"Bukankah itu pilihan mu sendiri, kau egois memilih berselingkuh dan apa hasilnya? Tuhan menghukum mu dan juga anak mu dalam situasi yang menyedihan seperti sekarang ini. Ada yang salah dengan ucapan ku?" ujar Joshep cuek.
"Tidak, tidak ada yang salah, benar ini keputusan ku, silahkan cemooh aku, maki dan sumpahi aku sesuka mu, tapi jangan pernah menyumpahi anak ku dan mengatakan ini hukuman Tuhan untuk nya, karena kau tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang sudah akh lalami selama ini, jangan sampai kau menyesal di kemudian hari!" kata Paula seraya pergi meninggalkan ruang praktek Joshep dengan hati yang hancur luluh lantah akibat makian Joshep dan juga karena keadan putranya yang kini masih terbaring lemah di ruang ICU.
Sudah seharian penuh Paula mencari pinjaman kesana kemari, namun tidak ada satu pun yang bersedia memberikan pinjaman uang padanya, padahal uang untuk biaya perawatan Kevin yang kini masih berada di ruang perawatan intensif harus sudah di bayarkan paling lambat malam ini.
Sempat terbersit untuk meminta bantuan pada Adam, pria yang selama ini di ketahui orang sebagai suaminya, ayah dari Kevin karena putranya menggunakan nama belakang Adam yaitu Kevin Hill, namun setelah berulang kali dia berniat menghubungi nomor Adam, Paula mengurungkan diri untuk melakukan itu, rasanya tidak sampai hati jika dia harus menyusahkan Adam lagi dan lagi, kebaikan pria yang usianya 10 tahun lebih tua darinya itu sudah tidak terhitung banyaknya, rasanya dia sampai tidak punya muka lagi untuk meminta bantuan padanya lagi dan lagi.
Paula bertemu dengan pria bernama Adam Hill itu sekitar 5 tahun yang lalu saat dia baru saja di usir Joshep dan di ceraikan secara sepihak karena di anggap berzina dan berselingkuh dengan pria lain, tepat di hari yang sama, saat dia ingin kembali pulang ke rumah orang tuanya, tetangganya mengabari jika ayahnya, satu-satunya orang tua yang tersisa karena ibunya sudah lama meninggal, baru saja di bawa ke rumah sakit karena mengalami serangan jantung mendadak, dengan hati yang hancur porak poranda akibat perceraiannya, dia berlari ke rumah sakit untuk menemui ayahnya, namun saat dirinya baru saja sampai di rumah sakit dan hendak menemui ayahnya yang ternyata sudah berada di ruang perawatan, takdir berkata lain, dia mendapati ayahnya sudah tidak benyawa lagi saat dirinya masuk ke ruangan itu, padahal saat dirinya baru datang dan mendatangi ruang gawat darurat, perawat mengatakan jika sang ayah sudah stabil dan sudah berada di ruang rawat inap, namun apa yang terjadi, seketika semua pandangan menjadi gelap, Paula kehilangan kesadarannya karena tekanan batin yang melampaui batas kemampuan bertahannya.
Mungkin benar kata pepatah, cobaan tak pernah datang sendirian, kali ini cobaan datang seraca keroyokan pada kehidupan Paula, karena setelah di ceraikan dengan hina, lantas kehilangan satu-satunya orang tua yag dia miliki, dan sat dirinya tersadar dari pingsannya, dokter malah memberinya satu kejutan lain untuk kehidupannya.
Entah ini kabar baik atau justru kabar buruk untuk Paula, yang jelas hal ini jalan hidup yang harus di laluinya, dokter mengabarkan kalau dirinya tengah hamil dua bulan.
Dunia serasa runtuh seketika, ayahnya meninggal, dia sudah tidak punya siapapun lagi dalam kehidupan ini arena suaminya pun sudah menceraikannya, lalu kini di perutnya tumbuh janin dari hasil pernikahannya yang sudah usai, bagaimana cara dia menjalani hidup?
Paula juga yakin Joshep tidak akan mau mengakui dan mempercayai jika bayi yang ada dalam perutnya ini benar-benar merupakan darah dagingnya, sehingga opsi untuk memberi tahu Joshep mengenai ini dia coret dari kepalanya. Pilihannya hanya dua sekarang ini, gugurkan atau pertahankan.
Tapi semua masalah itu harus tersingkirkan karenakini ada masalah lain yang lebih mendesak, dia harus segera menguburkan jasad ayahnya, namun sialnya dia tidak mempunyai uang sepeserpun untuk mengurus biaya pemulangan jasad ayahnya dari rumah sakit dan juga untuk biaya pemakaman.
Di tengah kebingungan dia di loket administrasi, pertolongan Tuhan datang padanya, seorang pria yang mengantri di belakangnya maju, dan mengatakan jika dia akan membayar semua tagihan rumah sakit untuk ayah Paula.
"Bayarkan tagihan nona itu sekalian dengan tagihan istri ku." Ujar pria yang matanya terlihat sembab sepeti juga dirinya.
"Terimakasih pak, saya akan membayarnya nanti, saya janji." Kata Paula.
"Apa kau sudah menentukan dimana ayah mu akan di kebumikan? Apa kau punya uang untuk itu?" Tanya pria itu lagi, yang di jawab dengan gelengan kepala Paula, dia benar-benar tidak punya uang, dia bahkan hanya membawa baju yang di pakainya saja saat keluar dari rumah Joshep.
"Sebaiknya ayah mu segera di makamkan, jika kau tidak keberatan, ayah mu bisa di makamkan bersebelahan dengan istri ku yang juga baru saja meninggal, biar aku yan membayar semua biaya pemakamannya." Kata pria yang ternyata baru saja kehilangan istrinya itu.
Dari sana Paula tahu jika pria yang irit bicara ini bernama Adam Hill, sungguh dia tidak mengenal pria itu sebelumnya, Paula hanya menganggap jika Adam ini perpanjangan tangan Tuhan yang membantunya dalam keterpurukan, karena di balik musibah dan kesulitan yang kita hadapi, Tuhan juga akan memberi kita bantuan dari pintu manapun bahkan dari cara-cara yang tanpa kita duga sebelumnya selama kita yakin akan kebesaran Nya.
Adam Hill bukanlah orang kaya, dia hanya buruh pabrik bisa saja, dia baru saja kehilangan istri dan anak yang masih berada dalam kandungannya karena istrinya mengalami kecelakaan, uang asuransi dan santunan dari si penabrak itulah yang Adam gunakan untuk biaya penebusan jenasah istri dan juga ayah Paula, juga termasuk biaya pemakaman, sama sepeti halnya Paula, Adam juga tidak mempunyai siapa-siapa, dia memutuskan untuk pergi jauh dari kota itu karena tidak ingin terus mengingat mendiang istrinya.
Saat mengetahui Paula sedang mengandung dan baru di ceraikan suaminya, Adam merasa iba, dia jadi teringat dengan mendiang istri dan calon anaknya yang belum sempat dia lihat wajahnya sepeti apa.
"Jangan gugurkan anak mu, Tuhan mungkin punya rencana indah dengan kehadiran bayi mu." Ujar Adam.
"Aku tidak yakin bisa membahagiakan anak ku, apalagi tanpa seorang ayah untuknya." Lirih Paula.
"Kebahagiaan bisa kau ciptakan sendiri, karena datangnya dari hati mu, masalah ayah untuk anak mu, biarkan dia mengenal ku sebagai ayahnya, mungkin anak mu adalah kado dari Tuhan untuk ku, sebagai pengganti anak ku yang telah tiada, jangan khawatir, aku tidak punya niat jahat, jangan mensalah artikan apa yang aku katakan, aku masih sangat mencintai istri ku, dan tidak akan pernah menggantikan posisinya di hati ku ini dengan wanita manapun, anggaplah aku kakak mu, tapi biarkan orang lain menganggap aku suami mu untuk menjaga martabat mu dan juga anak mu agar tidak di cap anak tak punya bapak." Urai Adam yang berhasil membuat Paula terenyuh dengan kebaikan pria yang bahkan baru di kenalnya itu.
Sejak saat itu Paula memutuskan untuk ikut bersama Adam, ke pulau di mana kini dia tinggal, hanya saja Adam bekerja di perkebunan sawit di pulau lain dan hanya pulang tiga bulan sekali untuk mengunjungi Kevin yang sudah dia anggap sebagai anak lelakinya, kasih sayangnya tidak perlu di ragukan lagi sehingga Kevin selalu bangga mempunyai ayah se-hebat Adam.
Flashback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Athallah Linggar
orang baik seelalu dtg diwaktu yg tepat,aku yakin joseph dan kelluarganya akan menyesal telah menudhmu selingkuh paula. Bersabarlahh
2023-06-23
0
Azizah az
oh ternyata 😔
2023-05-28
2