Paula terlihat gelisah dan berulang kali melihat ke arah layar ponselnya, sontak saja hal itu memancing Joshep menjadi penasaran dan bertanya.
"Apa yang kau lihat di ponsel itu? Aapa kau sedang menunggu panggilan dari seseorang?" Tanya Joshep terlihat kurang suka melihat sikap Paula.
"Emh,,, apa aku boleh meminta izin untuk pulang ke rumah sebentar?" Tanya Paula.
"Baru dua minggu menginap di sini apa sebegitu tidak betahnya? Apa yang kau cari di sana?" Ketus Joshep.
Pria itu tidak suka jika Paula keluar dari rumah tanpa alasan, bahkan jika belanja sayuran atau kebutuhan rumah saja biasanya Joshep harus menemaninya, Paula tak ubahnya seperti tawanan yang selalu dalam pengawasan Joshep.
Satu-satunya waktu yang membuat Paula bebas merdeka adalah 4 jam saat dirinya bersama Kevin , meski di potong 1 jam untuk perjalanan, tapi dia bisa menikmati waktunya tanpa pengawasan Joshep karena memang itu di rumah sakit, dimana tempat Joshep dengan mudah mengawasi Paula.
Entah mengapa Joshep menjadi terkesan possesive, dengan bertameng dirinya sudah memberi pinjaman dan kontrak kerja yang di sepakati Paula, kini wanita itu benar-benar seperti di jadikan budak tawanan di rumah Joshep.
"Emh aku--- itu--- ah sudahlah, aku minta izin untuk ke rumah sakit siang ini saja." Ujar Paula akhirnya.
Biasanya Paula ke rumah sakit pagi atau malam hari, tapi kali ini dia memilih untuk siang hari.
Joshep hanya mengendikkan kedua bahunya tidak peduli. Terserahlah kapan Paula mau berkunjung ke rumah sakit, selama itu hanya empat jam saja dan tidak mengganggu waktu 20 jam di rumahnya.
Siang ini Paula bergegas berangkat ke rumah sakit, harusnya dua minggu bersama di rumah, hal itu sudah menjadi kegiatan rutin Paula yang tidak menjadi hal aneh bagi Joshep, namun sepertinya tidak untuk kali ini, di balik sikap cuek dan seolah tidak pedulinya itu, rupanya Joshep pun merasa ada yang aneh dengan Paula di hari ini, sehingga membuat Joshep diam-diam membuntuti Paula dari kejauhan.
Kecurigaan Joshep semakin menjadi saat Paula yang sibuk dengan ponselnya di sepanjang jalan menuju rumah sakit, entah dengan siapa Paula berbicara, namun terlihat sangat serius dan hal itu membuat Joshep merasa tidak suka melihatnya.
Pemandangan lain yang membuat dada Joshep semakin bergemuruh terjadi, saat Paula baru saja sampai di lobby rumah sakit dan seorang pria berumur sekitar awal empat puluhan menyambut kedatangan Paula, mereka berpelukan erat, Paula bahkan terlihat menangis sesenggukan di dada pria itu membuat hati Joshep merasa semakin terisis.
"Siapa dia, apa dia Adam Hill?" Gumam Joshep sembari terus memperhatikan interaksi dua manusia berlawanan jenis yang masih saling menempel itu, rasa-rasanya joshep ingin memisahkan mereka dan menghajar pria yang memeluk erat tubuh Paula, meski wanita itu sudah berstatus sebagai mantanistrinya namun sepertinya Joshep tidak pernah rela jika tubuh istrinya di sentuh pria lain, apalagi jika itu adalah pria yang dulu merebut istrinya dari tangannya.
"Cih, pantas saja sedari tadi gelisah, rupanya hendak menemui pria sialan itu!" kesal Joshep.
Sementara di depan loby rumah sakit Paula masih terisak di dada pria yang ternyata Adam yang baru pulang dari perantauannya, sebenarnya Paula tadinya inginmenemui Adam di rumah dan menceritakan masalah Kevin yang kini di rawat di rumah sakit, hanya saja kaena dia tidak mendapatkan izin dari Joshep terpaksa Paula menceritakan masalah Kevin lewat telepon dan mereka janjian untuk bertemu di rumah sakit siang ini.
"Harusnya kamu cerita pada ku tentang keadaan Kevin, kenapa kamu menanggungnya sendirian?" Ujar Adam.
"Maaf, aku hanya tidak mau merepotkan kakak." Jawab Paula.
"Kevin anak ku, mana ada ayah yang merasa di repotkan oleh putranya, ayo cepat kita temui Kevin, aku suadh sangat merindukannya!" Ajak Adam, sembari menghapus sisa-sisa air mata yang menggenang di pipi Paula.
"Ayah!" Seru Kevin dengan mata berbinar, dia terlihat sangat bahagia dan bersemangat saat melihat Adam masuk ke ruangan dimana dirinya di rawat.
"Hai jagoan! Ibu bilang kamu sakit, bagaimana keadaan mu sekarang?" Adam setengah berlari menghampiri Kevin yang langsung merentangkan kedua tangannya meminta pelukan dari ayahnya yang hanya bisa dia temui tiga bulan sekali itu.
"Ayah,,, aku rindu! Aku sakit karena aku merindukan ayah, sekarang aku sudah sembuh, badan ku terasa sehat setelah aku melihat ayah, kenapa ayah lama sekali pulangnya?" Bocah itu bermanja di pelukan Adam yang dia pikir adalah ayah kandungnya.
"Ayah juga merindukan mu nak, rindu sekali!" Adam menciumi wajah bocah laki-laki yang sangat di sayanginya itu.
"Apa ayah juga merindukan ibu? Tahukah ayah, ibu selalu menangis diam-diam setiap hari setiap datang ke sini, sepertinya ibu merindukan ayah juga, karena aku juga suka menangis diam-diam, kalau aku merindukan ayah." Celoteh Kevin dengan ramainya.
"Hemmhhh!" deham Joshep yang masuk ke ruangan itu setelah dia mengetuk pintu yang kebetulantidak tertutup dengan rapat, sejak tadi dia menonton kehangatan keluarga kecil yang membuatnya sangat iri sekaligus sakit hati saat harus melihat kebahagiaan mereka.
"Dokter Smith! Lihatlah, ini ayah ku, dia datang untuk menemui ku, dia ayah terhebat ku!" seru Kevin dengan bangganya memuji Adam.
Adam tersenyum sambil mengangguk hormat, dia tidak tahu jika pria yang berada di haapannya itu adalah ayah kandung Kevin atau mantan suami Paula, selama ini Paula memang tidak pernah menceritakan siapa mantan suaminya itu, dan Adam pun menghargai keputusan Paula dengan tidak pernah bertanya atau mengungkit mengenai hal itu, kecuali Paula sendiri yang membuka pembicaraan tentang itu.
Joshep membalas senyuman ramah Adam dengan hanya senyuman kaku yang di paksakan.
"Maaf mengganggu, ini hanya pemeriksaan rutin." ujar Joshep datar dan dingin.
"Tapi dokter, baru sepuluh menit yang lalu dokter Stenly memeriksa ku, apa khusus siang ini pemeriksaan dua kali?" Polos Kevin, membuat Joshep terlihat gelapanhanya karena ucapan anak kecil yang tau jika dirinya kini sedang berbohong dan hanya mencari-cari alasan untuk datang ke ruangan itu karena ke-kepoannya akan Adam.
"Ah, ada sesuatu yang perlu aku periksa sedikit, dan kebetulan ada ayah mu, saya ingin berbicara dengan anda mengenai kondisi putra anda." Ujar Joshep beralasan.
"Emh,,, dokter Smith,,, jika ada yang perlu di bicarakan mengenai masalah Kevin, biar dengan ku saja, sepertinya Kevin masih ingin melepas rindu dengan ayahnya, biar mereka bersama lebih lama." Cegah Paula, dia tidak ingin Joshep mengatakan hal-hal yang bisa saja membebani pikiran Adam, dia tidak mau Adam ikut menanggung masalah Kevin, dengan menyayangi Kevin setulus hati saja sudah sangat cukup bagi Paula, dia tidak mau Adam ikut memikirkanbiaya dan lain sebagainya untuk Kevin, biar dirinya saja yang menanggungnya sendirian.
Joshep melirik agak tajam ke arah Paula, "Baiklah nyonya Hill, silahkan ikut dengan ku!" ujarnya.
"Sepertinya dia bukan pria yang saat itu aku temui di kamar tidur dengan mu? Atau aku yang tidak begitu jelas melihat wajah bajingan itu pada malam itu?" Joshep langsung menyemburkan amarahnya sat mereka baru sampai di ruang praktinya.
Sejak tadi dia menahan rasa marah dan juga penasran karena wajah Adam terlihat berbeda dengan pria yang malam itu sekilas dia lihat di kamatnya sedang tidur dengan Paula.
"Bukan dia," kata Paula singkat.
"Oh shiiiit! Berapa banyak pria yang kau kencani saat aku sedang tidak ada di rumah, huh?" Mata Joshep menyala merah saking marahnya.
"Apa itu masih penting bagi mu sekarang ini? Ingat, kita sudah tidak ada hubungan apapun, lagi pula kamu juga sudah punya Bella yang akan segera kamu nikahi, jadi untuk apa membahas cerita lama?" tantang Paula, hatinya terasa nyeri dengan tuduhan Joshep yang mengganggapnya begitu hina.
"Ckk, murahan!" decak Joshep.
"Apa kamu memangil ku ke sini hanya untuk memaki dna menghina ku? Jika iya, silahkan maki dan hina sampai kamu puas, setelah itu aku akan kembali menemui anak dan suami ku."
"Paula! Aku tidak akan membiarkan mu bahagia setelah menghancurkan hidup ku, kenapa? Kenapa Paula? Kenapa kau menyakiti ku sedalam ini, apa salah ku pada mu Paula?" Kali ini air mata Joshep tidak bisa dia bendung akibat menahan kesakitan di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Putu Suciptawati
bukan paula yg menyakitimu tapi mamamu yg memfitnah paula
2023-06-05
1