terlihat rina sedang memegang ponsel di telinganya seakan melakukan obrolan. "Bilang aja lo males kan buat dateng, dasar tukang drama. " Rina melanjutkan kembali kalimatnya.

Ardi menyadari jika rina menyindirnya, terlihat dari nada bicaranya yang di keras kan agar ardi dapat mendengar,namun seakan menelpon seseorang. Dasar cewek aneh.

"Dia lagi telpon nggak sih? " Lily bergumam.

"Udah biarin aja. Cewek aneh emang gitu nggak tau tempat. " Ucap ardi masih menatap punggung rina, semakin membuat lily bingung. "Nanti gue usahain ly. " Lily mengangguk. Kemudian ia kembali ke tempat duduk dengan masih menyisakan pertanyaan di benaknya.

...***...

Waktu sudah menunjukkan puku 5 sore. Saatnya untuk pulang, semua bergegas keluar kelas. Rina dengan tergesa meninggalkan bangkunya, begitu juga dengan ardi yang berjalan tak jauh di belakang rina. Hingga ardi dapat menjajari langkah rina, sontak gadis itu tersentak kaget.

"Lo ngapain? " Tanya rina saat melihat ardi menyamai langkahnya.

"Jalan." Jawab ardi tanpa menoleh ke arah rina.

Rina berdecak kesal. "Gue tau lo jalan, gue nggak buriq. Tapi kenapa lo ngikutin gue? "

Ardi menghentikan langkahnya begitu juga dengan rina yang reflek berhenti. Ardi merogoh ranselnya, mengambil selembar kertas yang berisi beberapa soal.

"Kerjain ini, besok gue cek. " Ardi menyerahkan selembar kertas itu pada rina.

"What!? " Rina mengangkat kedua tangannya. "Lo gila, gue hari ini baru aja belajar. Dan lo udah ngasih tugas lagi ke gue? Ayolah gue rina, bukan lo ar. Kasih gue jeda. "

"Ngeluh? Lagi? Pantesan nggak bisa maju. " Ejek ardi sambil membuang muka.

"Apakah orang berjuang nggak boleh istirahat? "

"Enggak" Sergah ardi hingga membuat rina terkejut. "Kalo lo istirahat sebentar saja, lo akan tertinggal. " Bibir rina tertutup rapat. Tidak ada kata yang bisa ia gunakan untuk menjawab ardi kali ini, semua itu benar. Jika dirinya lengah sekali saja, semua bisa terjadi bahkan mungkin usaha yang baru saja ia mulai akan berantakan.

" Jadi, selesaikan ini. " Ardi menarik tangan rina kemudian meletakkan kertas itu di telapak tangan rina. "Besok sore harus selesai. " Ardi meninggalkan rina di sana.

Rina masih tertegun, ia tidak percaya jika ardi memaksanya untuk kerja rodi dalam belajar. Apalagi yang tertulis dalam kertas itu adalah pelajaran yang sangat dirinya benci, yaitu matematika dan sekutunya. ardi benar-benar ingin menyiksanya, tapi tidak papa ardi belum tau siapa yang ia tantang.

Gue pasti bisa

rina menatap kertas itu dengan mantap. Hari ini dirinya menetapkan target bahwa ia akan mengerjakan semua pekerjaan tanpa menundanya lagi. Sudah saatnya dirinya benar-benar mencari jati dirinya, untuk masa depannya. Ia yakin perjuangannya tidak akan sia-sia.

semua kegiatan rina dan ardi tak luput dari pandangan lily. gadis itu mulai merasa aneh dnegan kedekatan ardi dan anak baru itu, sepertinya mereka mempunyai koneksi. Dilihat daru sikap mereka berdua yang suka beradu mulut, membuat lily semakin yakin jika ardi mengenal gadis baru itu dengan baik.

lily mengepalkan tangannya kuat, saat melihat rina dan ardi yang kini berjalan beriringan dengan saling balas menyenggol-nyenggol bahu dan berujung saling mendorong satu sama lain. ya lily cemburu, dengan kedekatan mereka. Tapi bagaimana bisa?

🤟🤟🤟

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!