...Karena Pada Akhirnya hanya 'sabar' yang akan tetap mengajarkan ku untuk tatap 'tegar'...
...🍁...
Pagi hari.
Pagi-pagi sekali Asmara terbangun, setelah menunaikan 2 Rokaat kewajiban sebagai umat muslim, dia bergegas memeriksa pasien nya yang semalam tidur di ruang praktiknya.
Kepanikan nya sirna begitu saja setelah melihat sosok semalam yang dia obati tengah tertidur pulas.
Asmara hanya mengecek suhu tubuhnya, memastikan dia tidak demam karena kejadian semalam.
Setelah menempelkan tangannya di jidat orang tersebut, asmara beranjak keluar dari ruang praktiknya.
"Ibukk..." rengek Senja yang baru saja bangun.
"Sayang"
"Hinginnn buk !" celoteh Senja.
"Sini ibuk peluk, biar nggak dingin, kasian anak ibuk"
Asmara merentangkan tangannya memeluk gadis kecil yang sejak beberapa hari lalu kerap menanyakan ayahnya.
Teringat saat terakhir kali Bima menghubungi dirinya, saat itu pula Asmara mendapatkan ancaman dari Diana , dan melarang Asmara untuk menghubungi Bima lagi.
Sejak saat itu Bima tak lagi pernah menghubunginya, Meski Senja selalu menanyakan Ayahnya namun Asmara selalu punya cara untuk mengalihkan perhatian putrinya.
Namun sepertinya kali ini usaha Asmara sia sia saja, karena senja selalu meminta untuk menelfon Ayahnya.
"Ayah Nggak kangen Enja" keluh senja dengan mata yang sudah berembun
Asmara sadar jika sang putri Sangat merindukan ayahnya, hal hal seperti ini lah yang kerap membuat Asmara kembali merasakan sesak di dada.
"Enja, Sabar ya sayang, Mungkin Ayah sedang sibuk, Nanti kalau ibuk Sudah libur kita kerumah ayah ya" ucap Asmara dengan mengatupkan kedua bibirnya
Suasana seperti ini selalu membuat Asmara luluh lantah, hanya putrinya saja yang dapat membuatnya tidak berdaya, selain senja merupakan semangatnya, namun senja juga merupakan kelemahannya.
"Ayah jahat !!"
"Enggak sayang, Ayah nggak jahat, Mungkin ayah memang sedang sibuk jadi belum sempat menghubungi kita"
Suasana pagi yang seharusnya menjadi kunci semangat untuk Asmara justru berubah menjadi duka lara ketika mengingat mantan suaminya.
Perbincangan antara ibu dan anak tersebut ternyata tak luput dari pandangan seorang laki-laki yang kini berdiri di ambang pintu.
Asmara terhenyak kaget mendapati sosok laki-laki semalam berjalan kearahnya , dengan wajah pucat dan tubuh lemah.
Meski tubuh bak Aderay namun dia tetaplah manusia , ada masanya untuk Menjadi lemah dan tak berdaya seperti saat ini.
"Lho Mas nya sudah Bangun ?" tanya Asmara yang setelahnya menurunkan Senja dari pangkuannya.
Sosok tersebut hanya mengulas senyum manis "Boleh saya meminta sedikit makanan" ucapnya kemudian
"Astaga, maaf Mas, saya sampai lupa belum siapkan"
Sesal Asmara sampai dia tepuk jidat.
Asmara meminta laki-laki tersebut untuk duduk di ruang tamu, disana juga masih Ada Senja yang menatap heran pada tamu ibu nya.
Sementara itu Asmara pergi ke dapur untuk menyiapkan makan dan minuman untuk pasiennya.
Tidak butuh waktu lama karena Mbok Jum juga telah menyiapkan sarapan untuk semua orang disana.
Satu nampan penuh berisi makanan dan minuman Asmara bawa ke ruang tamu untuk tamu yang juga sekaligus pasien nya.
"Silahkan"
Ucap Asmara dengan ramah, meletakkan nampan berisi makanan tepat di depan laki-laki tersebut.
"Terima kasih"
Asmara dan Senja hanya menjadi penonton tatkala Laki-laki dihadapannya memasukan suapan demi suapan nasi kedalam mulut.
Melihat penampilan sosok di hadapannya, Asmara yakin dia bukan orang sembarangan, bukan pula orang dari daerah sini, melihat perawakannya yang tinggi besar dan memiliki kulit putih, sepertinya datang dari kota begitu batin Asmara.
Beberapa saat seluruh makanan telah berpindah dalam lambung laki-laki tersebut.
"Ohya perkenalkan . Loka Wiratmaja"
Sebuah uluran tangan dari sosok di hadapannya yang tertuju pada Asmara.
"Asmara"
"Panggil saja Asma"
Jawaban ramah dari Asmara, Keduanya tampak berbincang ala Tamu dan pemilik rumah pada umumnya.
"Assalamualaikum "
Suara salam yang terdengar dari pintu depan..
"Waalaikumsalam "
Asmara bangkit dan menyalami Pamannya yang baru saja datang. Hari-hari memang pintu tidak pernah di kunci, sehingga bagi yang sudah terbiasa akan masuk begitu saja seperti paman dan bibi Asmara.
Tanpa diminta pak Basuki telah duduk di tempat biasa dia duduk ketika mengunjungi keponakanya itu.
"Bapak mau dibuatkan kopi ?"
"Boleh, tadi Ibuk mu belum buatkan Kopi untuk bapak" seloroh pak Basuki.
Ketiganya terkekeh mendengar ucapan Pak Basuki yang seolah tengah merajuk.
Asma pun bergegas untuk membuatkan kopi hitam kesukaan Pamannya itu, sementara di ruang tamu ada Senja, Loka juga Pak Basuki tentu nya.
"Perkenalkan Saya Basuki, kepala desa di sini , sekaligus paman nya Asma" Ucap pak Basuki dengan ramah memperkenalkan diri
Loka menyambut hangat uluran tangan dari pak Basuki.
"Oya, mobilnya nak--"
"Loka pak"
Dengan sigap Loka menyebutkan namanya.
"Oh. Iya nak Loka. Mobil nya sudah dibawa ke bengkel. Agak jauh karena di daerah sini tidak ada yang bisa betulkan mobil nak Loka "
Jelas tidak ada yang bisa membetulkan mobil milik Loka, mobil dengan jenis Range Rover yang tentu tidak sembarang orang memilikinya. Dan sudah di pastikan tidak banyak tempat bisa membetulkan nya.
"Terima kasih pak, Maaf saya banyak merepotkan warga disini"
"Tidak nak Loka, sudah menjadi kewajiban kami"
Terlihat Senja duduk dengan terus menatap Loka, ada rasa takut ketika keduanya tanpa sengaja bersitatap.
"Halo cantik, siapa namanya ?" sapa Loka dengan ramah
Senja tersenyum begitu saja, melihat wajah Loka yang dia anggap seperti pangeran. Sebelumnya mungkin dia memang merasa takut dengan pembawaan Dingin dan tubuh kekar Loka, namun setelah mendengar sapaan dari Loka ,Senja pun merasa bahagia.
"Enja !!"
"Siapa ?" ucap Loka dengan mendekatkan telinganya.
"Enja !!" lagi lagi dengan suara cadelnya Senja memberikan jawaban.
"Senja !"
Suara lembut dari arah dapur yang tentu itu dari Asmara.
Membawa segelas kopi untuk pak Basuki, dan menyerahkan pada pria paruh baya di hadapannya.
Asmara juga telah rapi dan siap mengenakan seragam dinasnya, bersiap untuk berangkat ke kantor, setelah sebelumnya menitipkan Senja pada mbok Jum dan tentu berpamitan pada tamunya.
Meski hari Sabtu Asmara tetap masuk kantor seperti biasa, namun dia hanya setengah hari saja berada di kantor.
***
Aktifitas Puskesmas pagi ini cukup ramai, Lalu lalang orang begitu ramai Asmara rasakan.
Mungkin karena sejak 3 hari yang lalu Kertagiri terus di guyur hujan sehingga hari ini banyak pasien berdatangan.
Tak jarang diantara mereka memiliki keluhan yang sama diare, muntah, masuk angin, juga batuk pilek. Lumrah penyakit yang banyak di temukan di Pusat kesehatan dasar seperti Puskesmas.
"Denger denger bukit diatas itu mau di bangun ya ?" Rani.
"Em. Mungkin"
Asmara hanya menanggapi ucapan Rani seperlunya, karena saat ini keduanya masih bertugas di ruang KIA. Rani memang selalu seperti itu, dia akan mengajak Asmara untuk mengobrol dimana pun tempatnya, meski ada pasien di hadapan mereka.
"Katanya yang mau bangun itu orang dari jakarta"
"Ohya ?"
Rani sedikit kesal mendengar jawaban dari sahabat dan rekan kerjanya itu, seperti tidak begitu menghiraukan ucapanya. Padahal dia selalu memberikan informasi yang terkini untuk Asmara.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Akun Lima
jangan karna senja jadi merepotkan asmara thor
2024-06-03
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝑳𝒐𝒌𝒂 𝒋𝒐𝒅𝒐𝒉𝒏𝒚𝒂 𝑨𝒔𝒎𝒂 𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒂𝒓 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒍𝒈 𝒕𝒑 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓" 𝒔𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝑺𝒆𝒏𝒋𝒂
2024-05-02
0
Afternoon Honey
lanjutkan membaca... duh makin jatuh hati nih 💖
2023-10-10
2