Paula berjongkok di depan ruang intensif tempat Kevin di rawat, kali ini dia menyerah, tidak ada yang mau meminjamkan uang padanya, bahkan Paula sudah mencoba untuk menjual motor butut yang menjadi harta berharga satu-satunya itu pun milik Adam, namun sulit mencari pembeli motor tua yang sudah butut sepeti itu, adapaun yang berani menawar mereka memanfaatkan keterdesakan Paula dengan menawar harga yang se-rendah-rendahnya yang tidak masuk di akal, membuat Paula mengurungkan niatnya untuk menjual motor tua itu.
Malam ini Joshep sedang melakukan tugasnya untuk mengecek setiap pasien, dia sempat terkejut saat mendapati Paula berjongkok sambil menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang terlipat, samar-samar dia juga mendengar suara isak tangis tertahan dari bibir Paula, membuat hatinya hampir saja merasa terenyuh, namun saat dia mengingat lagi bagaimana Paula berada di atas ranjang bersama pria lain, membuatnya kembali meneguhkan diri untuk tetap mengeraskan hatinya, dia tidak ingin menjadi bodoh karena cinta.
Bersamaan dengan langkah kaki Joshep yang memutuskan untuk mengabaikan keberadaan Paula yang berjongkok di dekat pintu masuk ruangan itu, Paula pun mengangkat wajahnya karena mendengar suara derap sepatu melewatinya.
"Josh,,, Dokter,,, apa anak ku akan selamat? Bagaimana keadaan nya?" Tanya Paula dengan wajah yang menengadah menatap wajah Joshep yang berdiri di hadapannya.
"Aku akan berusaha, tapi aku juga bukan Tuhan yang bisa menentukan hasilnya, kami semua berusaha merawatnya, menyembuhkannya." Ucapan Joshep terdengar dingin.
"Tapi, aku tidak bisa membayar biaya perawatan Kevin," lirih Paula.
"Itu bukan urusan ku nyonya, karena urusan ku adalah mengobati pasien, untuk masalah pembayaran,silahkan anda mendiskusikannya denganbagian administrasi!" Joshep berlalu meninggalkan Paula yang tterlihat putus asa.
Lagi pula untuk apa dia harus ikut memikirkan biaya pengobatan anak Paula dengan pria selingkuhannya? Ego Joshep.
Paula semakin putus asa saat bagian administrasi mengatkan jika dirinya harus tetap membayar deposito biaya rawat Kevin malam ini juga, tidak ada kelonggaran yang bisa rumah sakit berikan, terlebih Kevin juga tidak punya asuransi kesehatan, jadi biaya sepenuhnya harus di tanggung orang tua atau wali pasien.
Otak Paula kini sudah tidak bisa berpiir lagi, dia tidak punya pilihan lain, dia segera berlari ke ruang praktek Joshep, memberanikan diri mengetuk pintu ruang praktek mantan suaminya itu, biarlah dia menggadaikan harga dirinya, dia akan meminjam uang pada Joshep.
"Masuk!" seru Joshep dari dalam ruangan.
"Paula?" Kaget Joshep ketika tahu yang datang menemuinya ternyata mantan istrinya, yang kini tiba-tiba berlutut di depan meja kerjanya, Paula benar-benar membuang harga dirinya demi putra kesayangannya itu sampai dia melakukan hal serendah itu di hadapan Joshep yang notabene adalah ayah biologis Kevin.
"Joshep,,, tolong pinjam kan aku uang untuk biaya rawat anak ku, aku tau betapa besar rasa benci mu pada ku, tapi ini tentang nyawa anak yang tidak berdosa, aku memohon belas kasihan mu, tolong pinjamkan aku uang, aku berjanji akan membayarnya dan akan mencicilnya sekuat tenaga ku, aku mohon!" Paula kini bersujud di hadapan Joshep, dia sepereti kehilangan akal, dia tidak punya harapan lain selain pada Joshep yang dia rasa bisa membantunya keluar dari kesulitan.
Joshep mematung beberapa saat seperti terkesima melihat apa yang Paula lakukan saat ini, sampai dia tidak bisa berkata-kata, hanya saja dalam hatinya sempat terbersit pikiran, betapa Paula sangat mencintai putra dari pria selingkuhannya itu sampai dia rela bersujud di hadapannya.
Andai saja Joshep tahu jika Paula kini merendahkan dirinya dan membuang jauh-jauh harga dirinya demi kesembuhan dan keselamatan darah dagingnya, tentu saja dia akan menyesal di sepanjang hidupnya karena telah membuat Paula sampai bersujud dan memeohon seperti itu padanya.
"Dimana suami mu? Bukankah seharusnya dia juga ikut bertanggung jawab dengan biaya rawat anaknya? Apa dia hanya bisa membuat tapi tidak bisa bertanggung jawab!" kesal Joshep yang merasa jika pria yang di sebut-sebut bernama Adam Hill yang di ketahuinya sebagai suami Paula dan juga ayah dari Kevin seolah lepas tanggung jawab dalam hal ini, karena yang dia tahu hanya Paula seorang diri yang berjuang kesana kemari mencari biaya untuk putra mereka.
"Dia ayah yang sangat bertanggung jawab, hanya saja dia memang sedang tidak mempunyai uang juga sama seperti ku, aku mohon, hanya kamu harapan ku satu satunya." Mohon Paula.
"Cih, sengit sekali kau membelanya, apa kau secinta itu padanya? Ah,, tentu saja kau secinta itu padanya, buktinya kau lebih memilih hidup menderita dan sengsara dengan nya ari pada hidup dengan ku yang menjamin semua kebutuhan mu, kau bahkan rela kerja banting tulang siang dan malam hanya demi pria selingkuhan mu itu, hebat,,," Joshep bertepuk tangan dan mengacungkan jempolnya ke hadapan wajah Paula yang hanya diam menerima semua hinaan Joshep padanya.
"Maki aku, hina aku semau mu, akuakan diam dan menerima, tapi tolong bantu anak ku." kata Paula yang masih bersimpuh dengan keua lututnya di hadapan Joshep.
Joshep membuang nafasnya dengan kasar, rasa benci, marah dan dendam itu semakin bergolak di dadanya, dia merasa Tuhan tengah meledeknya sat ini dengan mempertemukan kembali denga wanita yang menyakitinya dengan sedemikian dalamnya dan belum dapat dia lupakan barang sedikit pun, meski lima tahun telah berlalu, bahkan kali ini di harus di hadapkan dan di perlihatkan bagaimana mantan istrinya itu menunjukkan pengorbanan dan rasa cintanya yang teramat dalam sampai rela bersujud di hadapannya demi anak dari pria selingkuhannya itu, pikirnya.
"Oke,,, aku akan meminjamkan uang untuk biaya rumah sakit anak mu,, tapi tentu saja itu tidak gratis, kau harus mau memenuhi satu sayarat ku!" Putus Joshep akhirnya, dengan mengangkat sudut bibirnya, seperti tengah merencanakan suatu pembalasan dendam untuk Paula.
"Aku setuju!" sambar Paula yang langsung menyetujui persyaratan yang akan Joshep berikan, bahkan sebelum Joshep mengatakan syarat sepeti apa yang harus dia lakukan, namun itu tidak penting bagi Paula, yang paling penting adalah keselamatan dan kesembuhan Kevin, dia bahkan akan sangat rela jika pun syarat yang di minta Joshep untuk meminjamkan uang harus di bayar dengan nyawanya sekali pun. Tidak ada yang lebih berharga di mata seorang ibu selain kesehatan dan keselamatan anak nya.
"Aku belum mengatakan syarat nya, tapi kau sudah menyetujuinya, apa kau yakin mampu melakukan syarat yang aku minta?" Sinis Joshep.
"Apa pun, aku bersedia menerima apapun syarat yang kamu berikan, yang penting kamu memberikan pinjaman untuk biaya perawatan Kevin." Jawab Paula dengan yakin.
"Baiklah, deal! Bayar tagihan mu ke administrasi, dan masalah syaratnya aku kita akan membicarakan itu setelah kau selesai mengurus biaya anak mu di loket administrasi." Ujar Joshep seraya menyodorkan kartu berwarna hitam yang dia keluarkan dari dompetnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
imelda
lanjut thor
2023-05-25
3