Malam ini Bu Aminah, Farhan dan ke dua istrinya, masih berada di ruang tengah. Mereka masih tampak bercakap-cakap.
Setelah acara selesai, ke empat orang itu, lebih memilih menghabiskan waktu mereka untuk ngobrol-ngobrol di ruang tengah.
Farhan dan Zia belum masuk ke dalam kamar, karena mereka juga tidak enak dengan Amira. Tidak mungkin Farhan mengajak istri barunya ke kamar dan meninggalkan Amira begitu saja di ruang tengah.
"Aku mau pulang," ucap Amira tiba-tiba.
Farhan, Zia dan Bu Aminah, menatap Amira bersamaan.
"Pulang? kenapa pulang? Ini sudah malam Amira. Kamu nggak usah pulang dulu," ucap Farhan.
"Acaranya kan sudah selesai Mas. Jadi nggak apa-apa kan kalau aku dan Fauzan pulang. Udah beberapa hari aku nginap di sini, pasti Laila sudah menunggu aku pulang," ucap Amira.
"Tapi kan Laila di rumah nggak sendiri. Dia sama keluarga kamu kan? katanya kamu titipkan dia ke rumah neneknya," Bu Aminah juga sepertinya tidak mengizinkan Amira pulang.
Sebenarnya hati Amira tidak nyaman jika dia harus berlama-lama bersama madu dan mertuanya. Apalagi untuk bermalam di rumah itu.
Amira tidak sanggup tinggal satu atap dengan istri ke dua suaminya. Jika dia harus memilih, dia lebih memilih tinggal di rumahnya sendiri dengan ke dua anaknya dari pada menginap di rumah mertuanya.
"Tapi aku pengin pulang Mas. Aku capek. Lagian, aku mau tidur di mana di sini, aku nggak punya kamar," ucap Amira memberi alasan.
"Kamu tidur sama ibu Nak, untuk sementara. Ini sudah malam, besok pagi aja pulangnya. Kasihan anak kamu. Dia sudah tidur dan dia juga baru sembuh dari sakit."
"Tapi aku tetap mau pulang. Kalau Mas Farhan nggak mau antar aku, aku mau naik ojek aja."
"Jangan Amira. Kamu jangan nekat begitu dong. Kasihan anak kamu, dari pada naik ojek, mending sama Galih aja," ucap Bu Aminah.
Amira menatap suaminya lekat.
"Kamu pasti capek ya Mas. Nggak apa-apa Mas, emang kalau aku pulang sama Mas Galih?" tanya Amira.
Farhan mengerutkan keningnya. Dia sesaat berfikir, sebelum dia mengizinkan istrinya pulang malam.
"Bukannya aku nggak mau nganterin kamu Amira. Tapi aku lelah banget Amira. Kalau kamu mau pulang, nggak usah pulang sendiri. Sama Mas Galih aja kalau kamu mau. Tapi kalau kamu mau sama aku, besok pagi aja. Nanti aku antar kamu pulang," ucap Farhan dengan mata sayu.
Farhan memang lelah dengan aktivitasnya seharian ini.
"Aku mau pulang sama Mas Galih aja deh. Kalau Mas Galih nggak mau, nggak apa-apa kalau aku pulang naik ojek. Di depan kan jam segini masih banyak ojek."
"Ya udah kalau kamu mau sama Galih. Ibu panggilkan Galih ya."
Amira mengangguk. Bu Aminah kemudian melangkah pergi meninggalkan ruang tengah untuk memanggil Galih yang saat ini ada di kamarnya.
Tok tok tok...
Bu Aminah mengetuk pintu kamar Galih. Beberapa saat kemudian, Galih keluar.
"Ada apa Bu?" tanya Galih dengan mata yang masih tampak mengantuk.
"Kamu mau ngantar Amira nggak pulang?" tanya Bu Aminah.
Hoaaamm...
"Jam berapa sih ini?" tanya Galih menatap ke dalam dinding kamarnya.
"Masih jam setengah sembilan."
"Jam segini mau pulang? kenapa buru-buru banget sih."
"Nggak tahu tuh Amira."
"Farhan emang nggak mau nganterin?" tanya Galih.
"Farhannya masih capek Galih."
"Emang Farhan doang yang capek. Aku juga capek kali Bu."
"Ya udah kalau begitu, kamu mau nganterin Amira nggak. Kalau nggak, katanya Amira mau naik ojek."
Galih melotot ke arah ibunya.
"Apa! naik ojek. Emang malam-malam gini aja ojek? ada-ada sih Amira. Ya udah, nanti aku antar. Aku mau siap-siap dulu."
"Iya."
Bu Aminah kemudian pergi meninggalkan kamar Galih. Sementara Galih menutup pintunya kembali untuk bersiap-siap.
"Amira, Galih lagi siap-siap dulu. Kamu tunggu dulu ya "
"Aku juga mau siap-siap."
Amira kemudian pergi meninggalkan ruang tengah untuk bersiap-siap. Dia sudah mengepaki baju-bajunya dan baju Fauzan ke dalam tasnya. Setelah itu dia menggendong Fauzan dan kembali ke ruang tengah untuk menunggu kakak iparnya.
Beberapa saat kemudian, Galih menghampiri Amira di ruang tengah.
"Ayo Amira, aku antar kamu pulang."
"Iya Mas."
Sebelum pergi, Amira berpamitan pada Farhan, Zia dan Bu Aminah. Setelah itu dia pergi keluar bersama Galih dengan mengendong Fauzan.
Galih sudah duduk di atas motor. Dia kemudian menatap Amira.
"Ayo naik Amira!" pinta Galih.
"Iya Mas."
Amira kemudian naik ke atas motor Galih. Setelah itu mereka pun meluncur pergi meninggalkan rumahnya.
Setelah Amira dan Galih pergi, Bu Aminah menatap Zia dan Farhan bergantian.
"Zia, Farhan. Ibu ke kamar dulu ya."
"Iya Bu."
Bu Aminah bangkit dari duduknya. Setelah itu dia pergi untuk ke kamarnya meninggalkan Farhan dan Zia.
Setelah Bu Aminah ke kamarnya, Zia dan Farhan kemudian melangkah untuk ke kamar mereka.
Farhan sudah membukakan pintu kamar untuk Zia. Dia kemudian merangkul bahu Zia masuk ke dalam kamar.
Dengan sekejap, Farhan dan Zia sudah duduk di sisi ranjang.
Farhan menatap Zia lekat. Setelah itu dia meraih tangan Zia dan menggenggamnya erat.
"Sekarang, kamu istriku Zi. Aku tidak akan membedakan kamu dengan Amira. Aku sayang sama kamu, aku juga sayang sama Amira."
"Iya ustadz. Aku percaya sama ustadz."
Farhan tersenyum.
"Jangan panggil aku ustadz. Karena sekarang aku suami kamu."
"Terus aku harus panggil Ustadz apa?"
"Panggil Mas saja seperti Amira."
Zia tersenyum dengan ke dua pipinya merona merah.
Farhan mengangkat ke dua tangan Zia dan mencium punggung tangannya.
Zia sejak tadi hanya tersenyum kecil. Dia masih malu-malu berhadapan dengan Farhan.
"Kamu udah siap?"
"Insya Allah Mas. Aku akan selalu siap untuk melayani kamu."
"Alhamdulillah. Makasih ya Zi." Farhan kemudian mencium kening Zia. Setelah itu dia menatap Zia dengan lekat.
"Aku ke kamar mandi dulu ya Zi," ucap Farhan.
"Iya Mas."
Farhan kemudian melangkah keluar dari kamarnya untuk ke kamar mandi. Sementara Zia mengusap keningnya yang penuh keringat.
Sejak tadi dia memang grogi saat berhadapan dengan Farhan. Apa lagi ini adalah malam pertama mereka berdua.
Ring ring ring...
Suara ponsel Farhan tiba-tiba saja berdering. Zia yang sejak tadi berada di dalam kamar, hanya membiarkan ponsel itu berdering begitu saja.
"Duh, siapa sih itu yang nelpon. Mas Farhan kenapa lama sekali ke kamar mandinya," ucap Zia.
Zia mengambil ponsel Farhan yang ada di atas meja. Dia menatap nomer yang tak dikenalnya.
"Siapa sih ini yang nelpon. Aku angkat nggak ya," ucap Zia. Dia tampak ragu untuk mengangkat panggilan dari nomer asing itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Lisandria Zanetti
belum apa apa ae udh gk adil
d suruh ngantar Amira pulang ae bilang capek
giliran nina ninu gk capek
2023-07-07
0