...Senyum terkadang mampu menjadi obat dari segala Luka di dada ...
...🍁...
Asmara telah selesai membersihkan diri, dan kini tengah menemani Senja untuk belajar, sementara mbok Jum masih sibuk dengan urusan dapur.
"Bu , Makanan nya sudah siap"
"Oh iya mbok, kita makan sekarang aja mbok"
Semenjak pindah ke desa, Asma selalu meminta mbok Jum untuk makan bersama , Tidak pernah membedakan nya seperti ketika dirinya masih tinggal bersama Bima.
Awalnya mbok Jum Agak canggung, namun karena Asmara selalu meminta, Akhirnya mbok Jum menurutinya.
"Ibuk.. Enja kangen ayah " celoteh Senja dengan mulut penuh makanan.
Mendengar ungkapan hati sang putri, seketika membuat nafsu makan Asmara menghilang begitu saja.
Sementara mbok Jum hanya menatap sekilas pada Asmara, dia juga tidak berani berkata apa-apa.
"Enja, Sabar ya sayang "
"Kenapa ayah Sibuk Telus buk " celoteh Senja dengan wajah sedihnya.
"Nanti ibuk Coba telpon ayah ya sayang, sekarang habiskan dulu makanan nya" titah Asmara.
Saat ini mungkin Asmara sudah tidak berselera untuk makan, mengingat janji ya pada sang putri.
Mendengar permintaan putrinya saja dia sudah merasa kan sesak di dada.
Makan malam telah usai, dan malam pun semakin larut, menyisakan Asmara yang masih setia duduk di ruang tamu, ditemani secangkir kopi yang akhir-akhir ini mulai dia gemari.
Entah kenapa, perkataan Rani siang tadi kembali menyapa ingatan Asmara.
Senja memang membutuhkan Sosok Ayah, mungkin Asmara memang terlalu egois dengan memikirkan sakit hatinya saja, sementara dia tidak memikirkan bagaimana Senja.
Bagaikan kaset rusak yang dipaksa untuk berputar kembali, ingatan Asmara pun tertuju ada sebuah kejadian yang cukup menyedihkan.
Asmara ingat betul saat sore itu Senja meminta untuk bermain dengan anak-anak tetangga yang seusianya, Sejujurnya senja tidak mengizinkannya, namun karena Senja terus memaksa, pada akhirnya Asmara mengizinkan. Awalnya mereka tampak Akrab dan terlihat baik-baik saja.
Namun ada saat ketika seorang anak tetangga yang menanyakan dimana keberadaan Ayah Senja, pasalnya mereka tidak pernah sekalipun melihatnya.
Merasa tidak dapat menjawab dan menunjukan dimana ayahnya, akhirnya senja hanya dapat menangis, dan berlari pulang mencari Asmara.
Karena kejadian itu lah Senja selalu sedih dan mengurung diri, karena banyak teman-teman seusianya yang mulai memperolok nya.
Ironi anak seusia senja harus juga menerima kesialan karena perpisahan orang tuanya.
Tok tok tok
Terdengar bunyi ketukan pintu yang seketika membuyarkan lamunan Asmara.
"Siapa ?"
"Ini bapak Nduk" ucap Pak Basuki dari luar pintu.
Bergegas Asmara bangkit dari duduknya untuk membuka kan pintu.
"Ya Allah pak, Bapak kehujanan ?"
Asmara merasa khawatir pada pak Basuki, pasalnya pak Basuki datang ketika hari sudah gelap, terlebih saat ini tengah hujan deras.
Asmara pun mengajak pak Basuki untuk segera masuk, dan setelahnya meminta mbok Jum untuk membuatkan jahe hangat.
"Ada apa pak , tumben malem malem kesini"
"Oh ini, tadi Nak Loka sudah pulang dan berpamitan sama bapak, Berhubung kamu sedang di puskesmas dia cuma titip salam dan menitipkan ini untuk kamu"
Asmara tampak menautkan kedua alisnya, melihat sebuah amplop coklat berukuran sedang yang baru saja di berikan pak Basuki.
"Apa ini pak ?"
"Bapak juga tidak tahu, kamu buka saja Nduk" titah pak Basuki.
Agaknya Asmara sedikit ragu , namun dia juga penasaran dengan apa yang di titipkan Loka pada pak Basuki.
Asmara pun meraih amplop coklat itu dari atas meja dan segera membukanya.
Dua bola matanya membulat sempurna tatkala melihat isi dari amplop tersebut, lembaran uang berwarna merah muda yang bertuliskan angka 10 Juta.
"Pak ini dari Mas Loka ?"
Pak Basuki menganggukkan kepala, meyakinkan Asmara jika memang uang itu dari pasien nya.
"Pak tapi Asma tidak bisa terima ini, ini Terlalu banyak, apa lagi Asma tidak melakukan apapun"
Buru-buru Asmara memasukan kembali uang kedalam amplop dan menyerahkan kembali pada pak Basuki.
Pak Basuki tampak mengerutkan dahi, mendapati keputusan Asmara yang ingin mengembalikan uang tersebut.
"Nduk, kamu terima saja uang nya, Lagi pula mau di kembalikan kemana ?, Kita cuma tahu namanya, tidak dengan identitasnya" tukas pak Basuki.
Benar apa yang di katakan pak Basuki, baik Asmara maupun pak Basuki memang tidak ada yang mengetahui darimana dan siapa sesungguhnya Loka Wiratmaja.
Belakangan di ketahui tidak hanya Asmara yang menerima uang, nyatanya pak Basuki justru mendapatkan 30 juta untuk dibagikan pada warna yang tempo hari menolong Loka dan membawanya ke rumah Asmara.
"Baiklah pak, Asma akan simpan uang ini, kalau suatu hari nanti Allah mempertemukan kami, maka uang ini akan asma kembalikan" ujar Asmara.
"Terserah kamu saja Nduk"
Setelah menyampaikan pesan perpisahan dari Loka serta memberikan titipan darinya, Pak Basuki juga memutuskan untuk segera pulang kerumah, mengingat malam semakin larut dan Bu Retno tentu juga sendirian di rumah.
***
"Pasien atas nama Dita !" Seru Rani dengan suara lantang.
Seperti biasa kegiatan pagi ini di lalui Asmara dan Rani dengan kembali memeriksa pasien di ruang KIA , ruang khusus pasien hamil yang akan melakukan pemeriksaan ANC.
Asmara terkenal dengan keramahan dan sikap lemah lembutnya, banyak ibu-ibu hamil yang menyukainya, menyukai cara kerja Asmara yang selalu bekerja dengan teliti dan hati-hati.
Tidak pernah menggunakan kata-kata kasar ketika berhadapan dengan pasien, meski dirinya tengah dirundung masalah bertubi-tubi sekali pun.
Dan hal itu lah yang membuat banyak orang menyukainya.
"Astaga !!! Aku capek banget Ma" Keluh Rani
Asmara hanya tersenyum mendengar ucapan sahabatnya , dia tentu sangat paham sebagai bumil muda , sekaligus wanita karir memang tidak lah mudah, dan Asmara pernah mengalaminya sewaktu mengandung Senja.
"Kamu istirahat saja dulu Ran, kau ada pasien biar sama aku "
"Aaaaa Asma ,kamu pengertian sekali "
Beruntung setelah Rani memutuskan untuk istirahat, pasien yang harus di tangani Asma juga tidak lah banyak, hanya tinggal beberapa orang saja, dan setelahnya Asma pun dapat beristirahat.
Melihat ponsel milik nya, asma kembali mengingat permintaan Senja semalam.
Sejujurnya Asmara sangat tidak ingin menghubungi mantan suaminya lebih dulu, Belum lagi memikirkan bagaiman respon istri dari mantan suaminya yang sudah pasti akan marah jika Asmara menghubunginya.
Namun egonya tidak boleh lebih besar dari perasaan putrinya.
Asmara meraih ponselnya dan mencoba menghubungkan panggilan pada Bima, mengingat jam-jam seperti ini Bima pasti masih di kantor.
Tut.
"Assalamualaikum Asma"
"Waalaikumsalam mas Bima "
Asma masih tetap menghormati bima sebagaimana dulu dia memanggilnya, Masih tersemat kata 'Mas' di depan namanya.
"Ada apa ?"
Asmara pun lantas menyampaikan apa yang kini menjadi keinginan Senja, menceritakan semua keluh kesah yang dialami senja selama ini, dan mengenai kerinduan Senja terhadap Ayahnya.
"Heh perempuan sialan !!, Kamu itu ngeyel ya, aku sudah pernah bilang jangan pernah lagi hubungin mas Bima !!"
Suara Bima yang mendadak menjadi suara Diana, Asmara jelas tahu jika kini telepon tersebut telah di sabotase oleh Diana, dengan kata lain Bima juga tengah di rumah bersama Diana.
Bahkan Asmara pun mendengar pertengkaran antara Bima dan Diana melalui sambungan telepon yang belum sempat di matikan
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
asma kamu terlalu baik...kasih pengertian sm senja tak perlu hubungi si bima pecundang itu
2024-07-12
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑨𝒔𝒎𝒂 𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓 𝒚𝒂 💪💪💪
2024-05-02
0
Afternoon Honey
sabar banget asmara...
2023-10-11
1