Lif perlahan-lahan naik, Mark Wijaya mencondongkan tubuhnya "nona Diana, kau sungguh wangi, apakah kau menggunakan parfum?"
Liff baru saja tiba, Diana mundur satu langkah tersenyum "Pak Mark, sudah sampai"
Wanita cantik didepannya menjaga jarak dengan nya, Mark Wijaya juga tidak marah, malah Mark menganggap ini adalah santapannya, mungkinkah dia masih bisa kabur?.
Setelah memasuki ruangan, konsentrasi Mark pun tidak ada di file-file tersebut, dia mengolok-ngolok Diana untuk minum terus.
Merasa tidak tahan, Diana mencari alasan untuk pergi ke kamar mandi.
Berdiri didepan wastafel kamar mandi, ia memutuskan untuk menaruh obat tadi ke dalam kantonya, ia hanya bisa bertaruh sekali ini saja!
Baru akan keluar dari kamar mandi, belum juga melangkah terlalu jauh, ia menabrak seseorang didepan pintu.
"Siapa ini, apakah berjalan tidak pakai mata?"
Suara ini terdengar tidak asing---
Diana mendongak, tiba-tiba ia melihat wajah Cassie yang penuh dengan riasan.
"Ternyata nona Diana, mari kita ngobrol?"
Diana tidak berencana untuk menanggapi nya, ia hanya berbalik untuk mengambil barang-barangnya kemudian ia pergi.
"Perempuan ******, sok sekali!"
Cessie sangat marah, ia melihat ada sekantong obat kecil didekat dinding kemudian ia mengambil nya.
Lalu mata nya menjadi cerah, ia menatap ke arah Dian pergi....
Saat kembali ke ruangan, Diana meraba saku celana nya, ternyata obat tadi sudah tidak ada
Ada yang mengetuk pintu ruangan, yang masuk ternyata pelayan, dan ditangan nya ada sebotol bir "pak Mark, botol ini adalah bir khusus yang kami sediakan untukmu"
"Baiklah, taruh saja disana, sekarang kau boleh keluar" Mark Wijaya tampak tak sabar
Sebaliknya dia tersenyum licik, "nona Diana sebenarnya saat kau keluar tadi aku sudah memeriksa dokumen, tawaranmu sangat menggiurkan, aku juga bukan orang tidak sopan, jika kau habiskan birmu itu, maka aku akan tanda tangan, bagaimana menurutmu?"
Dipikir-pikir lagi, dia hanya bisa meraih gelas anggur tersebut, keadaan keluarga Tanoe yang terpuruk seperti sekarang membuat nya tidak boleh menyinggung Mark.
Diana meminum nya dalam satu tegukan, hanya terasa Bakaran di tenggorokan nya, terbakar hingga ke lambung
"Bagus bagus bagus! Nona Diana sungguh hebat!"
Diana mengelengkan kepala nya, wajah Mark didepannya pun terlihat semakin buram
Apakah karena kau terlalu cepat meneguk anggur tadi?
"Par Mark, aku sedikit------"
Terdengar degungan ditelinga nya, belum selesai berkata-kata pandangan nya menjadi buram seketika, dan tubuhnya melemah.
Meskipun kesadarannya menjadi semakin lemah, namun ia tetap bisa merasakan tangan kasar yang berkeliaran di sekujur tubuhnya.
Sudah pasti minum nya diberi obat.....
Diana kehilangan kesadaran sepenuhnya.
Di gang luar ruangan, Cassie mengeluarkan uang kecil untuk diberikan kepada pelayan yang mengantar minuman tadi
Setelah pelayanan pergi, Cassie membuang sisa obat kedalam kotak sampah "Diana siwanita ****** itu, masih bisa sombong!" Selesai berkata-kata dia menghentakkan heelsnya kemudian jalan masuk ke dalam liff, tak berapa lama, ada dua orang bejalan dilorong tersebut.
Salah satu nya berjalan ke arah kotak sampah, membolak-balik kertas kecil tadi, kemudia mencium nya, ia lalu berkata "pak, ini pasti obat tidur!"
Mendengar obat itu adalah obat tidur, setelah Fred mendengar nya, raut wajahnya berubah, dengan nada rendah ia berkata "segera siapkan mobil, suruh staff hotel periksa nomor kamar Jeff"
"Baik tuan!"
Supir segera meninggalkannya
Fred menarik dasi hitam nya, tatapan dingin nya menyapu pintu ruangan yang baru saja tertutup.
***
Didalam ruangan baju Diana terlihat kusut, memperlihatkan kulit nya yang putih serta memar-memar yang belum memudar.
Mark Wijaya melihat semua itu, raut wajah nya berubah seketika "Wanita ****** yang harus mati! Aku kira dia adalah wanita baik-baik, ternyata dimainkan oleh pria sampai seperti ini, masih ingin berpura - pura? Aku kira Nona sangat hebat, ternyata seorang wanita ******!"
Tatapan diana kabur, tubuhnya sangat lemas, dia hanya bisa menggigit bibir bawah nya.
Merasakan bahwa tangan kotor penuh minyak sedang menyentuhnya, ia mencoba untuk berdiri "Kau, kau...... menjauhlah dari ku"
"Keluar? Akan kutunjukan sampai kau memohon padaku!" Dengan sangat kasar tangannya merobek rok Diana
Marka menatap nya dengan tajam "Dasar wanita ******, masih berani kau sombong sekali, apakah kau ingin memaksaku ----"
Terdengar tabrakan keras dari belakang pintu, ringan terbuka oleh tendangan
Tiba-tiba Mark diganggu, keluarlah kata-kata kotor dari mulutnya, ia menyipitkan mata nya dan seketika wajah nya menjadi pucat, sambil merapikan baju nya ia tersenyum "Pak fredd....kenapa kau Disni?"
Fred melangkah, pandangan nya tertuju ke tubuh Diana, ia melepas jas dan menutup tubuh Diana dengan jas nya
Dengan tatapan serius "aku hanya mendengar ada pak Mark disini, ternyata memang benar"
Mark Wijaya menundukkan kepala nya "pak Fred, kau jangan begitu, jika aku tau malam ini kau ada Disni aku pasti akan mengunjungimu, tak mungkin aku suruh pak Fred untuk datang kemari, tapi pak Fred ada apa kau mencari ku?"
"Pak Mark terlalu sopan dibilang ada apa"
"Apa Maksudmu?"
Fred melihat wanita diatas sofa "saya sangat penasaran, Mark kau punya nyali besar menggoda wanitaku"
Telinga Mark berdengung, dan dia benar-benar kaget "Tidak, tidak pak Fred, apa maksud kata-katamu----"
"Orangku"
"He, he , he, pak Fred saya pikir anda salah paham, aku dan nona Diana hanya berbicara soal bisnis---"
Tidak menunggu kata-katanya selesai, pak Fred mendendang nya keluar, Marka ditendang ke dinding, ia memegangi perutnya nya yang kesakitan.
Fred memandang kebawah kemudian menggendong Diana.
"pak Mark tidak terlalu familiar dengan kota Surabaya, dan juga apakah kau tidak tau, jika sudah memegang barangku kau harus membayarnya"
"Tidak tidak tidak! Pak Fred, pak Fred, aku salah, mohon lepaskan aku!"
Belum habis mendengar nya berkata-kata Fred sudah ke luar ruangan.
Saat itu supir melihat isi ruangan kemudian menghela nafas.
Fred berasal dari keluarga terkenal, ia tidak suka mengotori tangan nya sendiri, tapi sekarang----
Ini masalah ini.......
"Pak Fred, pak Fred, kau salah paham"
"....."
Diana sadar diri nya sedang di peluk, dan juga bisa terdengar suara orang sedang kesakitan, tapi ia tetap tidak bisa membuka mata nya.
Ia menggigit bibir nya, mencoba menstimulasi dengan rasa sakit, hingga ia merasakan darah keluar dari bibirnya, bahkan ia bisa merasakan cairan hangat di sekitar bibir nya.
Dalam keremangan dan rasa sakit, ada seseorang yang memegang dagu nya dan menyuruh nya untuk rileks.
Tangan itu terasa begitu besar namun aneh nya penuh dengan keamanan.
"Tolong, tolong aku.....
"Membantu mu?" Fred melihat orang yang ada dipelukan nya "Diana kau sungguh tak punya malu"
Tangan - tangan ramping nya meremas bibir nya yang terluka, dengan wajah dingin dia pun pergi.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments