Hubungan baik.

Huston memang berharap agar Qilla mau datang kerumah sakit untuk melihat Avila, tapi tak menyangka Qilla justru ingin menemuinya dan bicara empat mata seperti ini.

"Aku minta maaf," kata Qilla setelah melihat wajah pria yang menjadi mantan suaminya.

Qilla melihat wajah laki-laki yang pernah ia pilih menjadi suami. Masih ada getar yang menandakan bahwa perasaan itu masih ada, Qilla semakin galau dengan hal tersebut.

Melihat wajah Huston ingatannya kembali ke malam dimana ia yakin menjadikan laki-laki ini suaminya. Segelas alkohol dan sebutir obat telah mengubah hidupnya dan saat itu berpikir semua akan baik-baik saja.

"Aku ingin kita rujuk."

Huston memperhatikan wanita yang pernah begitu di cintanya, wanita yang dia pikir pernah melahirkan putrinya ternyata bukan putrinya, mencari keseriusan kalimatnya barusan.

"Aku sadar, selama ini aku egois dan kurang memperhatikanmu." Qilla menunduk. "Aku juga ingin minta pengampunan soal Avila."

Tak dipungkiri Huston ada desir di dadanya namun bukan ungkapan rasa melainkan simpati pada sesal Qilla.

"Aku selalu menuntut pengertian tanpa perduli pada perasaanmu, empat tahun lebih mas memahamiku."

Qilla sesegukan, dia begitu terpuruk setelah perpisahannya dengan Huston.

"Sudah kupikirkan, aku masih mencintai Mas. Aku lebih buruk tanpamu Mas."

Membuang malu, Qilla ingin kembali membina hubungan dengan Huston. Tanpa Huston dia kacau.

"Setelah membiarkan hatiku terombang-ambing selama ini dan juga gugatan cerai yang kamu layangkan, bukankah ini sudah sangat terlambat?"

Perlahan Qilla mengangkat wajahnya hingga tatapannya bertemu dengan manik Huston.

"Setelah berpisah pantaskah mengungkapkan perasaan?"

"Mas..."

"Jujur ini menyakitkan," potong Huston memangkas kalimat yang akan Qilla ucapkan. "Setelah memilih wanita yang kucintai posisiku diabaikan, kamu yang seharusnya ada di sampingku malah tergantikan oleh sahabat mu."

Apa yang terjadi setelah mereka bercerai Qilla tahu. Tapi dia yakin Huston masih memiliki cinta yang besar untuknya.

"Khanaya yang selalu ada di samping ku dan Avila. Saat aku menasihatimu kau selalu bilang aku berlebihan, selalu kau katakan jika Khanaya itu baik, dan aku mengakuinya, sikapnya tak pernah berubah tapi hatiku yang berubah menilainya."

Ini terdengar menyakitkan, tapi Huston tetap harus mengatakan.

"Impianku ingin ku bangun bersamamu tapi kamu tak mau mewujudkan bersamaku, jadi apakah disini hatiku yang terlalu murah?"

Qilla tak sanggup lagi mendengarnya. Ini seperti ungkapan cinta Huston pada sahabatnya.

"Kalaupun kamu ingin kembali, semua tak akan pernah sama."

Huston terus terang karena dia sadar perasaannya sudah jatuh pada Khanaya kendati gadis itu tidak merespon.

Qilla histeris memukuli dada Huston. Sungguh, bukan untuk mendengar hal ini dia datang menemui Huston. Ini terlalu menyakitkan.

Harapan Qilla pupus, ia terus memukuli dada Huston hingga lemas di dada bidang pria itu.

"Mas bahagia menikah dengan Kay?"

Tangan huston membeku dalam saku celananya, mendengar pertanyaan Qilla.

"Bagaimana bisa Mas mencintai orang yang sudah ku anggap saudara? Apa Khanaya yang menggoda?"

"Aku hanya bisa minta maaf. Maaf karena memilih bersamanya, karena alasan yang sudah kamu ketahui. Dan maaf jika aku mempertahankannya, karena keinginan hatiku."

"Aku masih sangat mencintaimu, Mas! Sungguh..."

Qilla semakin mendekap erat tubuh Huston. Di hati pria itu menyayangkan sikap Qilla. Meski tangannya tidak membalas pelukan itu, namun hatinya masih merasakan kalau denyutan kecil itu masih tersisa bukan cinta tapi lara sebab fakta dia dimanfaatkan oleh wanita ini di masa lalu.

Tidak ada yang menyadari, ada sepasang mata yang menyaksikan pergelutan batin mantan suami istri yang berada di belakang bangunan rumah sakit.

Tidak ada raut, ataupun rasa di mata wanita itu.

Hanya decakan malas, melihat sikap sahabatnya.

Sebodoh itu kah cinta?

Lebih baik seperti ini. Melakukan kewajiban atas takdir yang telah di tulis. Menjalani sebaik mungkin, agar tidak ada hukum timbal balik karena tidak memperlakukan suami dengan baik.

Walaupun dirinya bukan dari keluarga religius, Khanaya tahu apa arti iman dalam keluarga.

****

"Dari mana?" Huston melihat Khanaya menutup pintu kamar.

Hari ini Avila di jaga oleh Qilla. Huston sengaja pulang kerumah Ibunya menyusul sang istri karena tidak mau ada kesalahpahaman antara hubungannya dengan Khanaya, ibunya terutama mertuanya yang bekerja di rumah sakit tempat Avila berobat.

Khanaya membalas tatapan Huston, menelisik kemudian tersenyum ketika menyadari sesuatu.

"Ada apa?" Kenapa Khanaya melihatnya seperti itu?

Khanaya menggeleng, ia merangkak ke atas ranjang dan menarik selimut menutup setengah tubuhnya.

Dari posisinya yang sedang berbaring, ia bisa melihat punggung laki-laki yang duduk membelakanginya.

"Ada yang ingin dibicarakan?"

Huston tersenyum, mendengar pertanyaan basa-basi Khanaya. Wanita itu terlalu peka.

Khanaya menunggu.

Huston menguatkan hati untuk mengungkapkan keinginannya pada Khanaya.

"Aku ingin kamu memanggilku layaknya seorang suami!"

Khanaya tertawa, cukup indah terdengar di rungu Huston, hingga ia membalikkan badannya.

"Mau di panggil apa?" Khanaya pikir Huston akan membahas obrolannya dengan Qilla, ternyata ia keliru.

"Terserah " karena Huston belum pernah mendengar Khanaya memanggilnya secara langsung. Obrolan mereka nyaman selama ini tapi tidak ada menyebut pangilan apapun bahkan namanya.

Khanaya mengerti. Selama ini dia nyaman tanpa menyebut pangilan apapun. Tapi, kalau Huston sudah memintanya, ia akan lakukan.

Khanaya berpikir sebenar, Huston memiliki keturunan Jawa, tidak ada salahnya memanggil dengan sebutan 'Mas.

"Istirahat, Mas. Sudah malam."

Lengkungan senyum Huston tak terelakkan mendengar Khanaya menyebut panggilan untuknya.

Memberanikan diri Huston memeluk istrinya.

"Langsung tidur?" tanya Huston, yang dibalas tawa pelan oleh Khanaya.

"Sepertinya iya, ada yang lelah batin malam ini."

Khanaya bisa merasakan ketegangan tubuh Huston. Dengan sigap ia membalas pelukan suaminya, dan mengusap pelan punggungnya hingga Huston mengeratkan pelukannya.

Khanaya merasakan kepalanya dikecup Huston.

"Kamu melihatnya?"

"Hm."

"Kamu tidak marah padanya?"

"Tidak!"

"Boleh aku tanya sesuatu?"

"Apa?"

Tatapan keduanya beradu, saling menilik dalam manik yang bertahan pada satu titik.

"Apa arti pernikahan untuk mu?"

Huston ingin merekam setiap pergerakan kecil khanaya. Dari kerjapan mata, gerakan bibir hingga tangan Khanaya saat menyelipkan rambutnya.

"Pernikahan itu adalah hubungan yang sangat ku junjung tinggi, di dalamnya butuh perjuangan agar saling bertahan. Meskipun belum ada cinta, aku akan mempertahankan orang yang sudah mengakadku hingga napas terakhir jika aku mampu."

Hati Huston menghangat. Sesuatu terasa lega di dalam sana. Ia sudah mendapatkan persepsi hubungannya dari istri barunya.

Khanaya wanita dewasa, sebelum menerima Huston, ia sudah memprediksi semua aral ke depan. Termasuk kejadian di belakang rumah sakit.

Ini juga kali pertama mereka tidur dalam satu ranjang yang sama setelah hampir satu minggu menikah. Tidak ada kecanggungan karena mereka saling menghargai perasaan juga saling mengerti jika ini keadaan wajar setelah keputusan yang mereka buat.

******

Pagi ini Huston tampak lebih bersemangat. Bukan karena mendapat uang miliaran rupiah tapi karena melihat wanita yang semalam tidur dalam pelukannya sedang berkutat di dapur.

Alih-alih punggung-punggungan keduanya menikmati dekapan hangat dari satu sama lain. Hanya saling memeluk tapi mampu membuat tidur mereka terlena hingga subuh pun hampir kesiangan.

Di sampingnya ada sang ibu yang duduk menikmati teh yang di sajikan oleh Khanaya.

Wanita paruh baya itu melihat, anak dan menantunya yang duduk bersisian dan teduh untuk dipandang matanya.

Tidak ada reaksi lempar senyum, pegang tangan atau gelanyutan manja seperti tingkah Qilla kala itu.

Mereka tampak normal, dan keduanya penuh wibawa. Dan yang paling penting pagi ini Dewi melihat wajah putranya yang lebih cerah dari sebelum-sebelumnya.

Hatinya juga berbeda dengan dulu ketika Huston membawa Qilla, bawaannya Dewi merasa emosi berhadapan dengan istri Huston sebelumnya.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

beda mantu beda kelakuan tante Kanaya lebih perfect

2024-07-27

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

wanita se egois Qilla bisa menjadi kerikil dlm rumah tangga Huston dan Khanaya kalau.... Huston gak bisa bersikap tegas...

2023-08-28

0

mia

mia

syukurlah udh saling menerima keadaan mungkin lama2 akan witing tresno jalaran Soko kulino ..

2023-06-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!