Paula mondar mandir di depan pintu ruang gawat darurat di mana anaknya sedang di tangani oleh Joshep, muncul sedikit ketakutan dan kekhawatiran jika Joshep tidak akan mau menyelamatkan putranya memgingat betapa Joshep sangat membenci dirinya.
"Josh,, ah, maksud ku dokter Smith, bagaimana keadaan putra ku?" Paula langsung berhambur mendekati Joshep yang baru saja keluar dari ruangan di mana Kevin, bocah laki-laki berumur 5 tahun itu di rawat.
"Saat ini sudah stabil, tapi masih harus memonitor nya selama dua puluh empat jam kedepan. Anak mu menderita penyakit jantung bawaan?" tanya Joshep dingin, sejujurnya dia tidak ingin berbicara dengan Paula, namun mengiangat saat ini dirinya sedang berperan sebagai Dokter dan bukan sebagai mantan suami yang di hianati, mau tidak mau dirinya tetap harus berkomunikasi dengan Paula yang merupakan orang tua pasien yang tengah di tanganinya saat ini.
"Iya, Kevin menderita kelainan jantung sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan dokter sudah pernah mengatakan kemungkinan itu." Jawab Paula.
Hati Paula terasa berdesir dan merasa sakit saat dirinya harus tetap mempertahankan bayi dalm kandungannya saat itu meski dokter mengatakan kemungkinan-kemungkinan terburuk jika Kevn di lahirkan dengan kelainan jantungnya, namun keputusannya sudah bulat, dia bertekad untuk tetap melahirkan bayinya apapun keadaannya, bagaimana pun sulitnya nanti.
"Apa ada riwayat turunan dari ayahnya atau keluarga ayahnya?" Tanya Joshep terdengar agak dingin saat membahas tentang ayah dari Kevin.
"Emhh tidak, tidak ada." jawab Paula, "Namun mungkin anda juga pernah ingat jika ayah ku menderita penyakit jantung juga." Sambung Paula.
"Aku tidak pernah mengingat-ingat hal yang tidak penting dalam kehidupan ku." Ujar Joshep terdengar dingin dn agak sinis.
"Ah, maaf." Ujar Paula lirih, dia lupa jika Joshep sngat membencinya, jadi dirinya mungkin masuk dalam kategori hal tidak penting untuk kehidupannya sehingga dengan mudahnya melupakan segala sesuatu tentang dirinya.
"Sebaiknya anda urus administrasi untuk rawat inap anak anda segera, dan perawat akan memonitor putra anda selama dua puluh empat jam penuh." Ujar Joshep sambil melengos dan melangkah pergi menjauh, sepertinya dia sangat enggan dan alergi jika berlama-lama dekat denagn Paula.
"Ba-baik, terima kasih Dokter Smith!" ucap Paula dengan tulus, mesku ucapan tulusnya sedikit pun tidak mendapatkan balasan dari Joshep, boro-boro menjawab ucapannya, menoleh pun sepertinya dia tidak sudi.
Paula melangkah menuju loket administrasi, namun sejurus kemudian dia terlihat kebingungan saat melihat nominal yang harus dia bayar untuk biaya rawat inap putrnya.
"Maaf, apa saya boleh membayar uang depositnya setengah dulu, dan besok baru saya lunasi?" Tanya Paula pada petugas administrasi di dalam loket.
Kedua petugas administrasi itu saling melempar tatapan, mereka sungguh merasa iba dengan keadaan Paula yang terlihat kebingungan, namun lagi-lagi ini peraturan rumah sakit yang tidak bisa senaknya dia langgar, apalagi mereka juga hanya sebagai pekerja biasa.
"Maaf bu, tapi biaya deposit harus di bayar di muka, baru putra anda bisa di rawat inap." Terang petugas itu meski merasa tiak tega namun harus tetap menyampaikan hal itu.
"Bagaimana kalau saya meminta waktu dua jam saja untuk mencari uang dan saya akan segera kembali untuk membayar kekurangan uangnya." tanya Paula lagi, dia sungguh tidak punya uang saat ini.
Tidak akan pernah ada yang menyangka jika wanita berbaju lusuh, dan wajah berminyak bercampur debu jalanan itu pernah menjadi istri dokter Joshep.
Paula yang dulu selalu menjadi juara kelas dan bercita-cita menjadi dokter itu penampilan nya kini sudah sangat jauh berbeda dengan Paula yang dulu merupakan primadona di sekolah, cantik dan populer, namun kini Paula sudah tidak pernah lagi punya waktu untuk merawat dirinya sendiri, waktunya habis untuk bekerja dan mencari uang demi anaknya, bahkan sehari dua puluh empat jam seras masih kurang untuk dirinya yang bekerja sebagai penjaga kasir di sebuah mini market, dan menjadi buruh cuci di waktu sengganganya, lantas memberi les bagi anak-anak di lingkungannya saat malam hari, semua itu Paula lakukan demi menyambung hidup dan juga untuk membeli obat yang harus selalu putranya konsumsi terus meneru selama putranya belum bisa menjalani operasi.
Bukannya Paula tidak mau mengoperasiputranya, hanya saja untuk biaya hidup sehari-hari saja rasanya masih sangat kurang, contohnya sekarang ini, untuk biaya rawat inap rumah sakit saja diinya masih harus mencari pinjaman.
Paula bergegas menemui ibu Victoria, pemilik mini market tempatnya bekerja, dia berniat untuk meminjam uang darinya, hanya dia satu-satunya harapan Paula, namun terkadang harapan tidak sesuai dengan kenyataan, karena Victoria justru menolak untuk memberinya pinjaman.
"Tolonglah bu, saya sangat memerlukan uang itu untuk biaya rumah sakit anak saya." Mohon Paula mengiba.
"Maaf Paula, tapi hutang mu yang sebelumnya saja sudah sangat banyak, bahkan tidak akan cukup jika kamu membayarnya dengan gaji mu selama bertahun-tahun, aku membuka toko ini untuk mencari keuntungan, tapi jika keuntungannya terus di panjami oleh mu, lama-lama usaha ku ini akan gulung tikar!" Tolak Victoria dengan sinis.
"Saya mohon bu, saya akan segera mengembalikannya!" Paula bahkan kini telah berurai air mata, dia bingung harus kemana lagi mencari pinjaman.
"Tidak, aku tidak bisa memberi mu pijaman."
Setiap orang yang Paula temui dan mintai pertolongan jawabannya rata-rata ham,pir sama, mereka tidak mau memberinya pinjaman dengan alasan mereka yang berbeda-beda, membuat Paula akhirnya merasa putus asa.
Dalamkeputus asaannya itu, Paula kembali ke rumah sakit dengan tangan hampa, dia tidak langsung menemui petugas administrasi, namun langsung menemui putranya.
"Ibu menangis?" tanya bocah kecil yang kini sudah bisa terduduk di ranjangnya itu menyambut kedatangan Paula.
"Tidak, ibu hanya bahagia karena kamu sudah terlihat jauh lebih segar." Jawab Paula menyeka air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Ita bu, aku sudah sehat sekarang, apa ibu mau menjamput ku untuk pulang? Ayo bu, aku mau pulang!" Rengek bocah itu.
"Tapi dokter belum mengizinkan mu untuk pulang, dan kamu masih harus menginap di sini."
"Tidak, aku tidak mau bu, kata teman ku, sat ibunya di rawat di rumah sakit, mereka sampai harus menjual sapi mereka untuk membayar biayanya, sementara kita tidak punya sapi untuk di jual, dengan apa kita membayarnya, ayo bu,,, kita pulang saja!" rengek Kevin lagi membuat hati Paula terasa bagai di remas.
Ibu macam apa dirinya yang bahkan untuk biaya rumah sakit anaknya saja tidak mampu untuk membayar, batin nya.
Dengan berat hati dan dengan prosedur yang sangat rumit akhirnya Paula bisa membawa Kevin pulang setelah menanda tagani surat pernyataan jika kepulangannya atas keinginan sendiri dantidak akan menuntut apapun pada pihak rumah sakit jika terjadi sesatu hal di kemudian hari.
Malam harinya saat Joshep berjaga, dia kebingungan karena tidak mendapati Kevin di ruang inap mana pun, "Di mana pasien anak kecil yang tadi terkena serangan jantung itu?" tanya Joshep pada perawat yang menemaninya berkeliling malam itu, smpai pasien terakhir dia tidak menemui Kevin, padahal bocah itu seharusnya masih dalam pengawasannya.
"Ah itu, Kevin? Dia pulang paksa dok." jawab perawat itu.
"Pulang paksa? Apa orang tuanya tidak tahu jika penyakit anak mereka berbahaya?" Kesal joshep.
"Maaf dok, tapi sepertinya mereka terkendala dalam pembayaran, ibunya menyatakanjika dia tidak bisa membayar deposit untuk biaya rawat inap anaknya."
"Berapa deposit yang harus di bayarnya?" tanya Joshep penasaran.
"Tiga juta, dok."
'Oh shiiiiiit, apa yang sebenarnya terjadi pada mu, mengapa uang segitu saja kau sampai tidak mampu untuk membayarnya, kehidupan macam apa yang kau dan suami mu jalani, pria macam apa yang kau pilih, sampai-sampai tidak bisa memberi mu uang segitu untuk kesembuhan anak mereka?' gumam Joshep dalam hatinya merasa kesal sekaligus miris dengan keidupan yang Paula jalani saat ini yang entah seperti apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Azizah az
seperti nya ada kesalahpahaman disini ya teteh
2023-05-28
1