Tidak terasa hampir satu minggu Paula bekerja di rumah Joshep, beruntung jarang sekali dirinya dan Joshep bertemu, karena kesibukan mantan suaminya itu, tapi itu lebih baik, karena jika bertemu pun Joshep hanya marah dan mencari-cari kesalahan dalam pekerjaan yang di kerjakannya demi untuk melupakan dendam kesumatnya pada Paula.
Paula baru selesai menyiapkan makan malam untuk Joshep dan bersiap untuk kembali ke rumah sakit menemui Kevin saat bel pintu utama berbunyi, Paula segera menuju pintu utama untuk melihat siapa yang datang, dia pikir Joshep yang baru pulang dari rumah sakit, namun biasanya Joshep membawa kunci cadangan dan akan langsung masuk.
Paula sedikit tersentak saat tahu yang datang adalah Bella, kekasih Joshep, begitupun dengan Bella yang tak kalah terkejutnya saat mendapati kasir wanita yang tempo hari di temuinya itu ada di rumah kekasihnya.
"Se-selamat malam nona!" Sapa Paula, meski terdengar agak canggung dan gugup.
"Kamu--- bukankah kamu nyonya Hill kasir mini market itu?" Tanya Bella seraya memperhatikan dengan seksama wajah Paula sekali lagi, memastikan jika dirinya tidak salah mengenali orang.
"I-iya nona, itu saya." Angguk Paula.
"Kenapa bisa ada di rumah pacar ku?" Bella mengernyit.
"Maaf nona, saya bekerja sebabgai asisten rumah tangga di sini, apa Tuan Joshep tidak bercerita?" Ujar Paula tidak ingin Bella salah mengerti dengan kehadirannya di rumah kekasihnya.
Bella menggeleng, ada banyak pertanyaan yang hadir di kepalanya, ada sedikit kecurigaan juga melintas di sana, bagaimana pun seorang wanita dan laki-laki tinggal di satu atap yang sama, benarkah tidak akan terjadi apa-apa, terlebih Paula pada dasarnya itu memang cantik, hanya saja penampilannya lusuh, jika di poles sedikit saja dirinya jelas tidak ada apa-apanya di banding Paula, satu-satunya yang menjadi pertimbangaan untuk Bella tetap berpikiran positif adalah karena dia tahu jika Paula seorang wanita sudah menikah, dan semoga Paula memang hanya sekedar bekerja di sana.
Beberapa menit kemudian, Joshep sampai di rumah, dan berhasil membuat kecanggungan antara Bella dan Paula berakhir.
"Sayang,,,kenapa tidak bercerita pada ku jika nyonya Hill bekerja di rumah mu?" Tanya Bella to the point.
"Ah,, itu sebabnya aku menyuruh mu datang ke sini, aku ingin mengatakan secara langsung jika dia bekerja di sini agar tidak jadi salah paham, anknya di rawat di rumah sakit, dan dia tidak punya biaya untuk itu, aku menawarkan pekerjaan sebagai pembantu di sini di sela pekerjaannya di mini market, lagi pula kamu mengenalnya, dan kalau tidak salah saat itu kamu bilang dia wanita yang baik, jadi aku pikir hal ini tidak akan menjadi masalah buat mu, sayang." Terang Joshep, seraya meraih bahu Bella untuk di rangkulnya.
"Oh, seperti itu rupanya. Maaf nyonya Hill, jujur saja tadi aku hampir berprasangka buruk pada mu. Aku tidak keberatan kamu bekerja di sini, lagi pula aku jadi tenang karena kekasih ku ada yang mengurusnya." Bella tersenyum lega. "Sakit apa anak mu?" Lanjutnya.
"Kelainan jantung bawaan, nona." Jawab Paula.
"Baiklah, kamu pasti lelah, aku sudah menyuruh dia untuk memasak semua makanan kesukaan mu, apa masakannya sudah siap?" Joshep menoleh ke arah Paula.
Tatapan matanya sangat tajam dan galak, berbeda jauh saat Joshep menatap dan berkata pada Bella, tatapannya terlihat penuh kasih, dan tutur katanya terdengar lembut, tidak ketus seperti cara dia bicara pada Paula.
Sebenarnya Bella juga agak aneh, karena Joshep tiba-tiba menjadi sangat lembut dan perhatian padanya, selama berapa dua tahun dekat dengan Joshep, baru kali ini Bella mendengar Joshep memanggilnya dengan sebutan 'sayang' dan juga menyuruhnya untuk datang menemuinya, padahal baru beberapa hari yang lalu Bella datang berkunjung ke tempat itu, biasanya kalau Bella mengatakan ingin berkunjung, Joshep pasti melarangnya dengan berbagai alasan, belum lagi saat Bella melihat meja makan, di atasnya benar-benar terhidang berbagai makanan favoritnya, ini aneh, tapi sangat membahagiakan bagi Bella.
"Baiklah kalau begitu, saya permisi pulang!" Pamit Paula karena tidak ingin mengganggu kebersamaan Joshep dan Bella.
"Tunggu!" ujar Bella. "Makanan begini banyaknya tidak mungkin habis hanya di makan kami berdua, lebih baik kamu ikut makan bersama kami nyonya Hill," ajak Bella.
"Tidak usah nona, terimakasih." Tolak Paula.
"Duduk, perintah kekasih ku sama seperti perintah ku, kau harus mematuhinya!" Titah Joshep.
"Sayang, kamu jangan terlalu galak pada nyonya Hill, dia terlihat sangat ketakutan pada mu." Ujar Bella yang melihat Paula langsung duduk dengan canggung setelah mendengar perintah Joshep, sepertinya Paula benar-benar merasa ketakutan.
"Masakan mu sangat enak nyonya Hill." Oceh Bella.
"Berhenti memanggil dia nyonya Hill sayang, panggil saja Paula." Protes Joshep yang entah mengapa rasanya telinganya terasa panas saat Bella memanggil Paula dengan sebutan nyonya Hill, itu seakan meledek dirinya dengan mengatakan jika Paula milik Adam Hill.
"Aa maaf, karena saat itu dia yang meminta di panggil dengan sebutan itu. Oke, mulai sekarang aku akan memanggilnya dengan nama Paula." Kata Bella.
Makan malam terasa sangat lama bagi Paula karena dirinya di paksa harus melihat Joshep yang teris bersiap manis pada Bella, Joshep yang sengaja bersikap romantis hanya demi untuk membuat Paula merasa cemburu ternyata memang berhasil, Paula merasa cemburu melihat itu semua, bagaimanapun dirinya dan Joshep pernah bersama dan saling mencintai, perpisahan yang terjadi di antara mereka pun karena kesalah pahaman yang memamng tidak pernah terungkap sampai sekarang.
Untung saja Paula begitu pintar menyembunyikan rasa cemburunya, sehingga dia terkesan biasa saja dan sama sekali tidak terganggu dengan keromantisan yang sengaja Joshep ciptakan malam itu, membuat Joshep ujung-ujungnya merasa keki sendiri karena sepertinya Paula tidak terpancing sedikit pun dengan ulahnya.
Selesai makan malam, Paula membereskan piring dan alat makan lainnya yang baru di pakai, lantas mencucinya sebelum dia pulang, tidak mungkin dia meninggalkan rumah begitu saja dengan piring-piring kotor itu.
"Kau lihat? Aku lebih bahagia setelah kepergian mu, setelah penghianatan mu, sementara kau lihat lah diri mu, miskin dan menyedihkan! Apa kau menyesal telah melakukan itu semua pada rumah tangga kita?"
Suara lirih Joshep tiba-tiba terdengar sangat dekat di telinga Paula yang sedang serius mencuci piring kotor menghadap wastafel.
Rupanya Joshep kini berdiri tepat di belakangnya.
"Aku tidak pernah menyesali atas apa yang terjadi dengan hidup ku, adapun dengan kehidupannmu yang kini bahagia, aku hanya bisa mengucapkan selamat, dan turut berbahagia." Ujar Paula seraya bergeser menjauh dari Joshep, berada dekat dengan Joshep membuat darahnya berdesir dan jantungnya berdetak tidak menentu.
Rasa cinta itu masih ada dan tersimpan rapi di hati Paula untuk Joshep, namun biarlah itu hanya tersimpan di sana, karena keadaannya sudah tidak mungkinkan untuk mereka bersama lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Anawahyu Fajrin
kasihan Paula,,😭😭
2023-06-02
1