"Sayang, maaf sudah mengganggu waktu mu, tapi aku tidak tahu harus membawa belanjaan ini dengan apa jika tidak menelpon mu." Kata Bella dengan manjanya seperti biasa, sambil menunjuk beberapa kantong hasil belanjaannya tadi.
Paula memalingkan wajahnya membuang pandangannya jauh-jauh dari sepasang sejoli yang terlihat sangat mesra, dan membuat hati nya merasa panas seketika.
"Tidak apa, kebetulan aku juga sudah selesai bertugas," jawab Joshep seraya membawa kantung-kantung belanjaan itu dan memasukkannya ke bagasi mobil, sesekali Joshep melirik Paula yang berpura-pura sibuk dengan meja kasirnya melalui ujung matanya.
"Ah sebentar sayang, aku ingin mengucapkan terimakasih pada nona itu, karena tadi nona di kasir itu tadi sudah menemani ku mengobrol saat menunggu mu." Kata Bella saat Joshep hendak mengambil kantong belanjaan terakhirnya ke dalam bagasi.
"Nona, terima kasih sudah menemani saya bercerita tadi, nama saya Bella, anda---" tanya Bella.
"Orang-orang di sini memanggil saya nyonya Hill, panggil saja seperti itu." Ujar Paula.
"Oh, maaf, ternyata anda sudah menikah, anda masih sangat muda dan terlihat masih seperti gadis," kata Bella memuji Paula yang meski terlihat kumal dengan pakaian yang di kenakannya dan wajah polos tanpa riasan sama sekali, garis-garis kecantikan Paula memang tidak bisa di sembunyikan, dan badan Paula yang meski telahbmempunyai seorang anak masih terlihat langsing, meski tanpa harus olah raga di tempat gym, kegiatannya sehari-hari sudah membuat badannya terlihat tidak kalah seksi di banding ibu-ibu komplek yang setiap hari ikut berbagai senam demi melangsingkan tubuh.
"Haha,, anak saya sudah besar nona, sudah masuk sekolah." Ujar Paula.
"OH baiklah, sampai jumpa lagi nyonya Hill. Senang berkenalan dengan anda." Bella melambaikan tangannya.
Sementara Joshep yang tadi sikapnya terlihat biasa saja kini berubah menjadi kecut setelah mendengar Paula memperkenalkan diri sebagai nyonya Hill pada Bella, semua itu membuat darahnya mendidih dan moodnya langsung anjlok seketika.
"Kenapa sayang, apa ada yang salah? Apa aku menggangu jam kerja mu?" Tanya Bella merasa tidak enak hati karena sepanjang perjalanan kekasihnya itu teus bermuram durja.
"Tidak, aku hanya lelah!" jawab Joshep dingin.
"Aku akan memijat mu nanti di rumah, dan membuatkan makanan sehat untuk mu, di lemari pendingin mu bahkan tidak ada buah se-butir pun, makanya aku berbelanja untuk kebutuhan mu." Tangan Bella mengusap bahu tegap Joshep yang serius menatap jalanan yang di laluinya tanpa merespon apa yang di lakukan Bella pada nya.
"Aku jarang berada di rumah, hari-hari ku banyak di habiskan di rumah sakit, jadi aku tidak menyetok makanan di rumah." Kilah Joshep.
Tiga hari berlalu, pagi ini Joshep tengah bersiap untuk mengantarkan Bella ke bandara karena kekasihnya itu mendadak harus menghadiri rapat pertemuan pengurus yayasan, sebagai pemilik yayasan tentu saja dia harus hadir di sana.
Ponsel Joshep berdering, panggilan untuk menangani pasien gawat darurat, sementara dia sudah berjanji akan mengantarkan Bella ke Bandara, namun janjinya pada Bella tiba-tiba harus goyah ketika tahu jika pasien itu adalah Kevin, entah mengapa dia tidak bisa mengabaikannya begitu saja, padahal hari ini dia sudah mengajukan cuti, namun ternyata dokter penggantinya sedang menangani pasien lainnya yang juga membutuhkan penanganan segera.
"Bel, sepertinya aku tidak bisa mengantar mu ke bandara, ada pasien yang harus segera di tangani, dokter lain sedang menangani pasien kecelakaan, maaf, aku kan menyuruh seseorang dari rumah sakit untuk mengantar mu," kata Joshep.
Bella di bawa Joshep ke rumah sakit karena dirinya harus segera menangani Kevin, sementara, dia juga harus menyuruh seseorang staf rumah sakit untuk menggantikan dirinya menyopiri Bella ke bandara.
"Tolong antar dia ke bandara." Kata Joshep pada seorang pria yang sudah menungunya di depan lobby rumah sakit, pria itu yang telah di hubungi Joshep sebelumnya untuk di mintai tolong mengantar Bella.
Joshep turun dengan tergesa dari mobil, bahkan dia tidak mengucapkan sepatah kata pun sebagai ucapan selamat tinggal pada Bella sebagai basa basi, langkahnya begitu cepat bahkan setengah berlari menuju ke dalam rumah sakit.
"Josh,,, tolong selamatkan putra ku, dia tiba-tiba tidak sadarkan diri, tolong dia, hanya dia yang aku punya, tolong selamatkan dia!" Paula menyambut kedatangan Joshep dengan berurai air mata di depan ruang gawat darurat, tangannya menelungkup di depan dadanya seraya memohon pada Joshep yang kini bersiap menangani Kevin meski tanpa permohonan dari Paula, sumpahnya sebagai dokter tentu saja akan menyelamatkan pasiennya siapapun itu.
"Nyonya Hill, tolong beri aku jalan!" Ujar Joshep dingin dan sedikit membentak.
Paula tersadar, sepertinya percuma memohon pada Joshep yang memang sudah terlanjur membencinya seperti sekarang ini.
Dulu, jangankan memohon, saat mereka masih bersama, Joshep paling tidak tega jika melihat Paula menangis, Joshep akan segera memeluknya dan menenangkannya, namun sekarang bahkan Paula sampai memohon seperti itu pun Joshep terlihat acuh dan tidak peduli.
Tadi malam badan Kevin tiba-tiba demam tinggi, bahkan hidungnya sampai mengeluarkan darah, mimisan tidak berhenti, puncaknya pagi ini Kevin kehilangan kesadarannya, membuat Paula serasa mau gila di buatnya, apalagi saat membawa Kevin ke rumah sakit, tidak ada dokter yang berjaga, membuat dirinya berinisiatif pada perawat untuk meminta di panggilkan Joshep guna menangani putra semata wayangnya.
"Tuhan sembuhkanlah putra ku, izinkan dia hidup dan berbahaigia, jangan ambil satu-satunya harta ku yang paling berharga." Ucap Paula dalam do'a nya sepanjang dia menunggui putranya di tangani di dalam.
"Josh-- Dokter Smith, bagaimana keadaan putra ku, apa dia baik-baik saja?" Paula langsung berlari mengejar Joshep yang baru keluar dari ruang dimana Kevin di tangani.
"Keadaan mulai stabil, namun masih harus tinggal di ICU, kali ini anda tidak bisa keras kepala membawa paksa pulang putra anda nyonya Hill, ikut ke ruangan ku!" Ajak Joshep.
Paula berjalan mengekor di belakang Joshep dengan pikiran yang kosong, rawat inap, di ICU? Berapa banyak biaya yang di butuhkan untuk itu semua, sementara dirinya tidak punya uang sebanyak itu, uangnya hanya cukup untuk makan dan keperluan sehari-hari saja.
"Aku ingin menyampaikan betapa saat ini putra mu sangat membutuhkan perawatan medis, jadi aku harap jangan membawa paksa dia untuk di rawat di rumah, karena anda bukan perawat apalagi dokter, terlebih anda juga sering meninggalkannya sendirian di rumah, itu sangat berbahaya bagi anak seperti Kevin yang penyakitnya bisa kambuh kapan saja!" Urai Joshep.
"Ba-bagaimana anda bisa tau jika Kevin sering di tinggal di rumah sendirian?" tanya Paula merasa aneh karena Joshep bisa tahu semua itu.
"Aku hanya menebaknya, dan ternyata benar, aku harus bertemu dengan suami mu, untuk membicarakan masalah anak kalian, sepertinya berbicara dengan mu akan sangat percuma, hanya seorang ibu egois yang hanya memikirkan biaya tapi tidak memikirkan kesehatan anaknya," ujar Joshep dengan santainya mencibir Paula, dan menuduhnya sebagai ibu yang egois dan tidak peduli dengan kesehatan putranya.
"Apa kata-kata yang menyebutkan aku ibu egois dan tidak peduli dengan kesehatan putranya juga salah satu tebakan mu? Anda benar-benar hebat dalam menebak kehidupan seseorang dokter Smith, tidak semua orang seberuntung anda dalam segi finansial, jadi tolong hargai kami yang miskin ini, apa yang aku lakuakn bukanlah sebuah ke-egoisan, namun sebuah keterpaksaan karena keadaan." Suara Paula bergetar karena marah saat mengemukakan semua itu pada Joshep.
"Bukankah itu pilihan mu sendiri, kau egois memilih berselingkuh dan apa hasilnya? Tuhan menghukum mu dan juga anak mu dalam situasi yang menyedihan sekarang ini. Ada yang salah dengan ucapan ku?" ujar Joshep.
"Tidak,tidak ada yang salah, benar ini keputusan ku, silahkan cemooh aku, maki dan sumpahi aku sesuka mu, tapi jangan pernah menyumpahi anak ku dan mengatakan ini hukuman Tuhan untuk nya, karena kau tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi, jangan sampai kau menyesal di kemudian hari!" kata Paula seraya pergi meninggalkan ruang praktek Joshep dengan hati yang hancur luluh lantah akibat makian Joshep dan juga keadan putranya yang kini masih terbaring lemah di ruang ICU.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Athallah Linggar
kyanya orang tua joseph yg ambisiu itu penyebabnyaa
2023-06-23
1
Anawahyu Fajrin
pasti ada rahasia yang disembunyikan Paula. 😭
2023-06-02
1