Mengesampingkan kepentingan keluarganya, pagi itu Khanaya kembali datang kerumah sahabatnya seperti biasa.
"Tumben." Komentar Khanaya saat melihat telur ceplok dan nasi di meja dapur.
Qilla tertawa. "Jangan ledek! Katamu semua diawali dari hal kecil. Aku juga sudah mandikan Avila, dia ada di kamar sama ayahnya."
Senyum khanaya mengembang, ini sebuah kemajuan.
"Tapi semua makanan itu tidak bisa dimakan," sambung Qilla.
"Apa?" sontak Khanaya terkejut.
Qilla segera menunduk.
"Semuanya asin."
Oh!
"Dan lagi tadi aku tidak memakaikan Avila diaper. Aku tidak tau caranya memasukkan kakinya. Takut patah."
Khanaya kesal melihat sahabatnya, bagaimana bisa nasi dan telur semuanya asin? Lalu dia kembali kesal pada sahabatnya itu, bagaimana bisa seorang Ibu tidak tahu cara memakaikan diaper pada anaknya sendiri? Bahkan usia Avila sudah lebih satu bulan.
"Aku harus segera pergi, hari ini ada pertemuan penting dengan sutradara, aku janji begitu selesai langsung pulang, takkan lama."
"Aku sudah membatalkan rencana ke Jogja demi kamu, tapi kamu malah mau pergi, Qi?"
"Khanaya, please!"
Ya Tuhan....
*******
Khanaya berkali-kali menghela napas, baru akan meraih sapu sebuah pesan masuk.
Kay, Mas Huston sedang tidak enak badan, aku sudah berusaha untuk membuatkan sarapan tapi gagal. Bisa siapkan sarapan untuknya? karena dia harus minum obat.
Khanaya membaca pesan itu tanpa berkedip, Khanaya tidak membalas pesan tersebut dan melanjutkan hal yang ingin dia lakukan yaitu menyapu terlebih dahulu.
Setelah selesai menyapu teras, Khanaya melanjutkan kegiatannya di dapur. Tak lupa sebelumnya dia membereskan kekacauan yang Qilla buat.
Hanya memasak nasi dan goreng telur yang bahkan tidak layak di makan saja, Qilla benar-benar membuat dapur berantakan, lantainya basah dimana-mana dan lagi cucian piring penuh dengan berbagai ukuran teplon.
Setelah selesai dari menyapu, beres-beres hingga memasak. Huston belum juga keluar kamar padahal katanya mau ada perjalanan bisnis. Apa sakitnya parah?
Ragu ketika kakinya melangkah menuju kamar sahabatnya.
Dia hanya ingin mengambil Avila, karena bayi itu terdengar menangis.
Setelah mengetuk pintu tiga kali, Khanaya mendengar jawaban Huston.
Yang pertama kali tertangkap matanya adalah posisi Huston yang membelakangi pintu dengan selimut menutupi seluruh tubuh lalu di sampingnya ada Avila yang merengek.
"Aku sudah menyiapkan sarapan." Khanaya belum mendekat, dia masih berdiri di posisi semula.
"Eum." lalu Huston menoleh dan Khanaya mendapati wajah laki-laki itu begitu pucat.
"Aku akan membawa Avila ke apartemen ku."
"Ya, silahkan!" kini posisi laki-laki itu terlentang dengan mata yang kembali terpejam.
Setelah mengambil Avila Khanaya tak langsung keluar tapi mengatur suhu pendingin ruangan lebih dulu.
Sejak membantu sahabatnya sudah tidak terhitung berapa kali Khanaya membohongi orang tuanya. Seperti sekarang dia malah terjebak dengan anak dan suami Qilla padahal keluarganya sendiri tengah ada acara penting di Jogja.
Tadi pagi dia berbohong sakit perut dan tidak bisa turut serta pergi bersama mereka, mau bilang ada acara pemotretan dadakan itu sudah terlalu sering, untuk mengatakan yang sebenarnya itu lebih tidak mungkin.
Di ruang tengah Khanaya menidurkan Avila, sesekali dia memastikan keadaan Huston yang sampai sekarang belum turun dari kamar. Khanaya juga sudah memberitahu Qilla keadaan anak dan suami wanita itu dan meminta segera pulang begitu syuting selesai.
Syukurlah Avila tidak rewel, setiap bayi itu terjaga Khanaya mengajaknya berbicara seolah bayi itu sudah bisa mengerti ucapannya, jika sudah rewel Khanaya segera membuat susu dan menimang yang membuat bayi itu nyaman.
Mendengar suara derap langkah Khanaya menoleh, mereka sempat bertatapan hingga akhirnya Khanaya yang lebih dulu memutuskan tatapan itu.
"Kalau mau makan biar lu panaskan sayurnya." kata Khanaya mengikuti langkah Huston.
"Kamu sedang mengurus Avila." jawab pria itu dengan suara parau melangkahkan kakinya ke dapur.
Khanaya tetap mengikuti huston, dengan Avila di gendongannya.
Khanaya cukup peka, melihat jalan Huston sedikit terhuyung pria itu tak kan bisa mengambil makanan sendiri.
Dengan cekatan Khanaya memanaskan sayur di panci secukupnya, tak lupa pula gadis itu menuangkan air hangat untuk Huston dan letakkannya dihadapan lelaki itu.
Sesaat Huston mengangkat kepalanya.
Kapan wanita itu membuat lauk ini? apakah dia tidak kerepotan sementara Avila juga terurus.
Setelah semua Khanaya siapkan. Dia tidak duduk tapi masih berada di ruang yang sama dengan Huston menunggu laki-laki itu makan.
Lelaki itu mulai makan. Rasa sayurnya pas di lidah, sambalnya tidak hanya pedas tapi terasa segar, di tambah goreng udang tepung yang begitu cruncy. Ini enak, batin laki-laki itu.
Pelan tapi pasti apa yang disajikan Khanaya habis tak tersisa.
Sesekali Huston melihat Khanaya yang sibuk menimang anaknya.
Wanita itu sangat cantik.
Untuk kali pertama Khanaya mau berinteraksi seperti ini dengannya. Meskipun sudah berbulan-bulan wata itu terus mendampingi istrinya.
Khanaya yang menunggu kedatangan Qilla di kejutkan dengan pesan yang dikirimkan ibu muda itu.
Apa-apaan?
Emosi Khanaya hampir pecah membaca pesan tersebut, bagaimana mungkin Qilla tiba-tiba sudah berada di luar kota untuk syuting sementara janji wanita itu hanya sebentar.
Khanaya memberikan susu pada Avila, dia memperlakukan Avila seperti anaknya sendiri.
Mata Huston bisa melihat begitu tulus raut wanita yang sudah direpotkan sejak dirinya menikah dengan Qilla.
"Aku akan membawa Avila ke apartemen, ku rasa kamu sudah baik-baik sajakan?"
Lagi?
Istrinya mengambil keputusan tanpa berdiskusi dengannya.
Dan selanjutnya sudah diketahui Huston, Khanaya yang paling direpotkan disini.
Kadang Huston sempat berpikir bagaimana Khanaya bisa sesayang itu pada Qilla.
Seperti biasa selesai memandikan putrinya, Khanaya akan membuatkan sarapan dan setelah membersihkan rumah Khanaya tak akan pulang sebelum Avila tidur. Kewajiban yang harusnya dilakukan oleh Qilla, bukan Khanaya.
Kenyataannya rencana Huston mengambil pengasuh dan asisten rumah tangga di tolak mentah-mentah oleh Qilla dengan dalih, ada Khanaya yang membantu mereka.
********
Ini pertama kali Huston melihat Khanaya tanpa make up. Bagaimana tidak? Hari sudah sore, Khanaya juga sudah memakai baju tidur hello Kitty yang cukup lucu Dimata Huston.
Huston hanya tak menyangka, jika sahabat istrinya yang galak dan ketus itu memiliki sisi yang feminim. Meskipun keseharian wanita itu memakai pakaian minim dan memakai riasan tebal yang membuat wajahnya tampak lebih dewasa dan tegas, nyatanya wajah asli Khanaya begitu imut. Apa kata anak jaman sekarang ? Baby face?
Khanaya sudah memasukkan keperluan Avila kedalam tas, dia juga sudah membuatkan susu untuk di minum Avila di perjalanan menuju apartemennya.
Khanaya sudah siap pergi, bahkan menu untuk makan malam suami sahabatnya pun sudah ia siapkan.
"Aku bawa Avila dulu."
Huston menatap kepergian Khanaya dengan pikiran berkecamuk.
Mungkin Khanaya berpikir dia adalah laki-laki yang tidak bisa tegas dengan istrinya.
Bahkan mungkin Khanaya berpikir dia tidak layak menjadi pemimpin rumah tangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
DEWI NURJANAH
duh kenapa novelmu selalu bgitu sih thor selalu sj orang gk bs tegas terlalu baik org bgitu mah
2023-11-15
0
Sandisalbiah
nyatanya apa yg difikirkan itu benar adanya.... lagian si Kanaya ini loh.. baiknya tingkat dewa pake banget lagi.. model rela jadi pembantu dan pengasuh demi sahabat.. kok ada ya... gratisan lagi.. 🤔🤔🤔
2023-08-28
0
delis armelia
ada istri kaya qila pantes aja suami kecantrol,Kanaya terlalu baik
2023-06-22
0