Pulang dari menemui Kevin, Joshep kini sengaja mencari dan mampir ke mini market tempat Paula bekerja, waktu masih menunjukkan pukul 9 malam, mini market itu masih buka, tempat itu satu-satunya toko serba ada yang berada di kawasan itu yang buka sampai malam sehingga tidak sudah untuk menemukan nya.
Hampir dua jam Joshep berdiam diri di mobil sambil memperhatikan ke arah mini market itu, menunggu Paula keluar dari sana, padahal mini market sudah tutup dari setengah jam lalu, dia spontan langsung menundukkan tubuhnya saat Paula melewati mobilnya dengan mengendarai sepeda motor bututnya.
'Selarut ini, dan kau harus mengendarai sepeda motor mu sendirian ke ruamh mu yang bahkan jalannya masih bebatuan dan gelap tanpa penerangan jalan' gumam Joshep tiba-tiba saja hatinya sedikit menghawatirkan Paula, namun setelah dia mengaingat kembali perselingkuha Paula yang di lakukan 5 tahun yang lalu membuatnya mengurungkan niat baiknya yang tadinya hendak mengikuti Paula dari belakang dan memastikan mantan istrinya itu sampai di rumah dengan selamat.
Joshep memilih untuk putar arah dan kembali ke rumahnya, di bahkan kini meruntuki dirinya sendiri yang di nilainya terlalu bodoh karena masih saja memperdulikan kehidupan mantan istrinya itu.
"Hai sayang!" seorang wanita yang duduk di teras rumahnya menyambut Joshep yang baru saja tiba di rumah dinasnya, sepertinya wanita itu sudah lama menunggunya.
Dia adalah Bella, wanita yang di jodohkan oleh keluarganya, karena Bela merupakan pemilik rumah sakit di mana ayah Joshep bekerja.
Tak ada yang kurang dari Bella, dia cantik, pintar, pengurus yayasan, namun entah mengapa Joshep tidak pernah bisa merasakan cinta padanya, meski mereka sudah berhubungan sekitar dua tahun lamanya, hubungan mereka seperti jalan di tempat saja tidak ada kemajuan sama sekali, terlebih selama dua tahun ini mereka menjalani hubungan jarak jauh karena hubungan mereka di mulai saat Joshep masih menjalani kuliah di luar negeri, dan saat lulus Joshep justru memilih untuk mendedikasikan dirinya di pulau terpencil seperti ini, meski Bella dan orang tuanya menawarkan posisi bagus di rumah sakit milik mereka di pusat kota salah satu pulau termaju di tanah air.
Dengan alasan ingin mencari pengalaman, akhirnya baik Bella, keluarga bella dan juga kedua orang tua Joshep mendukung keinginan Joshep itu, sebenarnya jika boleh jujur, salah satu alasan mengapa Joshep memilih untuk bekerja di pulau terpencil ini adalah agar dirinya bisa terbebas dari tekanan orang tuanya yang terus menerus menyuruh dirinya menikah dengan pemilik rumah sakit terbesar di tanah air itu.
Ayah Joshep yaitu Frans, merupakan direktur rumah sakit milik orang tua Bella, Frans memang ambisius, dia berkeinginan agar dengan Joshep menikahi Bella maka rumah sakit ini kedepannya akan menjadi milik Joshep.
"Eh, hai Bel. Kamu datang tidak memberi tahu ku, kalau aku tahu aku bisa menjemput mu." Ujar Joshep berbasa basi, padahal jika pun Bella mengabarinya dia akan berkunjung ke sini, niscaya Joshep akan membuat seribu alasan agar wanita itu membatalkan kunjungannya ke tempat ini.
"Aku ingin memberi mu kejutan, apa kamu terkejut?" ujar gadis itu manja, sebagai anak tunggal dari pemilik rumah sakit swasta terbesar di tanah air, dia biasa hidup penuh kemewahan dan limpahan kasih sayang sehingga apapun yang di inginkannya akan terwujud dengan kekuatan koneksi orang tuanya.
"Tentu saja aku terkejut, aku belum ada sebulan di sini tapi sudah di kunjungi," kata Joshep seraya membuka pintu dan mempersilahkan Bella untuk masuk.
"Apa aku tidak boleh datang ke mari?" rajuk gadis itu.
"Bukan sepeti itu, hanya saja, di sini pulau terpencil, aku tidak yakin kamu bisa terbiasa dengan keadaan di sini, ini benar-benar bukan tempat yang tepat buat mu." Elak Joshep.
"Hmmm, benar itu, aku baru pernah singgah di bandara yang sekecil itu, mana masih harus melewati jalan pegunungan yang sangat jauh untuk sampai di sini, perjuangannya sangat melelahkan, di tambah orang ingin aku temui tidak ada di rumah juga rumah sakit." Keluhnya sambil mengerucutkan bibbirnya.
"Maaf, aku sedang mengunjungi pasien ku yang harus keluar paksa dari rumah sakit karena terkendala biaya, aku harus memastikan keadaannya baik-baik saja." ujar Joshep berusaha jujur meski hanya sebagian kecil.
"Wah, senangnya di perhatikan dokter tampan seperti mu, apalagi sampai di datangi ke rumah, pasti pasiennya cantik, ya?" Goda Bella merasa sedikit cemburu.
"Tampan, pasiennya bocah laki-laki tampan berusia 5 tahun." Terang Joshep seraya memberikan segelas air untuk Bella yang sepertinya sudah lama menunggunya dan kehausan.
Mendengar jawaban Joshep membuat hati Bella tenang, Bella tahu jika Joshep belum bisa benar-benar membuka hati untuknya, dia juga tahu jika Joshep pernah menikah dulu dan di hianati istrinya sebelum akhirnya mereka bercerai, Bertha ibunya Joshep pernah menceritakan padanya tentang itu dulu, sehingga Bella sampai saat ini masih bersabar dan memaklumi dengan sikap dingin Joshep yang mungkin masih trauma dengan pernikahan terdahulunya.
Hanya saja sampai detik ini Bella tidak pernah tahu bagaimana rupa mantan istri Joshep yang tega menghianati pria se tampan Joshep ini, Bertha mengaku tidak punya foto manatan menantunya itu, karena semua hal mengenai mantan Istri kekasihnya itu sudah di musnahkan dengan cara di bakar habis agar tidak terus-terusan mengganggu ketenangan hati Joshep yang sudah harus move on, yang Bella tahu wanita itu bernama Paula.
**
Keesokan harinya, karena Joshep harus berangkat ke rumah sakit pagi, Bella merasa bosan di rumah sendirian, akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan menggunakan ojek yang dia bayar untuk mengantarnya ke sana kemari, maklumlah di sana tidak ada taksi, jadi terpaksa dia menggunakan ojek.
"Ini mini market terlengkap yang ada di kota ini, nona." Kata tukang ojek itu menunjuk ke arah mini market, karena sebelumnya Bella meninta di bawa ke pusat perbelanjaan lengkap, dia ingin membeli bahan makanan untuk stok di rumah Joshep.
Belanjaan Bella ternyata sangat banyak, dia berbelanja seperti untuk kebutuhan satu tahun sehingga tidak mungkin jika dia membawanya dengan menumpang ojek, sehingga akhirnya dia menelpon Joshep untuk menjemputnya di sana.
Paula yang saat itu sedang betugas merasa kasihan karena Bella berdiri kepanasan seperti menunggu seseorang, karena toko sedang sepi, dia memberanikan diri untuk menyapanya.
"Sepertinya anda bukan asli penduduk sini, nona?" Tanya Paula seraya memberikan sebuah kursi plastik agar wanita yang di ajaknya berbicara itu bisa mengistirahatkan kakinya yang terlihat pegal akibat berdiri sejak tadi.
"Ah iya, aku sedang mengunjungi kekasih ku yang baru bertugas di pulau ini, aku berbelanja untuk stok makanannya." Jawabnya.
"Kekasih anda pasti sangat bahagia memiliki anda yang perhatian," kata Paula seraya tersenyum dan kembali ke meja kasir karena ada pelanggan yang akan membayar belanjaannya.
"Itu,,, kekasih ku sudah datang," tunjuk Bella memberi tahu Paula yang refleks mengikuti telunjuk Bella yang menunjuk ke arah Joshep yang turun dari mobil dan berjalan ke arah mereka.
Seketika pandangan Paula dan Joshep beradu, ada sedikit rasa cemburu mengusik hati Paula ketika tau ternyata kekasih wanita yang di ajaknya berbicara tadi ternyata Joshep, yang tak lain adalah mantan suaminya.
Dulu saat mereka masih berpacaran dan masih menjadi sepasang suami istri mereka paling senang berbelanja bulanan berdua.
"Sayang, maaf sudah mengganggu waktu mu, tapi aku tidak tahu harus membawa belanjaan ini dengan apa jika tidak menelpon mu." Kata Bella dengan manjanya seperti biasa.
Paula memalingkan wajahnya membuang pandangannya jauh-jauh dari sepasang sejoli yang terlihat sangat mesra, dan membuat hati Paula seketika merasa panas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments