Bab 18

Semua orang panik, mukanya tegang semua, paling tidak mereka mengenali Fred, selain tau Fred bermuka dingin dan bersikap tegas, orang lain juga paham Fred itu kejam dan tidak berperasaan.

Tapi pas hari ini Winda mabuk Banget, di matanya tidak ada ketakutan sama siapapun

"Kenapa pak Fred? Siapa yang Phoenix siapa yang itik, saya kira semuanya juga tau"

Fred sudah bermata dingin, dengan kesabaran terakhir menahan kemarahannya.

Clara yang duduk di samping melihat situasi sudah mulai salah, dengan cepat menarik Winda, "sudah win, kamu sudah mabuk nih, jangan buat masalah....."

Winda mendorong tangannya Clara "Saya kenapa? Saya kan hanya mengatakan fakta? Dulu bukannya Diana sombong banget, siapapun dia tidak takut, sekarang keluarga Tanoe sudah bangkrut, emang saya juga tidak boleh ngomongin dia".

Diana gemetaran, dia menarik nafas dalam dalam, pikirannya kosong, dulu sebelum keluarga Tanoe bangkrut, saat itu dia di sayang semua orang, walaupun tidak selebay yang di omongin oleh Winda, tapi juga fakta kalau Bukan siapa saja bisa akrab dan dekat dengan nya, dari mata orang lain, sifat diana termasuk yang dingin, tapi tidak pernah menyangka bahwa di mata orang lain juga dia itu adalah orang yang sombong sekali.

"Sudah selesai ngomong?" Pria ini tiba tiba bersuara dengan lantang

"Pak Fred sudah yakin mau membela dia? Kalau bukan karena dia jago? Kapan pun bakal ada orang----"

Belum selesai ngomong, Fred langsung mengambil gelas birnya, sambil menatap Diana, "guyur balik".

Suara Winda tiba tiba berhenti, Clara yang duduk di samping tiba-tiba menariknya lagi, tanpa henti memberi kode, baru lah dia pelan-pelan sadar.

Kirain Fred hanya mempermainkan Diana, seorang nona malang biasanya dimainin orang, diinjak orang, tapi Fred justru tidak dia bahkan malah menyuruh Diana mengguyur nya dengan bir.

Mukanya berubah, melihat ke arah Diana, "Kamu.....kamu berani!"

Fred tidak mendengarkan nya, terus melihat Diana yang disampingnya lalu berkata, "mau bagaimana, kamu atur sendiri".

Diana menerima gelas, dengan penuh keraguan melihat ke gelasnya.

Orang di sekitar mulai merasa ketegangan, ada yang ingin meleraikan, tapi ketika melihat muka Fred, langsung mengurungkan niatnya dalam dalam.

Gerald yang melihat situasi sudah tidak benar, terpaksa menahan malu, dia ketawa hehe, "bro Fred---"

"Kamu diam!." Kata kata yang begitu tegas dari Fred, langsung mematahkan ucapan Gerald.

Gerald melihat Fred benar-benar marah, dia kembali terdiam.

Winda yang sombong tadi melihat situasi ini, hati nya mulai gelisah, dia berbalik melihat ke arah pria yang duduk di sofa, "William..."

Pria yang bernama William ini tidak seceroboh Winda, di dalam hatinya dia sangat yakin dia bukan lawan nya Fred, walaupun di rumahnya ada sedikit kekayaan, tapi tetap saja tidak bisa melawan Fred, apa lagi yang cari masalah bukan dia, demi seorang pacar menyinggung Fred, lebih baik jangan.

William ketawa, mengalikan pandangan nya ke Fred, "kak fred, saya sudah putus dengan winda, kamu mau bagaimana terserah, tidak perlu memperdulikan saya".

Winda kaget sekali, "Kamu---"

Dia belum sempat berbicara, tiba-tiba mukanya terasa dingin, "blash", dia kemudian bernafas lewat mulut, mengusap cairan yang ada di muka dengan tangan nya, lalu pas dia dia menoleh terlihat Fred dan Diana.

Diana meletakkan gelas kosong di Samping, mukanya tenang, tapi alis nya berkerut.

Fred meletakkan tangan nya ke bahu Diana, lalu dia menatap Winda, dengan tegas berkata, "mulai sekarang, jaga baik baik mulutmu, kalau tidak bukan hanya segelas bir bisa menyelesaikan nya lagi"

Selesai berbicara, dia tidak memperdulikan muka Winda yang begitu emosi, Fred malah merangkul Diana dan berbalik badan.

Kedua tangan Diana dari awal saling menggenggam, kukunya di dalam telapak tangan, keduanya berjalan bersama ke arah tangga keluar, setelah itu dia dengan pelan mendorong Fred, mukanya pucat.

Merasa Diana sengaja menjauh, Fred menaikkan alisnya, "Maksudmu apa?"

"Fred, aku tidak mau membuat masalah, jadinya semua orang tidak senang dengan ku sekarang".

Kalau dibilang keluarga kaya dulu mengajarkan bagaimana cara berdiri tegak penuh dengan kepercayaan diri, sekarang keluarga miskin mengajarkan dia bagaimana untuk selalu rendah hati.

Sejak keluarga Tanoe bermasalah, dia telah belajar sabar, belajar bagaimana menundukkan kepala, Fred sudah pasti tidak takut, kekuasaan dan kekayaan dia bisa menekan orang lain, tapi tidak dengannya, kalau saja dia tidak ada perlindungan dari Fred, siapapun bisa menginjak dia sekarang.

Dia sangat jelas, dia tidak mungkin selamanya berlindung di bawah Fred, dan juga tidak mungkin selamanya berlindung di sayapnya, jadi sekarang orang yang dia singgung kedepan nya bakal jadi musuhnya Diana, bakal memberikan tekanan atau pukulan berat kepadanya.

Fred tidak pernah mengira Diana akan berbicara begitu, mukanya tiba tiba dingin, dia menatap Diana selama beberapa detik kemudian berkata, "kalau begitu, kamu beritahu saya, kalau tidak ada saya tadi, Kamu mau bagaimana menyelesaikan nya? Kabur? Menerima malu? Kamu kira selanjutnya ketemu mereka, kamu tidak bakal dibully lagi?"

Diana mengigit bibir bawahnya, tidak bisa berkata apa- apa.

"Diana, Dimana Harga Dirimu?" Fred melangkah ke depan, mendekatkan diri ke Diana mengigit bibi bawah nya lagi, tidak sengaj terlalu kuat sehingga dia merasa ada darah yang mau keluar dari mulut nya.

Detik selanjutnya, dia merasa pipinya kaku, dagunya di tekan oleh satu tangan yang begitu bertenaga, dia di paksa bertatapan langsung dengan pria itu.

Tatapan Fred begitu dalam, tapi di dalamnya tersirat dingin dan tegas, "Di dunia bisnis, jika tidak mau terlihat menyedihkan dan di permalukan, ada 2 pilihan, yang pertama menggulung tikar dan kabur, kedua mendaki ke tempat yang cukup tinggi, sampai posisi yang bisa mempermalukan orang lain, di kehidupan juga begitu, pasti ada satu pihak yang akan selalu di tekan, tapi demi apa, dari awal, kamu merasa bahwa kamu ada di pihak yang ditekan itu"

"Saya beritahu ke kamu Diana, jadi orang itu tidak boleh kehilangan harga dirinya, kalau kamu menganggap kabur itu bisa menyelesaikan semua masalah, mulai sekarang kamu tidak perlu ikut aku lagi".

Fred melepaskan tangannya, menatap dalam dalam ke mata Diana, "kalau tidak mengerti, tidak perlu kerja lagi di Pratama jaya group".

Dengan dingin ucapannya selesai, lalu dia pun berjalan keluar.

Diana melihat punggung pria itu, dengan nafas yang sesak, Hati nya begitu sakit, secepatnya pria itu sudah menghilang dari pandangan nya, tapi suara itu masih berdengung di telinganya.

"Demi apa, dari awal, kamu merasa bahwa kamu ada di pihak yang di tekan itu?"

"Demi apa?"

"....."

Ya, kenapa setelah keluarga Tanoe indo sukses bangkrut, dia harus jadi pihak yang di bully itu?

Diana kenapa tidak mau dengan kemampuan nya sendiri naik ke atas!

Malam ini, ada satu bibit tertanam dalam hatinya Diana, mulai pelan berakar dan bertunas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!