Khanaya
"Cepat kembali Kay! Aku benar-benar tidak berani kalau cuma tinggal berdua dengan Avila."
Khanaya selesai mengganti popok anak sahabatnya. Perempuan bernama Qilla yang saat ini tampak murung karena mendengar rencana kepergian Khanaya.
Nanti sore Khanaya harus ke Bali karena ada sesi pemotretan.
Sudah sebulan terakhir seorang model terkenal tiba-tiba menjadi pengasuh dari anak sahabatnya.
Dengan mengatasnamakan cinta. Bayi mungil yang hadir karena ke brengsekan orang tuanya kini tengah tertidur lelap. Wangi bedak dan minyak telon memenuhi penciuman Khanaya.
Hubungan yang tak direstui oleh pihak lelaki membuat sepasang kekasih itu berbuat tolol. Bagaimana tidak? Mereka berpikir adanya anak akan meluluhkan hati keluarga si pria.
Nyatanya sampai Avila lahir restu itu belum di dapat. Apa hebatnya hubungan seperti itu? Padahal mereka masih punya waktu panjang untuk merayu hingga mendapatkan restu kedua orang tua Huston.
Hal ini membuat Khanaya membantu secara diam-diam, karena jika orang tuanya tahu akan menimbulkan persepsi yang akan menahan langkahnya untuk membantu sahabatnya.
Selama sebulan ini gadis itu sudah mengemban tugas seperti ibu rumah tangga, dan semua itu dilakukan karena sahabatnya. Harapannya bisa menjadi model go internasional, tapi yang ada dia justru menjadi model majalah dewasa sampai detik ini, rutinitas yang sudah ia lakoni sejak masih duduk di bangku SMA.
Menjadi model majalah membuatnya memiliki banyak waktu senggang. Selain cantik dan modis, Khanaya juga piawai dalam urusan masak memasak. Untuk itu dia juga memiliki sebuah restoran yang di kelola oleh sepupunya.
Sebagai model, Khanaya mau tampil maksimal. Siap menjalani sesi foto di tempat yang sudah di atur oleh manajemennya.
Seperti hari ini dia harus siap terbang ke Bali untuk sesi pemotretan.
"Jangan lama ya.." rengek Qilla.
Khanaya selalu menyempatkan diri datang pagi-pagi sekali untuk membantu ibu muda tersebut yang tidak bisa melakukan apa-apa. Bakat temannya cuma bersolek, itu benar adanya. Dan ya! Mungkin juga bercinta. Entahlah!
Hampir setiap pagi Khanaya menyempatkan diri untuk singgah, ia merasa kasian dengan temannya. Khanaya buat sarapan untuk teman dan otomatis juga untuk suami temannya itu.
"Ayo ku ajarkan cara membuat susu yang pas untuk Avila."
Bukannya bergegas, Qilla malah merenggut.
Lagi-lagi Khanaya harus meluaskan kesabaran. Beginilah rutinitasnya, temannya yang berumahtangga tapi seolah dialah yang berperan disini.
Mengurus anak bahkan suami dari temannya.
"Avila sudah tidur, aku pergi dulu."
"Bye..! Cepet balik!" Qilla membiarkan Khanaya pergi dengan berat hati.
Alasan sahabatnya yang tidak percaya dengan siapapun selain dirinya, membuat Khanaya terjebak dalam keadaan. Tapi Khanaya melakukannya dengan senang hati.
Khanaya begitu dekat dengan Avila sejak bayi itu masih dalam kandungan ibunya, Khanaya yang kerap memenuhi keinginan nyidam Qilla, sementara suami Qilla yang menjadi seorang manajer sebuah perusahaan jarang bisa memenuhi keinginan nyidam Qilla yang waktunya tidak tentu, seringnya di jam kantor yang membuat Huston otomatis tidak bisa pulang begitu saja karena tanggung jawab.
"Pulang, Kay?"
khanaya berpapasan dengan Huston. Pria yang menjadi suami temannya itu sepertinya pulang lebih awal.
Tanpa mengubah ekspresi wajah Khanaya bergumam untuk sekedar memberi jawaban.
Hal biasa bagi Huston dengan sikap acuh Khanaya, Huston sudah sangat berterima kasih dengan sahabat Istrinya ini, adanya Khanaya begitu berarti untuk mereka. Meskipun Khanaya tampak ketus dan cuek sejatinya dia wanita baik dan penuh kelembutan.
Khanaya melangkah anggun dan segera masuk kedalam mobilnya tanpa menoleh kearah Huston.
Pergerakan Khanaya sangat gesit meskipun perempuan itu selalu memakai sepatu bertumit tinggi yang kadangkala membuat mata yang memandang was-was kerap kali wanita itu bergerak dengan lincahnya.
******
"Cut!"
Khanaya baru saja menyelesaikan proses pemotretan, Dia yang selalu profesional bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.
"Good yaa! Kita sudah menyelesaikan semuanya!" kata fotografer yang diucapkan untuk Khanaya.
Khanaya senang dan dia segera menepi ke pinggir set mencari kursi kosong untuk di tempati.
Khanaya meraih ponselnya untuk segera di aktifkan. Setiap kali ada pemotretan seperti ini Khanaya sengaja mematikan ponselnya. khanaya sangat berhati-hati jangan sampai ada hal yang bisa membuatnya kehilangan konsentrasi.
Baru saja di nyalakan, notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab membuat perasaan Khanaya khawatir.
Apa yang terjadi dengan bayi mungil disana?
"Kay, kita makan siang bareng yuk!" ajak seorang perempuan yang kesana-kemari membawa pouch make up miliknya. Dia adalah Fransiska, teman sesama model Khanaya.
"Sepertinya aku langsung pulang deh."
Khanaya khawatir karena ponsel Qilla dan Huston tidak bisa di hubungi.
Satu pesan dari qilla mengatakan Avila masuk rumah sakit.
Tentu saja ketenangan Khanaya langsung terusik, bayi yang baru berumur 32 hari itu kenapa sampai dirawat?
*****
"Sudah kukatakan! Cari pengasuh saja kalau kalian tidak becus mengurus Avila." Dan baru saja Khanaya sampai wanita itu langsung marah-marah.
Muka Qilla langsung masam.
"Aku nggak percaya sama siapapun." Qilla menggeleng." cuma kamu yang aku punya dan aku percaya, Khanaya."
Qilla sudah mengatakan hal itu berulang kali."Aku nggak bisa percaya dengan orang lain. Hanya kamu yang aku punya, dan aku hanya percaya sama kamu."
Khanaya hanya bisa menarik napas dalam. Dia hanya berharap pasangan itu mengerti keadaannya yang tidak bisa selalu mendampingi mereka, tapi lihat responsnya.
Saran mencari pengasuh dan asisten rumah tangga belum bisa diterima oleh Qilla.
"Qilla, dengerin aku." Khanaya berusaha membuat Qilla mengerti. "Enggak selamanya aku bisa di samping kamu dan Avila, bukan berarti aku bakal ninggalin kamu. Aku bantu sebisaku."
Qilla menunduk.
"Qilla," panggil Khanaya lagi saat temannya menunduk.
"Kamu sudah menjadi seorang Ibu, apa salahnya belajar? Aku ada dan siap bantu kamu sampai kamu jadi Ibu yang baik untuk Avila."
"Ada kamu," jawab Qilla dengan suara parau dan siap menangis. "Aku nggak perlu belajar hal itu, lagian urusan pekerjaan gue seabrek!"
Apalah daya Khanaya jika Qilla sudah menangis. Kadang Khanaya berpikir Qilla memang belum dewasa untuk menjadi seorang Ibu. Tapi nyatanya dia yang memilih jalan ini.
Mau hamil sebelum menikah demi restu? Konyol sekali.
Sebenarnya tidak hanya belum siap menjadi seorang Ibu. Qilla juga belum siap mengemban tugas seorang istri.
Jangankan mengurus suaminya, mengurus diri sendiri pun kadang tidak bisa.
Tangis itu semakin menjadi. Khanaya hanya bisa memeluk sahabatnya. Dia yang tadi tengah emosi kini jadi tidak tega.
"Kadang aku kesel sama diriku sendiri, kenapa banyak sekali yang tidak bisa kulakukan!"
"Yang kamu sesali telah terjadi, perbaiki diri kalau mau lebih baik lagi."
Hanya saran yang bisa diberikan Khanaya pada sahabatnya.
Karena Khanaya sendiri merasa bukan pribadi yang baik. Saat bercermin dia juga menyadari seberapa buruk dirinya. Berpakaian bak telanjang, dan itu sudah dilakoni sejak dia masih remaja sampai kini usianya sudah menginjak 25tahun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Heryta Herman
aneh....orang lain yg berrumah tangga,kenapa jadi tmn nya yg harus ngurusi rmh tangga mereka...
2024-09-18
0
aca
enak aja bergantung dikira sahabatnya g da kerjaan lain apa
2024-07-27
0
Sandisalbiah
ada perempuan modelan Qila ini.. ya..? lagian yg jd lakinya tuh apa gak mikir.. punya istri kok gak bisa apa² ..sampe ngurus ank atau bikin susu aja sama sekali gak bisa tp tetep diam aja gitu.. bukan nyari pengasuh tp malah ngerepotin temennya tp tetep di acc aja gitu.. aneh sih.. 🤔🤔🤔
2023-08-28
0