"Ada apa di sini, Pau?" Adam tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Paula dan Joshep.
"Kenapa dokter Smith tidak boleh menemui ku? Dan kenapa mata mu sembab begini, apa kamu baru saja menangis? Ada masalah?" Adam terus memberondong Paula dengan pertanyaan yang sangat banyak.
"Ada apa ini dokter? Kenapa tidak ada satu pun di antara kalian berdua yang mau menjelaskan apa yang terjadi pada ku?" Pria yang berparas biasa saja dan berpenampilan sederhana itu menatap Paula dan Joshep silih berganti, menunggu jawaban dari kedua orang yang berada di hadapannya itu.
"Tidak ada apa-apa kak, ayo kembali ke kamar Kevin!" Paula menarik lengan Adam agar segera menjauh dri ruang praktek Joshep.
"Aku ingin berbicara dengan Dokter Smith mengenai kondisi putra kesayangan ku!" Ujar Adam lugas.
Seketika tatapan mata Adam beradu dan saling bertubrukan dengan Joshep yang juga sedang menatap tajam ke arahnya, seperti ada aura negatif yang menyelimuti di antara ke duanya.
Mereka berdua baru saling bertemu dan baru saling mengenal, namun tatapan mereka penuh rasa ketidak sukaan dengan alasan yang hanya mereka sendiri yang mengetahuinya.
"Kau temani Kevin dulu, aku akan berbicara dengan Dokter Smith." Ujar Adam seraya mengibaskan tangannya pertanda mengusir Paula agar meninggalkannya berdua dengan Joshep di sana.
"T-tapi," Paula baru saja membuka mulutnya untuk melayangkan protes pada Adam, namun pria itu langsung menaruh jari telunjuknya di bibir Paula.
"Sssttt,,,, percayalah pada ku. Menurutlah!" Ujar Adam pelan, namun meski terdengar pelan, perkataannya tak urung membuat Paula menurut dengan sangat patuhnya.
Joshep membuang muka dan menjauhkan pandangannya saat Adam menyentuh bibir merah Paula yang tadi baru saja di nikmatinya itu, ada rasa kesal, namun juga ada rasa puas, karena dirinya sudah merasakan kembali bibir merah mantan istrinya itu sebelum Adam meletakkan jari telunjukknya di di bibir Paula.
"Cih, kau hanya menyentuhnya, aku baru saja menciumnya!" Batin Joshep bermonolog mendecih mengejek sikap Adam meski hanya di ungkapkan dalam hatinya saja.
"Baiklah Tuan Hill, mari kita berbicara di ruangan ku, kebetulan aku juga tidak punya banyak waktu hari ini, kita langsung pada masalah inti saja." Ujar Joshep tidak membuang waktu dia menceritakan bagaimana keadaan Kevin yang sebenarnya, dan menjelaskan jika Kevin harus segera di operasi.
"Maaf dokter Smith, jika aku tidak salah lihat dan salah menilai, aku merasa anda dan Paula terlihat sangat akrab, apa kalian perah mengenal sebelumnya?" Tanya Adam.
"Apa Istri anda tidak pernah bercerita mengenai siapa aku dan apa hubungan di antara kami?" Joshep mala balik bertanya, dia pikir Adam tahu mengenai siapa dirinya, atau paling tidak Paula pernah menceritakan tentang dirinya pada Adam.
Namun Adam menggeleng, "Tidak!" jawabnya.
"Paula, emh--- istri anda bekerja sebagai asisten rumah tangga di kediaman saya, apa istri anda tidak menceritakan hal itu? Dia tidak punya uang untuk biaya rawat inap anak kalian, jadi aku meminjamkan uang untuknya, tentu saja tidak cuma-cuma, karena saat itu aku juga butuh asisten rumah tangga dan kebetulan istri anda menyetujuinya." Terang Joshep dengan sangat tenang, dia tidak sama sekali mengusik cerita lama bagaimana dirinya dan Paula saling mengenal dan bahkan pernah menjadi sepasang suami istri,
Joshep sengaja menutupi semua itu karena tidak ingin mendahului Paula untuk bercerita pada Adam, bagaimana pun Joshep harus menghargai dan menghormati keputusan Paula untuk tidak menceritakan tentang dirinya pada Adam, dia tidak boleh melangkah terlalu jauh ke dalam hubungan Paula dan Adam,
"Meminjam uang? Berapa uang yang dia pinjam dari anda?" Tanya Adam terlihat kaget, di samping itu harga dirinya sebagai seorang ayah juga merasa tercoreng di hadapan Joshep karena untuk biaya rawat inap anaknya saja Paula harus meminjam pada Joshep dan menjadi asisten rumah tangga di rumah dokter itu untuk membayarnya., betapa payah dan tidak bergunanya dia sebagai ayah dan suami di mata Joshep.
"Mengenai hal itu, sebaiknya anda tanyakan secara langsung pada istri anda, bukankah seharusnya suami istri tidak ada yang perlu di tutup-tutupi? Jangan katakan jika anda juga tidak tahu jika Istri anda bekerja 24 jam full di rumah ku?" sindiran telak kedua Joshep setelah membuat Adam malu karena harus mendengar Paula meminjam uang dan menjadi pembantu di rumah Joshep, kali ini wajah Adam di buat merah padam karena malu karena Joshep menyindir ketidak tahuan Adam mengenai apa yang terjadi pada Paula, sehingga dia terkesan tidak tahu apa-apa mengenai Paula yang dia akui sebagai istrinya itu.
"Aku permisi, mengenai operasi putra ku, aku akan segera mengusahakannya untuk segera menjalani operasi itu, terima kasih atas informasinya," Adam mengulurkan tangannya mengajak Joshep berjabat tangan.
Joshep menyambut uluran tangan Adam meski dengan setengah hati. "Sama-sama Tuan Hill."
Adam berjelan dengan langkahnya yang lebar menuju ke ruang rawat Kevin, kali ini bukan Kevin yang sangat ingin di temuinya, namun Paula. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan pada Paula setelah dia berbicara panjang lebar dengan Joshep dan ternyata banyak hal yang dirinya tidak tahu dari apa yang di lakukan Paula selama ini dalam usahanya menyembuhkan Kevin.
"Paula, apa aku bisa berbicara dengan mu sebentar?" Kata Adam sesaat setelah dia sampai di ruang inap Kevin.
Paula yang saat itu sedang menidurkan Kevin terkesiap, entah apa yang ingin adam bahas saat ini, dan entah apa yang telah Joshep katakan pada Adam sehingga pria yang sudah dia anggap sebagai kakaknya sendiri itu memasang wajah yang sangat serius saat memintanya untuk berbincang.
"Bicara di sini saja, tapi pelan-pelan, karena Kevin baru saja tertidur." kata Paula.
"Kenapa tidak memberi tahu ku jika kau membutuhkan uang untuk biaya rawat inap Kevin?" Tanya Adam, hal ini paling sangat ingin dia tanyakan pada Paula, dirinya merasa di langkahi dan tiadk di angap oleh Paula kaena Paula justru malah meminta bantuan paa orang lain sebelum meminta bantuan darinya.
Dirinya memang bukan orang kaya dan berlebihan uang, penghasilannya sebagai buruh di perkebunan sawit pun belum bisa di atakan besar, namun jika Paula memberi tahu tentang kesulitan ekonomi yang di alaminya, terlebih itu untuk kebutuhan Kevin, Adam pasti akan berusaha memenuhinya dengan cara apapun.
"Emhhh,,, aku tidak mau merepotkan mu, kak." Lirih Paula.
"Tapi kau tidak sungkan untuk meminta bantuan dan merepotkan dokter Smith, kenapa?" Nada bicara Adam mulai terdengar tidak enak.
"Ah, itu--- itu aku meminjamnya dan aku mencicilnya dengan bekerja di rumahnya, aku-- aku tidak punya pilihan lain." Paula beralasan.
"Kau punya pilihan lain, kau bisa menghubungi ku dan meminta bantuan dari ku, namun kau tidak melakukannya seolah aku tidak di anggap oleh mu, aku memang bukan orang kaya, namun untuk putra ku aku akan mengusahakan dengan sekuat tenaga ku." Adam terlihat agak kesal.
Jika saja tidak mengingat di ruangan itu ada Kevin yang tengah tertidur, ingin rasanya Adam meluapkan emosinya, namun dia hanya bisa menghela nafas dalam dan panjang demi menjaga kestabilan emosinya.
"Bukan seperti itu maksud ku kak, sungguh aku tidak punya pikiran begitu, kakak sangat berarti untuk kami, terlebih untuk Kevin, aku hanya malu karena selama ini selalu merepotkan mu, kakak sudah sangat baik pada kami, bahkan terlalu baik." Lagi, air mata Paula menetes begitu saja seiring dengan kata-kata tulus yang meluncur dari bibirnya.
"Kau bekerja 24 jam di rumah dokter itu?" Tanya Adam lagi ingin meyakikan jika apa yang di ucapkan Joshep padanya di ruangan tadi itu benr adanya.
"Itu--- itu karena aku di berhentikan dari mini market, dan dokter Smith menawari ku gaji tiga kali lipat asal aku bekerja di sana 24 jam, tapi aku masih di beri waktu untuk menemani Kevin setiap harinya di jam besuk." Terang Paula meski terlihat agak takut.
"Berhenti bekerja di rumah dokter Smith, aku merasa dia punya niat tiadk baik pada mu, aku akan membayar semua utang mu padanya!" ujar Adam.
"Tapi---"
"Tidak ada tawar menawar, aku tidak suka dengan sikap arogan dokter itu, dari pertama melihat wajahnya aku merasa dia---!" Adam menggantungkan kalimatnya, entah apa yang ingin dia ucapkan, namun urung dia kemukakan, dia seperti tidak ingin mengatakannya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments