"Apa yang terjadi di sini?"
Joshep dan Paula sama-sama terkejut saat tiba-tiba suara Bella memecah kesunyian di antara keduanya, mereka sama sekali tidak menyangka jika Bella akan memergoki mereka berdua di sini.
"Ah, itu nona,,, tangan Tuan terluka, dan saya mengobatinya." Paula tergagap seperti maling yang tertangkap basah warga.
Bella buru-buru menghampiri Joshep dan mengambil alih tangan kekasihnya yang sedang di obati oleh Paula.
"Kenapa bisa sampai begini?" Tanya Bella, dari nada bicaranya terlihat sangat cemas.
"Seharusnya kamu membangunkan ku untuk mengobatinya." Sambung Bella.
"Tidak apa-apa, hanya luka kecil, tadi tidak sengaja terkena paku, kebetulan tadi dia sedang di dapur saat aku hendak mengobati luka ku, jadinya aku meminta tolong padanya, aku tidak mau menggangu tidur mu sayang!" Ujar Joshep berbohong.
"Mana bisa begitu, aku akan menjadi istri mu kelak, jadi jangan sungkan untuk meminta pertolongan atau ada sesuatu yang perlu aku bantu, kmu seharusnya langsung bilang saja pada ku ." Bella mengobati luka di punggung tangan Joshep dengan hati-hati, sementara Paula beringsut kembali ke kamarnya setelah melihat Joshep di tangani dengan baik oleh Bella, lagi pula keberadaannya kini sepertinya sudah tidak di perlukan lagi, dia juga tidak mau mengganggu kebersamaan sepasang kekasih itu.
"Paula tunggu!" Suara panggilan Bella menghentikan langkah Paula.
"Ya nona," Paula memutar tubuhnya kembali menghadap Bella yang kini menggantikan posisinya bersimpuh di hadpan Joshep.
"Terimakasih sudah membantu mengobati lengan kekasih ku, tapi lain kali biar aku saja yang melakukannya." Kata Bella.
Paula mengangguk, "Iya nona, maaf."
Perasaan Paula saat ini tidak bisa di gambarkan seperti apa, karena sikap Bella tadi yang menurutnya agak lain saat berbicara padanya saat terakhir kali.
"Ah tidak tidak! Tidak mungkin jika nona Bella mendengar pembicaraan ku dengan Joshep tadi di dapur, dia pasti akan langsung mengamuk jika memang mendengar pembicaraan kami tadi," tepis Paula menyangkal asumsi dirinya sendiri yang sempat mengira perubahan sikap Bella padanya karena kekasih mantan suaminya itu mendengar apa yang dia bicarakan dengan |Joshep tadi.
Sampai pagi menjelang tidak semenit pun Paula bisa memejamkan matanya, berbagai pikiran berkecamuk di benaknya, membuat dia tidak bisa merasa tenang.
Setelah menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah, Paula bergegas pergi dari sana setelah berpamitan pada Bella tentu saja, dia ingin segera ke rumah sakit untuk menemui sang putra yang masih di rawat di sana.
Hari ini alat-lat yang terhubung ke tubuh Kevin sudah boleh di lepas, bocah itu pun sudah boleh pindah ke ruang rawat biasa, namun kondisinya masih sangat lemah.
"Ibu, semalam aku tidak melihat mu berada di dekat ku, ibu tidak menginap di sini?" Tanya Kevin.
Bocah bawel itu selalu terjaga setiap malam, biasanya Paula akan menggenggam tangannya dan Kevin akan kembali tertidur, Perawat bahkan mengatakan pada Paula jika Kevin tidak tidur semalaman karena menunggu nya.
"Oh, semalam ibu ketiduran setelah seharian beres-beres di rumah." Bohong Paula, dia tidak mungkin mengatakan jika ketidak hadirannya tai malam karena dia menginap di rumah Joshep, Kevin juga tidak tahu jika dirinya bekerja di rumah dokter yang merawatnya itu.
"Apa ayah pulang?" Tanya kevin lagi.
"Tidak, ayah mu belum saatnya pulang, mungkin beberapa hari lagi." Jawab Paula dengan sabar.
"Aku merindukan ayah, apa ibu juga merindukan ayah?" celoteh bocah itu.
"Tentu saja, ibu juga sangat merindukan ayah mu." Jawab Paula.
"Hmmm!" Suara dehaman Joshep membuat perbincangan antara ibu dan anak itu harus terhenti karena pagi ini jadwal Joshep berkeliling memeriksa semua pasien.
"Dokter Smith, apa aku sudah boleh pulang? Semua kabel dari tubuh ku sudah di lepas, apa itu berarti aku sudah sembuh?" Tanya Kevin, pada Joshep yang kini sedang memeriksa dada Kevin dengan stetoskop.
"Kamu masih belum boleh pulang, sesuatu di dalam sini masih harus mendapatkan perawatan ekstra, ( Joshep menunjuk dada Kevin) jika kamu memaksa untuk pulang, kamu tidak akan ada yang mengurus, hanya sendirian di rumah, lebih baik di sini, banyak perawat yang mengurus mu." Sindir Joshep yang secara tidak langsung ingin mengatakan jika Paula tidak pernah mengurusi dan peduli pada putranya.
"Aku sudah besar dokter, aku tidak perlu di temani ibu sepanjang waktu saat di rumah seperti bayi." Ujar Kevin yang terdengar lebih seperti sedang membela ibunya dengan caranya sendiri.
"Datang ke ruangan ku satu jam lagi, ada yang ingin aku sampaikan!" Titah Joshep.
Paula mengangguk tanpa berbicara sepatah kata pun, kejadian semalam membuat dirinya memilih untuk tidak banyak berbicara dengan Joshep karena tidak ingin memicu perdebatan lagi.
**
"Kondisi Kevin semakin buruk, dia harus cepat di operasi, karena jika terus mengulur waktu, maka di khawatirkan serangan-serangan seperti kemarin akan lebih sering terjadi." Joshep terlihat serius saat membicarakan masalah Kevin pada Paula, dia benar-benar memerankan dirinya sebagai seorang dokter, kali ini.
"Aku tau, sebenarnya dari beberapa bulan yang lalu dokter Stanly sudha mengatakan hal ini, namun aku masih terkendala biaya, apalagi operasi hanya bisa di lakukan di kota besar saja, tidak bisa di rumah sakit ini." Jawab Paula.
Dokter Stanly adalah dokter senior yang juga bertugas di rumah sakit itu yang menangani Kevin sebelumnya.
"Sebagai seorang dokter, sudah menjadi kewajiban ku untuk menyampaikan hal ini pada keluarga pasien agar menjadi pertimbangan, adapun keputusannya, aku serahkan pada mu dan suami mu sebagai orang yang berhak dalam hal ini, atau mungkin jika ada waktu aku ingin berbicara dengan suami mu, barangkali obrolan antar pria akan lebih mudah." Ujar Joshep.
"Suami ku sibuk, untuk masalah Kevin bicarakan saja dengan ku."
"Tapi suami mu juga harus tahu, dia tidak boleh lepas tanggung jawab begitu saja dan menyerahkan semua tanggung jawab pada mu." kata Joshep.
"Jika anda tidak tau cerita yang sebenarnya, lebih baik jangan sok tahu, Adam ayah yang sangat bertanggung jawab bagi Kevin." Sinis Paula.
"Ayah yang bertanggung jawab bagi Kevin, tapi bukan suami yang baik untuk mu, jika dia memang peduli dan menyayangi istrinya, mana mungkin dia membiarkan mu kerja jungkir balik siang malam untuk menghidupi diri mu dan juga anaknya, kau menanggungnya sendirian, kemana dia? Mana tanggung jawabnya?" Joshep sedikit emosi.
"Ini pilihan ku, aku tidak pernahmerasa terbebani harus melakukannya sendirian demi anak ku, saya pikir anda terlalu jauh masuk ke dalam ranah pribadi saya, dokter Smith!" Emosi Paula pun akhirnya ikut terpancing juga.
Joshep bangkit dari kursinya dan mendekat ke arah Paula, kedua tangannya mencengkeram erat kedua bahu Paula yang saat itu duduk di hadapan dirinya yang berdiri sambil menatap tajam wanita yang masih saja belum hilang dari hatinya itu.
"Sehebat itu kah suami mu itu, sampai kau rela berjuang untuk dia dengan seluruh jiwa dan raga mu? Kenapa? Apa salah ku, apa kurang ku sehingga dulu kau tidak berusaha memperjuangkan rumah tangga kita, kenapa? Apa yang membuat mu lebih mencintainya seperti ini, apa karena sentuhannya yang lembut?" Paula menjauhkan wajahnya saat Joshep mencoba menyapu ppinya dengan telapak tangannya yang membuat darahnya berdesir hebat saat telapak tangannya sempat menyentuh pipinya.
"Kenapa, Huh? Apa karena ciumannya yang dahsyat?" Lanjut Joshep.
Kali ini Joshep menangkup kedua pipi Paula dan mendekatkan bibirnya ke bibir Paula, lantas menciumnya dengan paksa.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Joshep.
"Anda telah melecehkan saya dokter, saya bisa saja berteriak dan menghancurkan nama baik mu di sini!" Ancam Paula dengan mata berkaca-kaca.
"Pau,,, maafkan aku!" Joshep mengejar Paula yang pergi dari ruang prakteknya dengan marah.
"Josh,,,!"
Joshep menghentkan langkahnya untuk mengejar Paula karena panggilan Bella yang tiba-tiba ada di depan ruang prakteknya.
"Bella?" Kaget Joshep, entah sejak kapan kekasihnya itu berada di depan ruang prakteknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Azizah az
o... o.... kamu ketahuan 💃💃😄
2023-06-01
0
octa❤️
ceritanya seruuu...lanjut thor..
2023-06-01
1