"Hai rin, kenapa nggak datang 1 jam kemudian aja, biar sekalian gue jadi kripik kering. " Sapa cica ketika rina datang dengan berjalan santai. Tapi di mata cica itu tidak santai melainkan lelet bak seekor siput.
"Lo bener-bener mau jadiin kita kripik? " Desi berdecak kesal.
"Sorry, gue tadi masih ada urusan. Lagian kenapa nunggunya di bawah terik matahari sih, kan di bawah pohon bisa. " Ucap rina tidak mau di salahkan.
"Rina." Desi dan cica memanggil namanya secara bersamaan.
"Kita nggak sebodoh itu cari tempat berteduh, tapi asal lo tau di bawah pohon itu-"
"Ada semutnya. Banyak lagi. " Ucap cica semangat menyerobot ucapan desi.
"Okey." Rina menaikkan sebelah alisnya. "Cafe? "
"Not bad. " Kemudian mereka bergegas ke kafe terdekat untuk membicarakan misi rahasia, terpenting, tersembunyi, terpalang, tertidur, dan terkunci. Alay kan author nya?
Setelah sampai dan memesan minuman, mereka duduk di bangku paling pojok tembok agar tidak terganggu dengan pengunjung lainnya.
"Gimana untuk misi kita? " Tanya desi memulai pembicaraan.
Rina dan cica beradu pandang kemudian mengangkat kedua bahu mereka secara bersamaan. "Nggak tau. "
Desi menepuk jidatnya perlahan. "Ya allah, kenapa kau memberiku teman-teman seperti ini?" Desi bergumam dengan mengelus dadanya, berbisik.
"Yang punya ide siapa? "
"Yang ngajak siapa? "
"Dan kalian juga pengen tau kan? Udah deh nggak usah mojokin gue, seakan gue sendiri yang pengen tau. Kalo kalian nggak mau, ya udah kita batalin misi ini. " Ucap desi cukup kesal. Cica dan rina saling lirik kemudian tertawa, sebab temannya yang satu ini gampang sekali marah, jadi cica dan rina sangat suka menggodanya.
"Jangan marah donk mbak desi. " Goda rina kemudian kembali tertawa.
"Nanti cepat tua loohhh. " Cica ikut menimpali, sedangkan desi sudah menekuk muka tanda kesal ber ubun- ubun.
"Udah ketawanya? " Desi memutar bola matanya malas.
"Okey, yuk lanjut. Jadi? " Rina kali ini bertanya dengan serius.
"Gini, gue tadi malem stalking akunnya cowok keren mempesona itu. Dan... Tidak ada tanda-tanda. " Ucap cica lesu.
"Apa dia pernah meng upload sesuatu? " Tanya rina heran. Sepertinya cowok seperti ardi tidak terlalu suka mengunggah sesuatu di media sosial, bahkan mungkin tanpa unggahan apapun.
"Ada." Jawab cica membuka ponselnya.
"Dia mengunggah fotonya sendiri? "
"Ya, ada beberapa yang menampakkan dirinya. Dia terlihat keren. Lihatlah! " Cica menunjukkan ponselnya. Benar, akun ardi telah mengunggah sekitar 100 lebih postingan.
Rina merebut ponsel cica, dengan egois dirinya melihat-lihat semua postingan ardi sendiri. Desi dan cica saling pandang, kemudian mengucapkan satu kata secara bersamaan.
"Kebiasaan."
Rina memegangi ponsel cica dengan senyum mengembang dan mata berbinar, seperti melihat harta karun yang berlimpah. Pertanyaan cica juga desi tidak ia respon sedikitpun, ia hanya fokus melihat foto-foto dan caption instagram ardi.
"Sepertinya ardi menyukai pantai. " Gumamnya merasa senang.
"itu udah jelas rin. Lo kenapa jadi ngefans sama ardi gitu? Gue tau emang dia ganteng, tapi idola lo kan cuma mas rizal seorang. " Tanya cica berusaha untuk menyudahi rina yang keasyikan stalking Instagram, bukan apa-apa tapi kuota cica sungguh sangat tipis.
"Gue nggak ngefans. " Jawab rina masih tidak beralih dari ponsel cica.
"Lha itu, lo senyum-senyum sendiri dari tadi. Jangan-jangan lo suka sama ardi. " Ucapan desi kini berhasil membuat rina menghentikan kegiatan stalking nya.
"Kalian apa-apaan sih? Gue nggak suka dia ya. Lagian gue pengen tau aja, cowok cuek kayak dia apa juga memposting dirinya sendiri. " Ucap rina sok nggak peduli.
"Terus? apa yang lo dapet. " Tanya desi memancing.
"Ternyata, dia banyak memposting foto. Itu aja. " Rina mengangkat kedua bahunya tak peduli.
"Kalo lo pengen tau, cari di hp lo sendiri rin. Kuota gue nipis nih. " Cica mengambil ponselnya yang rina letakkan di atas meja.
"Yaelah, kouta lo tinggal dikit? Gue malah nggak punya. "
"Yahhhh, jadi ini alasan lo nganggurin tu ponsel. Duit banyak, kouta kere lo. " Ucap desi tidak habis pikir. "Nih, cari sesuatu di akunnya. Petunjuk! Jangan cuma liat kegantengannya doank. " Desi memberikan ponselnya.
"Ogah, gantian ah. " Tolak rina penuh gengsi.
"It's okey, kalian bersantai lah. Gue yang bakal cari, hitung-hitung cuci mata. " Ucap cica dengan gaya centilnya.
Cica kini sudah ayem dengan ponsel desi, sementara sang pemilik ponsel dan rina sedang terlibat obrolan serius tapi juga tidak terlalu berguna.
"Emang lo nggak kenal, temen-temennya ardi di tempat les mungkin? " Tanya desi kepada rina yang sedang mengaduk-aduk minumannya.
"Temen.... " Rina sedikit berfikir. Sekelebat bayangan lily muncul di pikirannya membuat ia kembali mengingat kejadian menyebalkan beberapa waktu lalu. "Ya, dia ada teman. "
"Nah itu-"
"Tapi jangan senang dulu sebab, kita nggak akan mendapat jawaban darinya. " Desi mengangkat kedua bahunya kemudian berkata 'why? ' tanda ia tak mengerti. "Dia benci gue. "
"Lah, lo apain dia? Cewek or cowok? "
"Cewek lah. Gue perhatiin, kayaknya dia suka sama si ardi. Seperti, seorang sahabat yang menyukai sahabatnya sendiri gitu. "
"Tapi ardi suka dia? "
Rina tampak berfikir, ia tidak pernah menemukan cinta di mata ardi untuk lily, hanya tatapan biasa tapi lebih lembut. "Kalo gue tebak, kayaknya enggak deh. Soalnya, nggak ada pertandanya. Lo tau, hampir semua dalam pembicaraan yang mencari topik si ceweknya. Walau emang ardi kalo lagi sama dia bisa ketawa sih. "
"Hmm, selain cewek itu, nggak ada yang lain?"
"Lo tau des, Cowok itu nggak butuh siapapun, dia cuma butuh earphone dan juga buku di tangannya. Itu sudah cukup baginya. "
"Ini benar-benar sulit. " Desi tampak berfikir keras.
"Ketemu! "
...***...
Merebahkan diri di kamar adalah tujuan utama ardi ketika sampai di rumah. Hawa sejuk kamarnya yang tenang dan damai tidak ia dapatkan ketika berada di puskesmas. Kini hatinya sedikit lebih baik, memang pulang adalah tempat ternyaman untuk mengistirahatkan diri dari hiruk pikuk kehidupan.
Ardi memejamkan matanya, berusaha menata pikiran agar kembali seperti semula. Namun beberapa saat matanya terpejam, sekelebat bayangan seseorang melintas. Gadis mungil itu tengah melambaikan tangan padanya, senyum tulus nan lembut terpancar jelas di wajahnya. Gadis itu perlahan mendekat, dengan membawa sekuntum mawar merah yang belum mekar.
"Ada apa? Kenapa kau bersedih ar? " Tanya gadis itu duduk di samping ardi. "Apa kau merindukanku? " Tanyanya sambil tersenyum manis. Ardi ingin menjawab semua pertanyaan yang sedang diajukan gadis itu, namun entah mengapa mulutnya tidak bisa mengeluarkan suara.
"Ar, aku tau apa yang ingin kau katakan. Terima kasih telah menjaga hatimu untukku, walau kau tidak mengatakannya, aku sudah tau. Tapi maaf, aku menyayangimu sebagai sahabatku ar. Aku tidak bisa membalas rasa itu padamu. "
Ardi hanya terdiam, air matanya kini lolos saat mendengarkan semua kata-kata gadis itu, ingin rasanya saat ini ia mengutarakan semuanya, mengatakan semua perasaan yang telah terpendam sangat lama. Namun, dirinya hanya bisa membisu, hanya ada air mata yang sangat deras keluar dari mata nya.
"Maaf telah membuat mu menangis ar. " Gadis itu memandang wajah ardi tanpa berniat menghapus air matanya.
"Mulai sekarang, kamu harus hidup dengan kenyataan. Jangan terus menoleh kebelakang ar, kepergianku bukanlah salah siapapun, ini takdir. " Gadis itu kemudian berdiri, meletakkan setangkai mawar yang tadi ia bawa di samping ardi.
"Aku akan senang jika melihat kalian bahagia. Jangan membuatku merasa bersalah karena membuat kalian berubah. Buka hatimu untuk mereka yang ingin membuatmu bahagia ar, jangan pikir aku akan tergantikan. Tidak, aku akan selalu berada di hatimu, Namun di ruang yang berbeda. Berbahagialah ar, aku pergi. Selamat tinggal. " Gadis itu berjalan menjauh dari ardi, sebelum menghilang, gadis itu sempat menoleh kemudian melambaikan tangan dan tersenyum.
Ingin sekali ardi mengejarnya, namun kaki dan tubuhnya seakan lumpuh, tidak bisa di gerakkan. Kini gadis itu lenyap bersama semua kenangan yang ada, ardi tertunduk lesu. Dirinya menangis sekencang-kencangnya, ia mengasihani dirinya sendiri, di saat seperti ini pun ia tidak mampu mengucapkan semua yang telah terpendam.
Ardi berulangkali memukul dadanya yang terasa begitu sesak, ia kehilangan kesempatan lagi. Kesempatan yang tidak akan pernah datang untuk kedua kalinya. Kenapa pada saat gadis itu pergi, badannya bisa digerakkan kembali. Kenapa itu bisa terjadi?
"Nayla, jangan pergi! "
Deg!
Keringat dingin membasahi seluruh wajah ardi, nafasnya memburu seperti baru lari mengelilingi lapangan 20 kali. Dadanya terasa sangat sesak, air matanya telah lolos membasahi bantal yang sekarang menjadi tempatnya beristirahat.
Bercampur dengan keringat, ardi mengusap air matanya. Ia mengubah posisi yang tadinya berbaring menjadi duduk.
Hanya mimpi
Ia menoleh kearah jam dinding, pukul setengah 4 sore. Ternyata ia sudah tertidur selama 3 jam. Ardi termenung, ia masih memikirkan kata-kata gadis yang datang dalam mimpinya itu. Semua terlihat nyata di mata ardi, namun kenyataannya semua itu hanyalah mimpi.
Semua kejadian yang terjadi hari ini, akan berubah menjadi kenangan di hari esok. Entah itu kenangan manis atau pahit, semua itu tetaplah kenangan. Kenangan hanya memberi mu dua pilihan, melupakan atau selalu mengingatnya. Banyak orang yang suka mengingat semua kenangan manis, dan tak sedikit pula orang yang mempertahankan kenangan pahit di dalam hidupnya. Semua itu adalah pilihan mu, tidak ada yang memaksa dirimu untuk menghapus atau menyimpannya. Dan dari semua kenangan itulah yang menjadikan diri kita sekarang.
"Aku mencintaimu. Nayla"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments