"Maaf Paula, dengan sangat menyesal aku tidak bisa mempekerjakan mu lagi." Ujar Veronica sang pemilik mini merket tempat Paula bekerja tiba-tiba mengatakan itu saat Paula datang ke mini market untuk bekerja pagi itu.
"Maksud Nyonya saya di pecat? Tapi apa salah saya Nyonya?" Kaget Paula.
Sungguh Paula tidak tau kesalahan apa yang sudah dia perbuat sehingga menyebabkan Nyonya pemilik mini market tempatnya bekerja itu memberhentikannya secara tiba-tiba, padahal selama ini dia tidak pernah melakukan kesalahan, terlebih dia juga selalu melakukan pekerjaannya dengan baik, dia hampir tidak pernah melakukan kesalahan dalam pekerjaannya itu.
"Aku rasa kau lebih baik fokus merawat putra mu saja," ujar Veronica menyampaikan alasan yang justru sangat tidak masuk akal bagi Paula, karena selama ini dia selalu bisa membagi waktu antara mengurus Kevin dan pekerjaannya, tidak pernah keteteran.
"Tapi, bukankah selama ini aku bisa membagi waktu ku dengan baik,dan itu tidak pernah menjadi masalah? Lagi pula aku masih punya banyak utang di sini, tolong beri aku kesempatan untuk bekerja, aku sangat membutuhkan pekerjaan ini." Paula mengiba, di saat dirinya sangat membutuhkan uang, justru dirinya malah di berhentikan dari pekerjaan tanpa dia tahu apa sebabnya.
"Masalah utang-utang mu, lupakan lah. Anggap saja itu kebaikan ku, sehingga kau tidak perlu merasa terbebani dengan utang-utang mu, lagi pula aku sudah mendapatkan pengganti kasir yang baru untuk menggantikan posisi mu." Veronica menunjuk seorang wanita muda yang kini berdiri di depan meja kasir, tempat yang biasanya menjadi tempat dirinya bekerja, ini sangat aneh, bahkan Veronica yang terkenal sangat mata duitan dan sangat tidak mau rugi itu bahkan membebaskan dirinya dari hutang-utangnya yang tempo hari dia katakan jika tidak akan lunas meski dirinya bekerja selama sepuluh tahun lamanya.
"Tapi---" lirih Paula, sungguh masalah seakan datang mengeroyoknya tanpa ampun saat ini, sampai-sampai dia tidak sanggup untuk berkata-kata lagi, bahkan untuk mempertanyakan apa yang terjadi sebenarnya pada Veronica pun rasanya Paula sudah tidak punya tenaga lagi, dia hanya bisa pasrah pada keadaan, bagimana pun juga dirinya hanya pegawai, dan Veronica memang berhak untuk memecatnya meski tanpa alasan sekali pun.
Kehilangan satu pekerjaan yang baginya lumayan bisa membantu untuk biaya sehari-harinya memang terasa menyesakkan, apalagi mencari pekerjaan saat ini sangat sulit, sementara kebutuhan hidupnya tidak bisa di tunda, semua harus tetap berjalan.
"Tidak ada tapi-tapian, ini sudah keputusan ku, maaf." Veronica menutup pintu tempat dimana biasanya para karyawannya biasa masuk, seolah mengusir Paula agar segera pergi dari sana dan tidak mengijinkan Paula untuk masuk ke dalam.
**
"Apa yang terjadi dengan wajah mu yang di tekuk seperti itu?" Tanya Joshep saat Paula baru saja datang ke rumahnya.
"Dan bukan nya hari ini seharusnya kau datang sore hari, karena pagi ini kau harus jaga di mini market?" Lanjut Joshep.
"Sepertinya mulai hari ini aku akan bekerja pagi sampai sore, karena aku sudah tidak bekerja lagi di mini market, Nyonya Veronica memecat ku." Adu Paula sekalian meminta izin jika dirinya akan bekerja hanya pagi sampai sore hari saja, karena kini tidak harus menyesuaikan jadwal shift kerja dirinya seperti saat masih bekerja di mini market.
"Lantas sore sampai malam hari kau kemana?" Tanya Joshep.
"Sepertinya aku akan mencari pekerjaan lain." Ujar Paula jujur, bagaimana pun tidak akan cukup jika dirinya hanya mengandalkan gaji dari dari bekerja di rumah Joshep, meski gaji yang Joshep berikan lumayan besar, di banding gajinya sebagai kasir di mini market.
"Aku akan membayar gaji mu tiga kali lipat, tapi bekerja full time di rumah ku." Kata Joshep tiba-tiba.
"Full time maksudnya?" Paula mengernyitkan keningnya.
"Hmm,, dua puluh empat jam, di rumah ku. Tapi aku memberi mu waktu untuk mengunjungi putra mu dalam sehari tiga jam lamanya, terserah kau mau ambil waktu itu pagi, siang, atau malam, yang penting hanya tiga jam saja, selebihnya kau harus berada di rumah." Tawar Joshep.
Tiga jam? Itu sama seperti jam berkunjung pasien yang di tentukan rumah sakit, sepertinya Joshep menyesuaikan dengan peraturan rumah sakit, selebihnya dia tidak ada waktu untuk keluar rumah.
"Pikirkanlah, lagi pula jarak dari sini ke rumah sakit cukup dekat, dan itu akan memudahkan mu untuk bertemu dengan putra mu jika ada hal-hal mendesak." Sambung Joshep lagi.
Paula terdiam, 3 kali gaji memang sangat menggiurkan, itu lebih dari cukup jika hanya untuk menutupi kebutuhanhidupnya sehari-hari, terlebih jika dia tinggal di rumah Joshep, tentu saja biaya akan semakin sedikit, sehingga uang yang dia dapatkan bisa untuk dia tabung, dan utangnya pada Joshep juga akan cepat terlunasi.
"Apa itu berarti aku harus tinggal dan menginap di sini?" Tanya Paula, ragu.
"Tentu saja, apa kau tidak mengerti apa arti 24 jam? Bukankah dulu kau siswi teladan dansering mendapat juara umum, kenapa tiba-tiba otak mu menjadi bodoh setelah lima tahun? Ah iya,,, aku lupa kau bahkan sudah menjadi bodoh sejak lima tahun yang lalu saat kau emutuskan untuk berselingkuh dengan pria yang bahkan tidak becus untuk membahagiakan mu!" Sinis Joshep.
Cukup menyakitkan memnag kata-kata yang di lontarkan Joshep padanya, namun apa daya, saat ini Paula memang sangat membutuhkan uang, gaji yang Joshep tawarkan cukup menggiurkan bagi Paula, sehingga pilihan untuk menerima tawaran Joshep itu semakin dia yakini.
Bukan satnya baper dan tersinggung dengan mulut jahat Joshep, toh sudah ukan sekali dua kali pria itu berkata sinis seperti itu, bahkan biasanya lebih kasar dan jahat dari itu, Paula hanya perlu menutup telinga dan tidak usah memasukan hal itu ke dalam hatinya, simple.
Namun yang membuat tidak simple dalam hal ini adalah perasaannya, dia tidak yakin dia bisa bertahan dan mengabaikan keberadaan Joshep jika waktu dirinya untuk berada di dekat mantan suaminya itu lebih lama dari sebelumnya, sementara sebelumnya yang hanya setengah hari saja pun benih-benih cinta itu terkadang bermekaran hanya karena percikan-percikan yang di timbulkan oleh Joshep yang terkadang sengaja memicunya.
Itu tidak boleh terjadi, bagaimana pun Joshep dan dirinya kini sudah tidak mungkin bersama, terlebih ada Bella, wanita yang di nilainya sangat baik yang tidak inginj dia hianati, Joshep hanya masa lalu, itu yang harus dia tanamkan dalam dirinya dan selalu di ingatnya.
"Baiklah, aku menerima tawaran mu. Mengenai waktu yang kamu berikan pada ku untuk mengunjungi Kevin, apa aku bisa meminta untuk di tambah 1 jam lagi, jadi empat jam, karena aku ingin menghabiskan waktu besuk yang 3 jam itu untuk menemani Kevin, sementara yang satu jam untuk waktu perjalanan bolak balik dari rumah ke rumah sakit." Putus Paula akhirnya, dia tidak ingin waktu kebersamaannya dengan Kevin yang hanya 3 jam itu harus terpotong oleh waktu perjalanan.
"Deal! Aku setuju! Sekarang siapkan makan siang untuk ku!" titah Joshep dengan wajah datarnya, menyembunyikan sorak sorai yang begitu ramai di hatinya karena akhirnya dia bisa memiliki waktu paula sepenuhnya hanya untuknya.
'Aku tidak akan membiarkan kau mempunyai waktu dengan suami mu, semua waktu mu hanya untuk ku!' Batin Joshep seraya tersenyum samar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Azizah az
modus terooosss pak dokter ini
2023-06-04
2
imelda
ga kebayang rasa penyesalan mu nanti Joseph gitu tau kebenaran kalo Kevin itu ternyata anakmu dan Paula itu tdk pernah menikah lagi.. lanjut thor
2023-06-03
2