Paula mengekor Joshep yang masuk ke dalam resort yang sudah dia pesan. Resort yang menghadap langsung ke pantai itu berukuran seperti rumah tipe 36 subsidi pemerintah, terdiri dari dua kamar, ruang tamu dan dapur, cukup nyaman, setidaknya Joshep masih memikirkan keberadaan Paula karena dia memilih resort yang dua kamar, sehingga Paula juga bisa beristirahat dengan layak.
Suara debur ombak terdengar begitu kencang, membuat Paula tidak bisa tertidur, apalaigi sepanjang perjalanan tadi Paula juga menghabiskan waktu untuk tidur, karena tidak ingin terlibat obrolan yang ujung-ujungnya akan memicu pertengkaran dengan Joshep.
Paula memilih untuk duduk di kursi teras yang langsung menghadap lautan, meski gelapnya malam membuatnya tidak bisa menikmati pemandangan laut, namun kerlap kerlip lampu perahu nelayan dan suara deburan ombak membuatnya meraa tertegun melihat semua itu, entah berapa lama dirinya tidak menikmati pemandangan alam seperti ini, setiap hari yang dia lihat hanya pekerjaan dan pekerjaan, tdak ada yang lain.
Menikmati angin laut yang terasa kencang menerpa tubuhnya dan bau air asin yang khas di daerah pantai membuatnya lupa akan rutinitas hari-harinya yang serasa 24 jam sehari itu tidak cukup baginya.
Sejak dulu, laut adalah tempat favoritnya, hanya saja semenjak dia harus berjuang sendirian menyambung hidup dan mengurus anak, dia sudah tidak pernah lagi memanjakan diri dengan mendatangi tempat yang paling di sukainya itu, boro-boro berlibur ke pantai, bisa makan untuk hari itu saja Paula sangat bersyukur.
Paula bertahan di kursi teras, dia ingin melihat matahari terbit yang hanya tinggal beberapa jam lagi akan segera muncul, dia tidak ingin melewatkan momen itu, lagi pula dia juga harus menyiapkan keperluan Joshep yang akan pergi seminar pagi nanti, Paula takut jika dirinya ketiduran dan tidak menyiapkan kebutuhan Joshep.
Sementara sampai ke tempat itu, Joshep sudah langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci diri di sana, Paula tidak ingin menggangu Joshep karena dia pikir Joshep pasti tertidur setelah dia kelelahan berkendara sepanjang malam.
Tanpa Paula tahu, jika saat ini Joshep pun tengah terjaga di depan jendela kamarnya yang menghadap ke teras, bukan ingin melihat pemandangan laut di malam hari, bukan inginmelihat kelap kelip lampu perahu nelayan, bukan juga terjaga karena ingin menunggu matahari yang sebentar lagi akan terbit, namun Joshep sejak tadi memandangi wajah Paula yang terlihat sangat bahagia dari balik jendela.
"Bukan kah ini tempat favorit mu Pau? Berapa lama kau tidak pernah memanjakan diri mu? Senyum mu terlihat sangat tulus dan menyejukkan hati, nikmatilah hari mu sesekali, kau juga perlu bahagia!" gumam Joshep yang selonjoran di kursi santai dalam kamarnya, dengan mata yang tidak lepas memandangi Paula.
Hati Joshep menghangat melihat wajah Paula yang sumringah, melihat Paula bahagia, dia seperti ikut merasakan kebahagiaan itu.
**
Paula terkesiap, saat dia terbangun, dia mengerjap beberapa kali saat cahaya matahari membuat silau matanya.
"Sial,,, aku ketiduran! Oh tidak, Joshep pasti akan sangat marah padaku!" Paula terlonjak dari kursi teras tempat dirinya terpejam dengan nyaman.
Rupanya setelah melihat sunrise tadi pagi, tanpa sengaja dia terpejam dan akhirnya ketiduran. Paula memeriksa layar ponselnya, waktu menunjukkan hampir pukul 10 siang, dia segera bergegas berlari ke kamar dimana Joshep semalam tidur, takutnya Joshep juga kesiangan seperti dirinya.
"Dok,,, Dokter!" Panggil Paula sambil mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban dari dalam kamar.
Paula memberanikan diri membuka pintu kamar itu, rupanya tidak terkunci, dan kamar dalam keadaan kosong.
Tirng!
Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.
"Aku pulang siang, sarapan sudah aku pesankan. Jika membutuhkan sesuatu, pesan saja pada resepsionis melalui pesawat telepon, jangan pergi sembarangan dan jauh-jauh!!!"
Ada tiga tanda seru jelas di akhir kalimat yang berarti itu perintah tidak boleh di langgar, ya,,, siapa lagi pengirim pesan itu kalau bukan Joshep. Bahkan dalam penulisan pesan pun dia masih menunjukkan sikap arogant nya.
Benar saja, tidak selang berapa lama, dua orang petugas resort mengantarkan beberapa menu makanan untuk sarapan, ada banyak sekali makanan yang di antarkan mereka, padahal hanya untuk makan Paula seorang diri.
"Apa dia pikir aku se rakus itu? Bagaimana bisa dia memesan makanan sebanyak ini hanya untuk ku?" gerutu Paula.
Namun meski sempat menggerutu, hampir setengah dari beberapa makanan yang di antarkan oleh dua petugas tadi habis di lahapnya, bagaimana dia bisa tahan jika makanan yang ada di hadapannya merupakan makanan favoritnya semua, padahal rasanya dia inginmelahap semua makanan itu, namun sayang perutnya tidak muat menampung semua makanan itu.
Siang hari sekitar pukul dua, Joshep pulang, dia tersenyum melihat makanan yang dia pesan tadi pagi hampir habis, dia sengaja memesan banyak jenis makanan kesukaan Paula, dia sungguh tidak tega melihat tubuh Paula yang kurus kering kurang gizi seperti itu.
Mata Joshep mengedar mencari sosok Paula, yang tidak ada di setiap ruangan resort itu, semua ruangan sudah dia periksa, namun dia tidak menemukan Paula di manapun.
Senyum joshep mulai pudar, berganti kecemasan karena setelah di cari ke sekitar resort pun Paula tidak terlihat, di tambah lagi ponsel milik Paula tergeletak di meja makan, sepertinya ponsel itu kehabisan daya, sehingga Paula tidak membawanya.
"Cih, dasar keras kepala, sudah ku suruh untuk diam dan jangan pergi sembarangan, masih juga ngeyel, dasar susah di atur!" gerutunya di sepanjang jalan pencariannya.
"Dokter!" seru Paula yang berlari dari arah pantai.
Wajahnya seperti tanpa dosa, dia tersenyum lebar dengan baju yang sudah basah kuyup dan kaki penuh dengan pasir pantai, kulit coklatnya jadi semakin bertambah gelap karena terkena matahari seharian, namun itu justru membuatnya menjadi terlihat sangat eksotis di mata Joshep.
Joshep yang sejak tadi sudah memendam amarah dan kesal karena Paula menghilang tiba-tiba justru tidak sanggup untuk mengeluarkan emosinya karena melihat senyuman Paula yang terlihat sangat lebar dan seperti menikmati me time nya.
"Dokter, maafkan aku tadi pagi ketiduran dan kesiangan, lalu maafkan juga karena aku tidak menuruti mu untuk diam di dan tidak pergi jauh-jauh, air laut seperti menggoda ku dan melambai-lambaikan tangannya agar aku mendekat, tadinya aku hanya ingin melihat ombak dari kejauhan saja, tapi saat kaki ku terkena air laut, aku tidak bisa menghentikan tubuh ku sendiri untuk tidak bermain di sana, itu sangat menyenangkan!" celoteh Paula bercerita, mirip seperti bocah seumuran Kevin yang sedang bercerita tentang mainan barunya dan bagaimana keseruan dia bermain.
"Pulang dan makan siang dulu, kau akan masuk angin jika berlama-lama dalam keadaan basah seperti ini, apalagi semalam kau tidak tidur, masih ada hari esok, kita masih di sini." Ujar Joshep, tidak ada nada marah sama sekali.
"Sebentar lagi ya, sepuluh menit, aku masih mau bermain sebentar, boleh, kan? Aku sudah menyelesaikan semua tugas ku tadi, bersih-bersih, menyiapkan baju mu dan semuanya sudah aku kerjakan." Bujuk Paula seraya menerangkan jika dirinya juga tidak lupa dengan kewajibannya.
Joshep menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, kali ini lagi-lagi dia harus mengalah dan mengikuti permintaan Paula.
"Pergilah, hanya sepuluh menit, tidak lebih!"
"Ah,,, terimaksih Josh!" refleks Paula memeluk Joshep sebagai ucvapan terimakasih karena saking senangnya masih di perbolehkan bermain air selama sepuluh menit lagi, membuat Joshep yang menerima pelukan itu mematung seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
octa❤️
nahh..makin oleng g tu babang joseph
2023-06-07
1