"Apa kemampuan memasak mu sekarang ini sudah menurun? Semua makanan yang kau masak tidak ada rasanya, semua hambar, dan tidak enak sama sekali!" Ujar Joshep meninggalkan meja makan setelah piring berisi makanan yang barusan baru di makan satu suap itu dia buang ke dalam tempat sampah.
"Seharusnya tadi aku makan siang di kantor saja, kau membuang-buang waktu ku dan membuat ku kehilangan nafsu untuk makan!" gerutunya lagi sambil berlalu pergi memeriksa beberapa bagian rumahnya mencari-cari celah siapa tahu ada kesalahan yang Paula lakukan dan bisa di jadikan alasan untuknya mengkomplain pekerjaan wanita yang sangat di bencinya itu.
Sayangnya semua pekerjaan rumah yang tadinya berantakan bak kapal pecah itu kini benar-benar sudah rapi dan bersih sehingga Joshep sepertinya tidak punya alasan untuk mencela pekerjaan Paula hari ini selain mencela masalah makanan yang di masak Paula yang sebenarnya rasanya sangat enak, sedari dulu apapun yang di masak dengan tangan Paula semuanya menjadi makanan enak dan menjadi favoritnya.
Hanya saja, saat tadi Joshep menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya, seiring dengan rasa masakan yang terasa enak di lidahnya, kenangan-kenangan manis saat mereka masih bersama dulu tiba-tiba muncul di ingatannya, bagaimana mereka dulu saling mencintai dan memutuskan untuk menikah muda, yaitu selepas lulus sekolah, membuat api kebencian di hati Joshep kembali berkobar-kobar.
Saat itu kedua orang tua Joshep tidak menyetujui jika Joshep harus menikah muda, terlebih mereka ingin anaknya meneruskan sekolah kedokteran di luar negeri, namun Joshep menolak karena dia tidak mau berpisah dengan Paula, hingga akhirnya kedua orang tua Joshep setuju mereka menikah dengan catatan Joshep tetap harus melanjutkan kuliah kedokteran di luar negeri seperti keinginan orang tuanya, Paula yang memang sejak awal mensupport Joshep untuk mengikuti keinginan orang tuanya pun menerima jika mereka menikah lantas menjalani hubungan jarak jauh, lagi pula dirinya juga akan menjalani kuliah di universitas dalam negeri demi meraih cita-citanya untuk menjadi guru bahasa asing yang akhirnya kandas karena kuliahnya harus putus di tengah jalan karena permasalahan hidupnya.
Tidak ada masalah dalam pernikahan yang mereka jalani meski mereka harus terpisah jarak dan waktu, setiap satu bulan sekali Joshep pulang, dan melepas rindu, lagi pula alat komunikasi saat ini sudah sangat canggih sehingga jarak tidak menjadi masalah bagi para pejuang LDR seperti mereka, selama mereka saling percaya.
Hingga kejadian itu terjadi tepat di usia pernikahan mereka yang baru menginjak enam bulan lamanya, hari itu Paula merasa tidak enak badan, saat Bertha sang ibu mertua datang menemui dirinya di kamarnya, sejak menikah Paula memang tinggal di rumah orang tua Joshep, selain itu merupakan permintaan dari orang tua Joshep yang beralasan jika mereka akan kesepian akibat putra semata wayangnya pergi kuliah jauh, Paula pun merasa itu akan lebih aman dan menjauhkan dirinya dari fitnah selama dia jauh dari suami.
"Paula, Mama akan menemani Papa tugas ke luar kota selama dua hari, kamu jaga rumah baik-baik, ya." Kata Bertha saat itu.
"Baik Ma," Jawab Paula, selama dia tinggal di sana, kedua orang tua Joshep memperlakukan dirinya dengan sangat baik, mereka juga tidak pernah mempermasalahkan status sosial Paula yangberasal dari keluarga biasa saja, biaya kulah Paula pun bahkan kini di ambil alih oleh mertuanya itu karena sebagai bentuk tanggung jawab yang seharusnya Joshep pikul tapi belum bisa putranya itu penuhi karena meskipun saat itu Joshep punya penjualan alat kesehatan kecil-kecilan, dan mampu untuk membayar biaya kuliah istrinya, namun kedua orang tua Joshep bersikeras agar mereka saja yang membayarnya, agar uang hasil usaha Joshep di kumpulkan saja untuk kebutuhan yang lainnya.
"Apa kamu sakit, nak?" Tanya Bertha lagi.
"Aku agak pusing Ma," Jawab Paula.
"Baiklah kamu istirahat saja, nanti mama akan suruh staf papa untuk memeriksa dan mengantarkan obat untuk mu." Ujar Bertha seraya menempelkan punggung tangannya di kening Paula.
"Tidak apa-apa ma, di bawa istirahat saja nanti juga sembuh," tolak Paula yang merasa ibu mertuanya itu terlalu baik padanya, terlebih dirinya yang sudah lama di tinggal pergi oleh ibu kandungnya merasa sangat bahagia karena bisa merasakan kembali kasih sayang seorang ibu.
Tidak ada kecurigaan apapun di diri Paula bahwa hari itu adalah hari yang paling buruk di sepanjang sejarah hidupnya.
Sampai hampir malam menjelang, orang suruhan yang ibu mertuanya katakan tidak kunjung datang, padahal Bertha mengatakan jika orang itu tetap akan datang meski Paula sempat menolaknya, hingga akhirnya tepat pukul tujuh malam, bel pintu rumah berbunyi berulang kali, terpaksa Paula keluar dari kamar dan membukakan pintu, karena para asisten rumah tangga tiba-tiba menghilang entah kemana.
Seorang pria memakai pakaian rapi memberi salam, "Apa anda nona Paula? Saya di utus untuk memeriksa anda." Ujarnya sopan.
"Oh, silahkan." Paula mendudukan diri di ruang tamu, dan membiarkan pria itu mengukur tekanan darah di tangannya, namun entah apa yang di lakukan pria itu sehingga tiba-tiba Paula kehilangan kesadarannya sesaat setelah pria itu mengeluarkan selembar sapu tangan dari saku celananya dan menempelkannya dengan sangat cepat tepat di hidungnya.
Saat Paula tersadar, dia sudah berada di atas kasur di kamarnya, sialnya pria itu bahkan saat ini berbaring di sebelahnya sambil menyunggingkan senyuman, antara sadar dan tidak di tambah kepalanya yang masih terasa berat dan pusing, entah bagaimana ceritanya Joshep tiba-tiba masuk ke dalm kamar dam memergoki dirinya sedang berbaring bersama pria lain yang sungguh Paula sendiri tidak mengenalnya.
Sial bagi Paula, karena pria itu langsung melarikan diri sebelum Joshep tersadar dari keterkejutannya di ambang pintu melihat pemandangan yang siapapun tidak akan mungkin mau dan sanggup melihatnya.
Melihat orang yang paling di cintainya sedang berada di peraduan bersama pria lain, terlebih itu di lakukan di atas ranjang yang biasanya tempat biasa mereka memadu kasih, membuat Joshep sempat mematung beberapa saat, otaknya kosong dan tubuhnya tiba-tiba kaku, sehingga saat pria itu berlari menabraknya dia baru tersadar, sayangnya pria itu menghilang dengan sangat cepatnya.
Tinggallah Paula yang harus menanggung semuanya seorang diri, dia tidak bisa membela diri karena dia juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia tidak ingat apapun yang terjadi pada dirinya, terlebih para asisten rumah tangga di rumah itu juga tiba-tiba menghilang ketiganya, membuat Paula tidak punya saksi untuk membelanya.
Sementara Joshep yang sudah di bakar api amarah sudah tidak bisa lagi memakai logikanya, akal sehatnya hilang, dia hanya percaya dengan apa yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri, persetan dengna alibi dan alasan yang Paula katakan padanya untuk membela diri, kobaran amarah itu juga yang membuat Joshep langsung menjatuhkan talak pada istrinya tanpa pikir panjang lagi, dan mengusir Paula dari sana.
Flashback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Soeharti Rifangi
jahat bener ibu mertuanya,ternyata kebaikannya hanyalah palsu
2023-09-06
1
Putu Suciptawati
berarti paula dijebak ibunya yoseph ya?? kasian paula hamil malah difitnah mertuanya
2023-05-29
3