Malam itu Diana susah tidur, membolak balikan badannya, sampai subuh baru tidur, dan pastinya keesokan harinya matanya sedikit menghitam Karena kurang tidur.
Diana secepatnya gosok gigi, make up, turun ke bawah, dan kaget melihat mamanya lagi sibuk di dapur.
Melihat anaknya, nyonya Tanoe dengan cepat membawa satu bakpao dan bubur, "Nak sarapan yuk"
Diana kaget, "Ma, ini mama yang masak?"
"Mama mana bisa masak, mama tadi pagi pergi beli di depan, Ayuk makan dulu selagi panas".
Sejak keluarga Tanoe bangkrut, Diana belum pernah melihat mamanya begitu senang, dia duduk di meja makan, sambil bertanya, "Ma, kok hari ini kelihatan senang sekali?"
"Kemarin mama lumayan beruntung, main mahjong menang"
Diana mengambil sendok sambil makan, dan menoleh ke mamanya, "Ma, kemarin kan sudah aku bilang, kita tidak boleh judi lagi"
"Mama hanya main saja, ada menang ada kalah, wajar kok, kamu jangan khawatir mama tau kok"
Diana mukanya jadi serius, tau tidak bisa menasehati mamanya, dan tidak mau bicara banyak, secepatnya ia menghabiskan buburnya, lalu pergi kerja.
Dulu dia tidak pernah tau mamanya kecanduan judi, tapi sekarang kondisinya berbeda, mereka tidak punya modal judi lagi, tapi mau bagaimana lagi, mamanya malah menaruh harapan di mahjong.
Diana menghela nafas, tidak pikir panjang, langsung berangkat ke Pratama jaya group.
Dilantai 22, Diana meletakan tasnya, dengan sengaja berjalan ke depan pintu ruangan CEO nya, masih kosong, sepertinya Fred belum sampai.
Diana kembali ke ruangannya, sesuai jadwal, dia menyiapkan semua dokumen yang di perlukan pagi ini untuk Fred, diletakkan di atas meja sebelah kanan, dan balik ke ruangannya, melanjutkan baca dokumen proyek fiesta.
Tidak lama, dari luar terdengar suara, Diana dengan cepat berdiri, lalu keluar, dia melihat Fred, di belakangnya ada 2 pria yang seperti bawahannya, lagi memberikan laporan.
Pas Bella keluar dari ruangannya membawa dokumen, dia melihat Diana yang berdiri di samping, matanya mendingin.
"Saya temanin pak Fred meeting, kamu kok santai banget ya, telepon pastikan jadwal sorenya pak Fred"
"Baik", Diana menjawabnya, dan menatap dalam dalam punggung Fred, baru balik ke ruangannya.
Semalam dia sudah meyakinkan dirinya, dia tidak ingin menjadi orang yang kabur dari masalah, dia ingin menggunakan kemampuannya sendiri, pelan- pelan naik ke atas, dan keputusan ini, dia ingin bicara langsung ke Fred.
Diana pergi memastikan jadwal Fred, tapi sore ini yang mau di temuin orangnya ada hal mendadak, asisten nya mengajukan perubahan waktu, Diana sudah mencatat Nya, dan segera mengatur hal yang bisa dilakukan pas jam kosong nya, menunggu Fred selesai meeting baru melapor ke dia untuk keputusannya.
Belum sampai 1 jam, meeting telah selesai, Diana mendengar sebelah ada suara, langsung berdiri, dan mengetuk pintu, setelah masuk, dia melihat Fred dengan seorang pria.
Pria ini berumur 40an, rambut di dekat telinganya terselip beberapa helai rambut putih, kemeja warna silver ditambah jas yang berdetail bagus, pakaian yang begitu bagus, alis yang tegas, tanpa sadar memancarkan sebuah aura yang luar biasa.
Melihat Diana masuk, pria itu melihat nya, tatapannya terhenti di badan Diana, dan berbalik ke Fred, "sekretaris baru?"
"Iyaa" Fred menjawab dengan pelan dan melihat ke arah Diana, "tolong bawain 2 kopi ke sini, satu seperti biasa, satunya lagi tidak pakai gula"
"Siap, ditunggu" Diana menjawab dengan pelan, dengan senyuman manis di bibir nya, kemudian keluar dari ruangan.
Setelah dia menyiapkan 2 gelas kopi, dia membawanya ke ruangan CEO, Fred dan pria itu sedang mengobrol.
"Pak Kusuma terimakasih, meskipun kali ini pembicaraan teknologi di luar negeri butuh waktu lama, tapi hasilnya bagus"
"Ini juga bukan karena saya, tapi proyek fiesta yang waktu itu tidak berhasil, saya lumayan kecewa, saya dengar proyek ini sudah berpindah tangan dari pak Jef ke kamu?"
"Iya, kali ini saya maju sendiri, ingin menguji realitasnya," fred sambil ngobrol, melihat sekilas ke wanita itu meletakkan kopinya di depan meja Kusuma, terlihat paha kecilnya yang begitu langsing, putih dan sedikit menggoda.
Jantung berdetak kencang, dengan cepat mengalihkan pandangannya, melihat ke arah Kusuma, "Minggu ini saya mau terbang ke kota Bandung, mungkin akan tinggal beberapa hari di sana, pak Kusuma baru pulang dari luar negeri, boleh istirahat beberapa hari, di perusahaan ada Jeff, semuanya bisa berjalan normal".
Minggu ini?
Diana dari masuk pintu, mendengar mereka membahas tentang proyek fiesta, langsung dengan fokus mendengarkan, sekarang dia dengar Minggu ini mau ke kota Bandung, hatinya pun terkejut.
Dia membawa kopi ke arah Fred, pas melamun, tidak memperhatikan ada karpet di bawah, kakinya pun tersandung, seluruh badannya akan segera terjatuh ke depan.
Diana panik, dalam hatinya berteriak tolong, di depan matanya gelas kopi ini akan segera kena Fred, dia dengan keras membelokkan tangan nya, kopi panas itu tumpah ke tangan kanannya, gelasnya jatuh ke karpet, gak pecah, tapi karpet nya sekarang basah oleh kopi.
Fred tidak tau kapan mengulurkan tangannya memeluk bahunya, dan dia pun tidak terjatuh ke lantai, walaupun tidak terjatuh, tapi dia malah dengan posisi aneh berlutut di depan Fred.
Sekarang kondisinya sedikit canggung, Diana tersadar, tidak peduli tangannya yang panas itu, segera dia mengambil gelas yang terjatuh di karpet itu, "maaf..."
Dia dengan panik segera berdiri, sama sekali tidak berani melihat muka pria itu, "maaf pak Fred, saya akan buatkan yang baru".
Dia tidak bisa mendengar suara pria itu, dengan cepat dia membawa gelasnya dan keluar dari ruangan.
Pas mau keluar dari ruangan itu, dia samar-samar mendengar suara dari dalam.
"Sekretaris kamu ini...."
Kusuma belum selesai berbicara, Fred langsung menepuk meja, "baru datang, biasa masih kaku"
Diana menggigit bibirnya, dengan cepat ke dapur, langsung membuat kopi baru, terus tangan yang terkena kopi panas itu disiramkan air kran saja, kemudian langsung membawa kopi ke dalam ruangan Fred.
Ketika masuk Diana masuk, pria yang tadi sudah tidak ada, hanya ada Fred seorang duduk santai di atas sofa.
Diana menggigit bibirnya, memantapkan langkah nya ke depan, meletakkan kopi di depan mejanya.
"Pak Fred, masalah tadi....."
"Kamu kesini"
Diana menoleh, saling menatap, dan berhenti setengah detik, segera berjalan melewati meja itu menuju ke arah Fred.
Dia baru saja mau melanjutkan minta maaf, fred sudah lebih dulu mengulurkan tangannya, ditariknya duduk di samping nya, belum sempat bereaksi, pria ini kaya pesulap, tangannya sudah ada satu obat oles.
Dia dengan segera membantu wanita ini menggulung lengan bajunya, pas terlihat luka bakar tadi.
Diana terdiam, tanpa di sangka, pria ini ternyata sudah tahu luka bakarnya.
Fred tidak berbicara apa-apa, di keluarkan lah kapas dari meja nya, dia mengeluarkan obat olesnya, pelan-pelan mengoleskan ke luka bakar Diana yang terkena kopi panas tadi.
Obatnya pas menyentuh kulit nya, langsung terasa begitu dingin, Diana Menoleh, melihat ke arah Fred yang begitu serius, hatinya menjadi tegang.
Dia dulu tidak pernah tau bahwa Fred begitu detail orangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments