Waktu saat ini sudah menunjukkan jam lima pagi. Farhan masih berjaga di depan ruang UGD menunggu kabar dari dokter selanjutnya.
Kondisi ke tiga orang yang Farhan sayangi masih kritis. Farhan tidak mau berlarut-larut menangisi kondisi istri dan anaknya. Dia lebih memilih mencari musholla untuk menunaikan kewajibannya, yaitu sholat subuh.
Beberapa menit untuk Farhan bermunajat dan memohon kepada-Nya agar ke tiga orang yang dia sayangi bisa melewati masa kritisnya. Selesai itu, Farhan pun pergi untuk kembali ke ruang UGD.
Sesampainya di ruang UGD, Farhan terkejut saat melihat dua orang suster berjalan dengan cepat dan memasuki ruang UGD.
"Ada apa ini. Kenapa, dua suster tadi terburu-buru banget. Apa jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi di dalam," ucap Farhan.
Seorang dokter, tiba-tiba saja keluar dari ruangan itu. Farhan buru-buru mendekati dokter itu. Takut terjadi apa-apa dengan salah satu keluarganya di dalam.
"Dokter, bagaimana perkembangan kondisi kakak, anak dan istri saya?" tanya Farhan khawatir.
Dokter menatap Farhan lekat.
"Maaf kan saya. Saya sudah memberikan penanganan yang terbaik untuk anak bapak dan sudah berusaha maksimal untuk menangani Fauzan. Tapi sepertinya, Tuhan lebih sayang dengan Fauzan anak bapak. Fauzan sudah tidak bisa diselamatkan lagi Pak," ucap Dokter.
"Apa! maksud Dokter?" Farhan terkejut saat mendengar ucapan dokter.
"Fauzan sudah meninggal dunia tadi Pak Farhan." Dokter kembali menegaskan.
"Inalillahi wa innailaihi rojiun. Anak saya meninggal? jadi anak saya sudah tidak bisa diselamatkan lagi Dokter?" ucap Farhan dengan mata berkaca-kaca.
"Iya Pak Farhan."
"Lalu, bagaimana dengan istri dan kakak saya?"
"Mereka masih kritis. Pak Farhan tunggu saja perkembangan selanjutnya."
Farhan hanya mengangguk.
"Kalau begitu, saya permisi dulu."
Dokter pergi begitu saja meninggalkan Farhan. Hati Farhan begitu tersayat saat mendengar anaknya meninggal. Hatinya seakan hancur berkeping-keping. Anak laki-laki yang selama ini dia sayangi, sekarang sudah pergi meninggalkannya begitu cepat.
Dengan langkah lemah, Farhan kembali ke kursi dan duduk kembali di tempat duduknya. Dia kemudian mengurut keningnya.
"Ya Allah, kenapa cobaan tiba-tiba menghampiriku bertubi-tubi seperti ini. Apa dosa ku Ya Allah, sehingga Engkau memberikan aku cobaan seberat ini," ucap Farhan.
Air mata dari pelupuk mata Farhan sudah tidak bisa dibendung lagi. Dia menangis sesenggukan di dalam kesendiriannya.
Farhan sejak tadi hanya bisa mengusap-usap air matanya yang sudah membanjiri pipi. Dia berusaha untuk tidak menangis. Namun dia tidak bisa menahan tangisannya. Apalagi, tidak ada orang yang menguatkannya untuk saat ini.
"Fauzan anak Abi. Kenapa kamu tinggalin Abi dan Umi secepat ini Nak," ucap Farhan di sela-sela tangisannya.
Beberapa saat kemudian, suara ponsel Farhan berdering mengejutkan Farhan.
Farhan mengambil ponselnya yang ada di dekatnya duduk. Setelah itu dia mengangkat panggilan dari ayah mertuanya.
"Halo..."
"Halo Farhan. Ada apa Farhan? tadi malam, kamu nelpon bapak ya? ada banyak sekali panggilan tak terjawab dari nomer kamu. Ada apa sebenarnya Farhan?"
"Bapak dan ibu bisa nggak ke rumah sakit sekarang?"
"Ke rumah sakit? untuk apa? siapa yang sakit?"
"Amira dan Fauzan kecelakaan Pak "
"Apa! anak dan cucuku kecelakaan? kapan Farhan?"
"Tadi malam Pak."
"Terus, sekarang bagaimana kondisinya?"
"Bapak dan ibu harus lihat dulu ke sini. Saya lagi sendiri di rumah sakit. Saya nggak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya sangat butuh kalian berdua."
"Baiklah. Saya akan segera ke sana dengan ibunya Amira."
"Pak, tolong. Jangan kasih tahu Laila dulu soal ini. Soalnya saya takut Laila akan syok dan sedih mendengar ibunya kecelakaan."
"Iya Farhan. Bapak akan ke sana sama ibunya Amira. Tunggu ya."
"Iya Pak."
****
Pak Husen ayah Amira tampak panik saat mendengar kabar dari Farhan. Dia buru-buru keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk menghampiri istrinya.
"Bu, gawat Bu," ucap Pak Husen.
Bu Rahayu menoleh ke arah suaminya.
"Pak, ada apa? apanya yang gawat?"
"Amira kecelakaan tadi malam."
Deg.
Bu Rahayu yang sedang memasak langsung memegang dadanya. Dia terkejut saat mendengar ucapan suaminya.
"Apa! kecelakaan? yang benar Pak? bapak tahu dari mana soal itu?" tanya Bu Rahayu.
"Semalaman Farhan nelpon bapak berkali-kali. Tapi bapak nggak dengar karena bapak sudah nyenyak. Dan tadi bapak telpon balik dia. Dan ternyata dia sekarang ada di rumah sakit sendirian."
"Ya Allah Pak. Kita harus ke sana Pak sekarang."
"Iya Bu."
Bu Rahayu mematikan kompornya. Setelah itu dia bergegas pergi untuk memanggil Novi adik Amira di kamarnya.
Tok tok tok...
Bu Rahayu mengetuk pintu kamar Novi. Beberapa saat kemudian, Novi membuka pintu kamarnya.
"Ibu. Ada apa?" tanya Novi dengan mengucek matanya. Tampaknya Novi baru bangun dari tidurnya.
"Nov, Laila tidur sama kamu ya semalam?"
"Iya Bu. Dia masih nyenyak."
"Nov. Tolong gantiin ibu masak. Soalnya ibu mau pergi."
"Pergi ke mana Bu? kayaknya buru-buru amat."
"Ibu mau ke rumah sakit."
"Siapa yang sakit Bu?"
"Tadi Farhan nelpon, katanya Mbak kamu kecelakaan."
"Apa! Mbak Amira kecelakaan?"
"Iya. Ibu sama bapak mau ke sana. Tolong ya, kamu lanjutin kerjaan ibu di dapur. Dan tolong, jangan bilang-bilang dulu sama Laila soal ini."
"Iya Bu."
"Kalau Laila bangun, suruh dia masuk sekolah seperti biasa."
"Iya Bu. Ibu mau berangkat sekarang?"
"Iya lah. Ibu kan khawatir sama kondisi Amira. Kalau begitu, ibu mau siap-siap dulu ya."
"Iya Bu."
Bu Rahayu kemudian buru-buru berjalan untuk ke kamarnya. Dia akan siap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Setelah Bu Rahayu dan Pak Husen siap, mereka kemudian berboncengan motor meninggalkan rumah mereka.
****
Jam enam pagi, Bu Aminah keluar dari kamarnya. Setelah itu dia berjalan untuk ke dapur. Sesampainya di ruang tengah, Bu Aminah menghentikan langkahnya. Dia terkejut saat melihat menantu barunya sedang mondar-mandir di ruang tengah.
"Zia. Kamu lagi ngapain di sini?" tanya Bu Aminah mendekat ke arah Zia.
Zia menoleh ke arah ibu mertuanya dan menghadapkan tubuhnya ke arah ibu mertuanya.
"Ibu. Ibu udah bangun?"
"Iya. Ada apa? kamu kelihatannya panik banget begitu? ada apa Nak? mana suami kamu?"
"Mas Farhan nggak ada di rumah Bu. Semalam dia pergi ke rumah sakit. Mbak Amira dan Mas Galih semalam kecelakaan. Dan Mas Farhan belum menghubungi aku lagi Bu."
"Apa!" Bu Aminah hampir saja terjatuh. Untunglah Zia segera memeganginya.
"Duduk dulu Bu," ucap Zia mengajak ibu mertuanya duduk dengan merangkul bahunya.
Bu Aminah sangat syok mendengar ucapan Zia. Tiba-tiba saja dia menangis sesenggukan di depan Zia.
"Galih anak ku... hiks...hiks... kenapa semua ini bisa seperti ini Zia. Kenapa."
"Sabar ya Bu. ini semua sudah takdir Bu. Siapa yang tahu takdir manusia Bu."
'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Maria Ulfa
itu dandanya kamu tidak diridani nikah lagi
2023-06-16
1