Tumbang

Sore hampir menjelang, Paula yang tadi berjanji hanya meminta over time 10 menit saja untuk bermain air, baru saja pulang dengan wajah yang sangat puas dan gembira.

"Mandilah, lantas temani aku makan." Titah Joshep.

Paula memgangguk, dia menyadari sesuatu jika makan siang yang tadi dia siapkan untuk Joshep masih terlihat utuh di atas meja makan, sepertinya Joshep tidak menyentuhnya sejak siang tadi.

"Apa kamu belum makan siang?" Tanya Paula setelah dia selesai membersihkan tubuhnya dari air laut dan menghampiri Joshep di meja makan yang sedang duduk sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya.

Joshep hanya menggeleng, dengan mata yang masih fokus pada layar laptop di hadapannya.

Ada sedikit timbul rasa bersalah di diri Paula, jika tidak salah menebak, sepertinya Joshep belum makan siang karena menunggu dirinya yang kebablasan main air dan lupa untuk pulang.

Paula menyiapkan makanan di piring Joshep, ini kali pertama dia melakukan hal ini layaknya istri yang melayani suaminya setelah lima tahun berlalu, biasanya, meskipun Paula yang menyiapkan makanan dan segala sesuatu keperluan Joshep, Paula tidak mengambilkan makanan seperti sekarang ini, karena menurutnya tindakan seperti itu terlalu jauh, adapun Joshep biasanya mengambil makanannya sendiri.

Meski hal ini bukan yang asing bagi Joshep, karena dulu Paula sering meladeninya seperti itu, namun tetap saja, saat melihat Paula menyodorkan piring berisi nasi dan lauk ke hadapannya membuat tangannya sedikit tremor menerimanya.

"Aku sudah mengingkirkan cabe dan daun bawangnya," kata Paula, kebetulan semua makanan itu bukan Paula yang memasak, namun dia memesannya di resort, karena tidak memungkinkan untuk dia memasak sendiri akibat keterbatasan bahan masakan yang mereka punya.

"Terima kasih." Ujar Joshep seraya menaruh piring itu di sebelahnya lantas dia kembali fokus pada layar laptopnya.

"Makanlah, penyakit lambung mu akan kumat jika kamu telat makan seperti itu." Ujar Paula yang masih ingat jika Joshep mempunyai penyakit lambung yang cukup parah sejak dulu, dan akan kumat jika mantan suaminya itu telat makan.

"Kau makanlah terlebih dahulu, aku harus menyelesaikan laporan ku terlebih dahulu." Kata Joshep.

Paula mengambil piring di samping Joshep dan menyendokkan makanan lalu menyodorkannya di depan mulut Joshep.

"Makanlah, aku masih ingin menikmati suasana pantai ini, sangat sulit untuk ku mendatangi tempat seperti ini, jangan sampai aku harus merawat mu yang sakit karena lambung mu kambuh!" Ujar Paula, tidak ingin Joshep salah sangka dengan sikapnya ini.

Jujur saja hal ini nekat dia lakukan karena dia merasa bersalah telah membuat Joshep menunda waktu makan siangnya, dan sia tidak mau semakin merasa bersalah jika Joshep harus sakit karena itu, sungguh,,, tidak ada maksud lain, meski pun jantungnya sempat berdetak sangat cepat waktu akhirnya Joshep menerima suapan di tangannya tanpa sepatah kata pun.

Seperti halnya Paula, saat ini jantung Joshep juga terasa berdebar sangat kencang, membuatnya tidak bisa fokus lagi dalam menyelesaikan laporannya.

"A-aku makan sendiri saja, dan kau sebaiknya cepat makan juga!"

Setelah satu suapan berhasil masuk ke mulutnya Joshep tidak sanggup untuk menerima suapan ke dua, 'ini sungguh tidak baik untuk jantung ku!' batinnya, sehingga dia merebut piring di tangan Paula dan dia mulai makan dengan lahapnya.

Sore merayap menuju malam, paula yang tadi menonton matahari tenggelam di teras sambil di temani secangkir teh, sendirian ternyata lagi-lagi tertidur pulas di kursi teras saat Joshep melongoknya ke depan. Tadinya Joshep ingin mengajak Paula jalan-jalan malam di sana, namun melihat Paula terlelap di kursi dia merasa tidak tega untuk membangunkannya.

"Cih, masih saja seperti ini, kebiasaan! kau selalu saja tidur di sembarang tempat!" decihnya, seraya mengambil cangkir kosong yang masih berada di tangan Paula, akan sangat membahayakan jika cangkir itu jatuh dan lantas pecahannya terinjak.

Joshep memang seperhatian itu sejak dulu pada Paula, hanya saja nasib cinta mereka terlalu tragis, harus terpisah dengan cara yang tidak biasa.

"Oh shiiit,,, kenapa tubuhnya terasa panas?" Ujar Joshep saat kulit tangannya bersentuhan dengan kulit tangan Paula ketika dia hendak mengambil cangkir di tangan mantan istrinya itu.

Joshep mengulurkan tangannya dan menempatkan punggung tangannya di dahi Paula, benar saja, suhu tubuh Paula terasa panas, wajahnya juga terlihat pucat. Sepertinya Paula masuk angin akibat semalaman tidak tidur lantas bermain air seharian, sehingga sekarang demam tinggi.

Tanpa pikir panjang lagi Joshep mengangkat tuubuh Paula k dalam kamarnya, dia membaringkan Paula di sana, lantas membawa alat-alat tempurnya yang selalu dia bawa di mobil, setelah memeriksa tekanan darah dan lain sebagainya, Joshep memasang jarum infus tangan Paula, untuk memberinya cairan parasetamol infus karena selain Paula sepertinya sulit untuk menelan obat, cairan itu juga di rasa Joshep lebih efektif untuk menurunkan demam Paula.

Meski Joshep seorang dokter dan sudah biasa menangani berbagai keluhan penyakit pasien, tetap saja Joshep terlihat sangat cemas melihat kondisi Paula meski itu hanya demam biasa saja.

Berulang kali Joshep mengganti kompres di kening Paula, dia juga terjaga sepanjang malam menunggui Paula yang terus demam dan mengigau memanggil-manggil nama Kevin, untung saja Paula tidak mengigau memanggil nama pria lain, jika saja sampai itu terjadi mungkin Joshep akan memberinya racun 🤣.

Paula terbangun saat merasakan lengannya kaku seperti tertindih sesuatu, benar saja, saat dia membuka matanya, Joshep tertidur di kursi yang berada di samping kanannya dengan lengannya di jadikan bantalan kepalanya, pantas saja lengannya terasa sangat kaku dan kram, sementara tangan kirinya terasa perih dan nyeri akibat cairan infus yang sudah habis namun jarumnya masih menempel di tangan kirinya.

"Jos,,, emh,,, Dokter," panggil Paula, kedua tangannya tidak bisa bergerak akibat situasi yang tadi di sebutkan, sehingga dia hanya bisa memanggil-manggil Joshep meski dengn suaranya yang nyaris tidak terdengar akibat lemas.

Beberapa kali di panggil akhirnya Joshep yang sepertinya baru tertidur beberapa saat yang lalu akibat kelelahan menjaga Paula akhirnya terbangun juga.

"Apa ada yang sakit?" tanya Joshep sigap.

"Sepertinya sudah waktunya mencabut jarum infus ku, lihatlah, darahnya mulai naik!" Paula melirik ke arah tangan kirinya.

"Ah, maaf. Aku ketiduran tadi." Joshep buru-buru mencabut jarum infus itu dari tangan kiri Paula dengan perasaan bersalah dan sangat hati-hati.

"Kau demam semalam, syukurlah kau pergi dengan seorang dokter, sekarang demam mu sudah turun, hari ini tidak ada main air lagi!" ujar Joshep kembali pada mode dinginnya.

Paula terdiam, kepalanya memang masih terasa pusing, sepertinya benar kata Joshep, ini akibat dia bermain air tanpa tau waktu dan aturan, sehingga akhirnya merepotkan Joshep.

"Masih ada keluhan lain?" Tanya Joshep, benar-benar seperti seorang dokter yangs dang merawat pasiennya.

"Hanya pusing dan tangan kanan yang terasa kaku dan kram." Ujarnya.

"Maaf!" Ujar Joshep yang menyadari jika kaku dan kram yang di rasakan Paula akibat ulahnya yang menjadikan lengan Paula bantalan kepalanya.

Joshep mengangkat tangan kanan Paula lalu memijatnya perlahan, seperti ada aliran listrik yang menyengat keduanya saat Joshep memijat lengan Paula, sehingga membuat keduanya terlihat salah tingkah.

Beruntung suara dering ponsel Joshep mengurai kecanggungan mereka berdua. Terlihat nama rumah sakit tempat Joshep bekerja tertera di layar ponselnya, wajah Joshep juga terlihat berubah menjadi sangat serius saata berbicara dengan seseorang di ujung sana, dia juga menjauh dari Paula yang masih terbaring lemah di atas kasurnya.

"Ada masalah?" Tanya Paula setelah beberapa menit Joshep menyelesaikan pembicaraannya di telepon, dia sempat melirik dan membaca nama Rumah sakit yang menghubungi Joshep.

"T-tidak!" singkat Joshep sambil menggeleng.

"Apa aku boleh meminjam ponsel mu, aku ingin menghubungi Adam untuk menayakan keadaan Kevin, ponsel ku mati dan aku lupa tidak membawa kabel pengisi daya." Pinta Paula yang sejak kemarin belum sempat menayakan kabar putranya pada Adam akibat dia yang terlalu asik bermain dan menikmati hal yang lama tidak dia jumpai.

"Emh,,, kebetulan ponsel ku juga mati, dan aku juga tidak membawa kabel pengisi daya." Jawab Joshep sedikit gelagapan, seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan atau tidak mau meminjamkan ponselnya pada Paula.

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Hadeh Joseph ini, kalo ga di suapin ga makan2, ujung2nya sakit lambung. Giliran di suapin, malah mendadak jantungan dia. Dokter ko penyakitan🤣🤣

2023-09-07

1

octa❤️

octa❤️

aduhhh..napa tu thor..deg2an jdnya

2023-06-07

1

lihat semua
Episodes
1 Perjumpaan kembali
2 Aku sudah lupa!
3 Ibu yang hebat
4 Itu kekasih ku!
5 Ini pilihan mu
6 Adam Hill
7 Membuang harga diri
8 Sebuah syarat
9 Kisah kelam
10 Apa kau menyesal?
11 Terciduk
12 Nyaris lagi
13 Bocah yang tampan
14 Full time
15 Dia Ayah ku!
16 Terlambat!
17 Suami yang payah
18 Putra mu
19 Wajah bahagia
20 Tumbang
21 Kejutan saat pulang
22 Dunia berhenti berputar
23 Ego yang berbicara
24 Merelakanmu
25 Opa dan Oma
26 Nambah suami
27 Sebuah keputusan
28 Wanita lain
29 Cinta tanpa syarat
30 I feel you,,,
31 7X24 jam
32 Perubahan sikap
33 Status palsu
34 Kau anggap aku apa?
35 Keluarga bahagia
36 Aku sudah curiga
37 Opa dokter
38 Cucu angkat
39 Wajah asli
40 Cerita bukan versi Joshep
41 Mertua toxic
42 Pilihan yang sulit
43 Jangan sakiti mereka
44 Hak apa?
45 Siapa paling menderita?
46 Putra kita
47 Ibu macam apa?
48 Kesempatan dalam kesempitan
49 kau tidak penting
50 Serah terima
51 Tutup buku
52 Kejutan lain.
53 Aku masih mencintainya
54 Sebaiknya sadar diri!
55 Ide gila
56 Meyakinkan mu
57 Mempunyai dua ayah
58 Fakta lain
59 Aku pria itu
60 Karma
61 Sebuah syarat?
62 ikatan hati
63 Rahasia lain
64 Lari dari kenyataan
65 Tidak layak dimaafkan
66 Bencilah aku!
67 Hari baru
68 Artis dadakan
69 Super hero
70 Belajar bersabar
71 Dejavu
72 Sebuah tawaran
73 Siaran langsung
74 Mertua tidak jadi
75 Menipu penjahat licik
76 Duka Joshep
77 Cobaan apa lagi?
78 Akhir kisah
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Perjumpaan kembali
2
Aku sudah lupa!
3
Ibu yang hebat
4
Itu kekasih ku!
5
Ini pilihan mu
6
Adam Hill
7
Membuang harga diri
8
Sebuah syarat
9
Kisah kelam
10
Apa kau menyesal?
11
Terciduk
12
Nyaris lagi
13
Bocah yang tampan
14
Full time
15
Dia Ayah ku!
16
Terlambat!
17
Suami yang payah
18
Putra mu
19
Wajah bahagia
20
Tumbang
21
Kejutan saat pulang
22
Dunia berhenti berputar
23
Ego yang berbicara
24
Merelakanmu
25
Opa dan Oma
26
Nambah suami
27
Sebuah keputusan
28
Wanita lain
29
Cinta tanpa syarat
30
I feel you,,,
31
7X24 jam
32
Perubahan sikap
33
Status palsu
34
Kau anggap aku apa?
35
Keluarga bahagia
36
Aku sudah curiga
37
Opa dokter
38
Cucu angkat
39
Wajah asli
40
Cerita bukan versi Joshep
41
Mertua toxic
42
Pilihan yang sulit
43
Jangan sakiti mereka
44
Hak apa?
45
Siapa paling menderita?
46
Putra kita
47
Ibu macam apa?
48
Kesempatan dalam kesempitan
49
kau tidak penting
50
Serah terima
51
Tutup buku
52
Kejutan lain.
53
Aku masih mencintainya
54
Sebaiknya sadar diri!
55
Ide gila
56
Meyakinkan mu
57
Mempunyai dua ayah
58
Fakta lain
59
Aku pria itu
60
Karma
61
Sebuah syarat?
62
ikatan hati
63
Rahasia lain
64
Lari dari kenyataan
65
Tidak layak dimaafkan
66
Bencilah aku!
67
Hari baru
68
Artis dadakan
69
Super hero
70
Belajar bersabar
71
Dejavu
72
Sebuah tawaran
73
Siaran langsung
74
Mertua tidak jadi
75
Menipu penjahat licik
76
Duka Joshep
77
Cobaan apa lagi?
78
Akhir kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!