Duka

"Kalian bertengkar?"

Pagi itu Khanaya di todong pertanyaan oleh Dewi karena wanita itu tahu Huston bermalam di rumah sakit bersama Qilla.

Sejak Huston menolak rujuk Qilla terang-terangan melarang Khanaya untuk ikut campur mengurus Avila. Buka tidak mau berkeras, Khanaya mengalah karena keadaan Avila tidak sadarkan diri dan takut menimbulkan dampak jika setiap hari Avila harus mendengar perdebatan.

"Kami baik-baik saja, Ma." Khanaya sudah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka.

"Harusnya kamu jangan diam saja! Mama percaya sama Huston tapi tidak dengan perempuan licik itu."

Sarapan yang unik, karena Khanaya sangat pintar membuat menu baru.

Khanaya hanya mengiyakan ucapan Dewi.

Setelah tidur dalam satu kamar seminggu yang lalu, mereka belum pernah tidur bersama lagi. Dengan alasan, kerjaan Huston yang tidak bisa ditinggal terlalu lama menyita waktu pria itu dan juga setiap malam Huston harus menjaga Avila.

Miris memang.

Tapi, itulah kenyataannya.

*******

Huston baru keluar dari kamar mandi memperhatikan Khanaya yang sudah rapi, sedang memilih pakaian kerjanya.

Selama ini, Khanaya melakukan kewajaibannya sebagai istri.

Hanya malam pertama yang belum mereka lalui seperti pasangan pada umumnya.

"Aku tunggu di bawah." kata Khanaya sebelum keluar dari kamar.

"Kay," Tangan Khanaya di tarik oleh Huston.

"Hm?"

Mereka sempat bertatapan, tidak ada yang aneh sebenarnya. Tapi, Huston merasa tidak nyaman, setiap mendapati dirinya hanya berdua dengan wanita yang sudah menjadi istrinya.

Itu karena, ia tetap lelaki normal.

Khanaya masih menunggu apa yang akan di ucapkan Huston.

Hingga sesuatu yang lembut dan basah menempel di bibirnya.

"Kamu, belum melakukan kewajiban mu yang satu ini"

Dan, selanjutnya hanya ada suara lenguhan decapan dan erangan kecil dari pasangan suami istri tersebut.

Saling merengkuh, mengejar titik yang disebut nikmat. Hingga berakhir dengan deru nafas hingga saling melebur.

*******

"Ke rumah sakit?"

Khanaya yang sedang membaca majalah, mengangkat wajahnya.

"Kangen Qilla?"

Huston berdecih dalam hati, mendengar sangkaan buruk Khanaya.

"Ponsel mu mana?"

"Di kamar."

"Papa dan Mama menghubungi, kita diminta ke rumah sakit, kondisi Avila memburuk."

"Ayo!"

Tidak menunggu waktu mereka berangkat ke rumah sakit. Dan meninggalkan kamar yang mengukir kenangan bahwa Khanaya telah menyerahkan sesuatu yang tiga puluh tahun ini dijaga dengan baik.

Dua bulan waktu yang dilewati pasangan pengantin baru itu, membuat keduanya tampak seperti pertama mereka memulai hubungan berakad tersebut.

Meski ada sepatah dua patah perhatian yang diberikan Khanaya pada suaminya, itu murni kewajiban, bukan keinginan apalagi didasari karena perasaan.

********

Sampai di rumah sakit lengkingan suara tangisan Qilla menyambut mereka.

Khanaya menatap wajah ayah dan ibunya.

Melihat keduanya menggeleng lemah, tubuhnya lemas seperti jeli, otot-ototnya tak berfungsi dengan baik.

Avila kalah dengan penyakitnya. Putrinya bahkan belum sempat mengucapkan selamat atas pernikahan yang Avila inginkan.

*******

Bersama hembusan angin, perlahan manusia meninggalkan tanah yang masih merah dan basah. Gundukan tanah yang penuh dengan taburan bunga mampu menahan langkah seorang wanita.

Di saat semua sudah berbaur dengan kehidupan nyata, dia masih disana, enggan beranjak dari papan yang tertancap di atas gundukan tanah.

Kehilangan adalah suatu pembelajaran. Hakikat manusia untuk menyadari kepemilikan jiwa dan raga.

Saat masa itu tiba, yang ditinggal merasa hampa. Karena merasa sebagian hidupnya terenggut.

Dua wanita dan satu pria berpeci putih masih setia berada di sana.

"Ikhlaskan,"

Wanita itu menunduk. Tidak ada air mata, tapi semua orang tahu bagaimana rasa sayang dan kasihnya pada sosok gadis kecil yang sudah menempati liang lahat.

"Bukankah setiap yang hidup pasti akan mati?"

Tepukan lembut dirasakan Wanita yang masih duduk tepat di samping pusara.

Wanita itu meremat taburan bunga.

Ciuman manis berselimut duka diberikan pada gadis kecil yang teramat di sayangin nya. Melalui nisan yang tertuliskan nama sang pemilik pusara.

Bagi mereka yang punya cinta kehilangan itu sangat dahsyat pengaruhnya.

Mungkin karena itu, banyak orang yang menyesali pertemuan. Tapi, siapa yang sanggup mengubah skenario Tuhan?

Api cemburu berkobar melihat keperdulian lelaki yang masih di cintainya pada sang sahabat.

Melihat Huston yang terus menepuk pundak Khanaya dan mengatakan kata-kata penguat membuat hatinya muak. Harusnya dia yang di posisi itu, tapi tempat itu sudah direbut oleh Khanaya.

"Sebentar lagi hujan."

Khanaya berdiri, dalam hati berpamitan pada Avila.

"Avila juga sedih melihatmu seperti ini!" suara Huston mengiringi langkah Khanaya menuju mobil.

Tidak ada yang mengajak, tapi Qilla lebih dulu melangkahkan kakinya mendahului Khanaya dan Huston. Duduk di samping kemudi.

Khanaya tersenyum masam melihat kelakuan Qilla, saat Huston akan menegur Khanaya mencegahnya.

"Cukup hari ini!" tegas Huston ketika sudah duduk di tempatnya.

Sementara Qilla pura-pura tidak mendengar.

"Sampai kapan kamu bersikap kekanakan seperti ini?"

"Apa urusanmu? Kamu punya solusi? Dan bisa memberikan solusi itu untukku?"

Balasan Qilla cepat.

"Selama ini sudah kuberikan, untuk sekarang aku tidak akan memberikan apapun lagi padamu."

Qilla mengerutkan keningnya. Jawaban Khanaya, sedikit mengusik perasaannya.

"Aku tidak akan memberikan apapun yang sudah menjadi milikku. Tapi kamu bisa memperjuangkannya."

Qilla mengerti ucapan yang di maksud Khanaya.

Hati Huston.

Lelaki yang dulu sangat mencintainya.

Huston

Sulit untuk diraih kembali.

Hati Qilla sesak. Kesakitan yang ia rasakan, sepertinya akan berbekas lama. Ia tak mau melepas rasanya, rasa dengan Huston membelenggu dengan kuat.

Huston hanya diam mendengarkan. Jujur dia tidak suka dengan cara Qilla tapi mencoba mengabaikan, asal Qilla tidak menyakiti Khanaya semua masih bisa di toleransi.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

Huston yg nyatanya gak bijak jd laki² ,gak bisa bersikap tegas.. bibir beeucap gak bisa menerima kembali Qilla tp tdk menolak kehadiranya, tdj mengelak perlakuan Qilla, walau dia tdk membalas pelukan Qilla tp dia juga tdk menghindarinya... jika sikapnya terus begini maka menikah 10 kali pun akan tetap gagal pernikahanya... bukan krn cinta dia selalu gagal tp krn dia terlalu bodoh...

2023-08-28

0

mia

mia

makin sebel sama si qilla makin GK tau diri dan GK mau berkaca ..😏😏

2023-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!