"Ckk, murahan!" decak Joshep.
"Apa kamu memangil ku ke sini hanya untuk memaki dan menghina ku? Jika iya, silahkan maki dan hina sampai kamu puas, setelah itu aku akan kembali menemui anak dan suami ku." Ujar Paula dingin, dia sedang tidak mood untuk bedebat dengan Joshep saat ini.
"Paula! Aku tidak akan membiarkan mu bahagia setelah menghancurkan hidup ku, kenapa? Kenapa Paula? Kenapa kau menyakiti ku sedalam ini, apa salah ku pada mu Paula?" Kali ini air mata Joshep tidak bisa dia bendung akibat menahan kesakitan di hatinya.
Paula yang juga sama-sama merasakan apa yang kini Joshep rasankan hanya bisa terdiam sambil sekuat tenaga menahan tangisnya yang juga hampir tidak bisa terbendung lagi olehnya.
"Josh,,, aku sungguh minta maaf, tapi aku yakin ini yang terbaik untuk kita." Lirih Paula.
"Terbaik? Apanya yang terbaik, kita sama-sama tersiksa, aku tersiksa dengan perasaan cinta dan kebencian yang bercampur di dalam sini (Joshep menunjuk dadanya sendiri) sementara kau juga tersiksa dengan kehidupan yang sungguh tidak layak, seharusnya kita tidak mengalami ini semua jika kita tidak berpisah saat itu, seharusnya kita tidak mengalami ini semua jika kau tidak menghianati ku!" Joshep mengguncang bahu Paula dengan kedua tangannya penuh emosi.
"Itu bukan keinginan ku! Kamu yang menceraikan aku, kamu yang tidak mau mendengar pembelaan mu, kamu lebih percaya dengan orang tua mu yang memojokkan aku, aku sendirian, melawan kalian semua, apa saat itu kamu mau mendengar penjelasan ku? Kamu hanya mengatakan kalau kamu percaya dengan mata kepala mu sendiri, aku bisa apa?" Paula akhirnya tidak bisa menahan lagi air matanya yang menjebol pertahanan dan menetes dengan derasnya meluncur di pipi wanita yang kini menutupi wajah dengan kedua tangannya menyembunyikan kesedihan dan kesakitan yang di rasakannya.
"Katakan! katakan sekarang juga apa alasan mu, apa pembelaan mu. Aku akan mendengarnya, katakan!" Kedua tangan Joshep mencengkeram kedua tangan Paula dan menarik tangan wanita itu agar tidak menutupi wajahnya yang ingin dia lihat saat ini.
"Tidak! Aku tidak akan mengatakannya, itu sudah sangat terlambat, kamu baru meminta penjelasan dari ku setelah lima tahun berlalu, aku tidak ingin membuka luka lama ku. Terima saja nasib kita, jalani kehidupan kita masing-masing, berbahagialah dengan hidup kita masing-masing tidak usah mengungkit lagi masa lalu yang menyakitkan." Tolak Paula.
"Tapi aku cemburu, hati ku sakit lagi-lagi harus melihat mu berada dalam pelukan pria lain, apa kau tahu itu? Tempat mu seharusnya di sini, bukan dalam dekapan pria lain, menangislah di dada ku, tertawalah bersama ku." Tanpa babibu, Joshep memeluk tubuh kurus Paula hingga menghilang dalam dekapannya.
Paula menangis tersedu di dada Joshep, tempat yang dulu selalu menjadi tempat ternyaman baginya itu ternyata masih terasa hangat dan nyaman seperti dulu.
Bukan penyesalan yang saat ini Paula tangisi, namun sebuah dilema besar yang mengganjal di hatinya, sungguh dia juga masih sangat mencintai Joshep, namun ada hal-hal yang membuatnya tidak bisa untuk kembali bersamanya.
Paula juga sangat ingin memberi tahu Joshep jika Kevin adalah buah hati hasil pernikahan mereka dulu sebelum berpisah, namun mengingat Joshep sudah mempunyai calon istri, dia tidak ingin merusak hubungan Joshep dengan Bella, terlebih kedua orang tua Joshep yang sangat mengerikan karena mampu memporak porandakan pernikahan dirinya bersama Joshep dengan sangat rapi dan terencana, bukan tidak mungkin jika mereka juga akan memisahkan dirinya dengan Kevin, bukan?
*Note
Paula merasa yakin jika perpisahan dirinya dengan Joshep ada campur tangan orang tua Joshep yang memang tidak menyukainya sejak awal dan tidak setuju dengan pernikahan mereka, hanya saja mereka sangat pintar bermain peran seolah-olah menjadi mertua yang baik dan penyayang sehingga Paula lengah dan terlena dengan kebaikan mereka.
*
"Paula, aku masih sangat mencintai mu!" Lirih Joshep menciumi pucuk kepala Paula yang masih dalm dekapannya.
Paula mengangkat wajahnya, "Josh,,, sadarlah kita---"
Belum sempat Paula meneruskan kata-katanya, bibir Joshep sudah mendarat sempurna di bibir Pula membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata karena Joshep menciumnya dengan sangat lembut, tidak ada paksaan seperti sebelumnya, kali ini ciuman Joshep terasa penuh cinta.
Dada Paula berdesir hebat, saat bibir Joshep menari di atas bibirnya, menuntut perlawanan dari dirinya yang sama sekali mendiamkannya dan tak melakukan perlawanan apapun, benar-benar hanya diam sambil menikmati cumbuan yang di lakukan Joshep padanya, namun tidak dapat di pungkiri, jantungnya berdebar dengan sangat kencangnya menerima perlakuan itu dari JOshep sehingga dirinya seperti tidak punya tenanga untuk menolaknya, atau mungkin memang jauh di lubuk hatinya Paula juga menikmati semua itu.
Di sini, di tempat yang sama Paula mendapatkan kembali ciuman Joshep untuk yang kedua kalinya, jika sebelumnya Paula marah dan menangis karena Joshep menciumnya dengan paksa dan merasa di lecehkan, kali ini air matanya tumpah bukan karena marah, namun karena kenangan dulu saat bersama Joshep tiba-tiba terasa nyata berputar dalam memorinya, membuatnya merasa seperti kembali ke masa-masa bahagia itu, masa-masa dimana mereka saling mencintai dan menyayangi tanpa ada kebencian.
Joshep melepaskan tautan bibirnya, dia tau Paula tidak meresponnya, tidak ada perlawanan dari wanita yang ternyata baru dia sadari kalau kepergiannya sangat di rindukan olehnya selama lima tahun belakangan ini.
Entah berapa banyak airmatanya tertumpah di setiap harinya hanya demi menangisi penyesalan atas kebodohan dirinya yang dengan begitu mudahnya mengatakan kata pisah dan memutuskan tali pernikahan di antara mereka tanpa mau mendengar penjelasan dari Paula.
Ya,,, dia terlalu emosi, dia terlalu egois sehingga tidak berpikir panjang atas keputusan yang di ambilnya saat itu.
Rasa sakit hati dan benci itu memangtidak pernah hilang, bahkan sampai saat ini masih membara dalam dadanya, namun terkadang godaan sisa cinta sering menggelitiknya untuk bisa kembali memiliki Paula seperti dulu meski itu tidak mungkin.
"Sudah? Puas? Atau kamu masih ingin mencium mu? Melampiaskan nafsu mu? Menganggap ku wanita rendahan dan murahan seperti yang kamu ucapkan pada ku? Lakukanlah jika itu membuat mu bahagia!" Tatapan Pula menyalang tajam menusuk langsung ke dalam dada Joshep.
"Maafkan aku, tidak seharusnya aku masih mempunyai perasaan pada mu, aku pikir kau masih mempunyai perasaan yang sama pada ku, tapi nyatanya tidak. Terkadang ada saat-saat di mana aku belum bisa menerima jika kau bukan lagi milik ku." Lirih Joshep.
Tok,,,tok,,,tok!
Suara ketkan pintu membuat mereka tersadar dan sling menjauhkan diri mereka masing-masing.
"Maaf Dokter, Tuan Adam, ayah dari pasien bernama Kevin ingin menemui anda." Ujar seorang perawat yang melihat Joshep dan Paula silih berganti dengan rasa curiga, karena baik Joshep maupun Paula terlihat berantakan dengan mata yang masih agak sembab.
"Aku akan menemuinya." Ujar Joshep.
"Tidak, anda tidak harus menemuinya!" Larang Paula dengan tegas dan cepat membuat perawat itu melongo dan semakin merasa curiga dengan interaksi Joshep dan Paula yang telihat tidak biasa itu, apalagi selama ini Joshep terkenal dengan sikap dinginnya dan jarang berbasa basi dengan lawan jenis, selain itu seluruh staf rumah sakit sudah tahu jika Joshep merupakan calon suami dari Bella, anak pemilik rumah sakit swasta terbesar di tanah air.
Sepertinya kedekatan Joshep dan Paula ini akan menjadi gosip liar dan panas di rumah sakit akibat kejadian hari ini, terlebih sebelumnya juga para perawat sudah banyak yang berkasak-kusuk karena sering melihat Joshep memperhatikan Paula secara diam-diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments