Bram memberi kesempatan istrinya untuk bicara pada sang putri.
Tirani menatap prihatin pada putrinya. Yang dibalas Khanaya dengan seulas senyum.
"Dibalik senyummu tidak menyimpan luka, kan?"
Tidak hanya Tirani, Mulan juga begitu marah mengetahui putranya telah menghamili perempuan lain sementara pria itu sudah memiliki kekasih yang tak lain adalah Khanaya.
"Aku tidak mudah jatuh cinta Ma, jadi aku tidak punya alasan untuk menyimpan luka "
Makna yang terlalu dalam, Tirani bisa merasakan kehampaan hati putrinya.
"Jodoh putri Mama masih on the way, oke? Akan ada laki-laki yang paling tepat untuk anak Mama."
Dalam hati Khanaya mengamini harapan baik ibunya. Entah dalam waktu dekat ataupun waktu yang tidak diketahuinya, semua wanita punya keinginan untuk hal bahagia itu. Namun sampai sekarang belum ada sosok yang bisa membuat hatinya berdebar.
******
"Ini yang kau harapkan bukan?" sinis nada itu dapat di tangkap pendengaran Khanaya.
Siang ini tiba-tiba Qilla kembali minta bertemu.
Orang lain melihat Khanaya bahagia, namun hati kecil tetap mengadu lirih agar nasib segera membaik tak mesti dengan dia.
"Kamu berpikir seperti itu?" langit sudah menampakkan warna jingga, sejak bertemu hanya tuduhan yang di berikan Qilla pada Khanaya. Bisakah dibilang perebut sedang dia tidak mengiyakan ajakan Huston?
Waktu sudah mengajarkan berjuang. Tidak ada yang bisa menebak siapa yang bisa mencairkan hati gadis itu.
"Kamu sengaja menggodanya?" mengingat perceraian dengannya tidak dengan cara baik-baik. Hak asuh juga di permasalahkan oleh Huston.
Khanaya tidak tahu harus bicara apa pada Qilla, wanita itu hanya terus menyudutkan.
Dan Qilla tidak mendapatkan respon dari kalimatnya.
*******
Gerimis mulai menitik, awan sudah menyelimuti langit yang tadinya cerah. Musim penghujan mulai menyapa, dan bukan kali pertama ia melewatinya, jutaan rintik telah dilewati dengan kesendirian.
Tidak membuat rencana untuk membuat hubungannya dengan Qilla semakin buruk. Tapi setiap kali Mama Avila itu minta bertemu dia terus yang menciptakan asumsi, Khanaya tidak pernah menyangkal tapi juga tidak membenarkan.
"Kayak nggak ada laki-laki lain saja bekas sahabat di embat juga."
Sakit hati Khanaya mendengar kalimat yang Qilla ucapkan. Tapi yang bisa Khanaya lakukan hanya diam, menunggu Qilla kesal dan pergi tanpa sebuah perdebatan seperti yang sudah-sudah.
****
Minggu malam pria itu datang. Dia... papa Avila.
Khanaya tidak memberi lampu hijau tapi Huston telah masuk dalam kehidupan Khanaya. Tidak sungkan keluar masuk restoran untuk bisa bertemu dengan Khanaya.
Ia sering datang malam, setelah memastikan Khanaya berada di apartemen. Tidak untuk menemui hanya memandang dari kejauhan, berbeda dengan malam ini.
"Aku mau keluar."
"Aku antar, aku sudah menjadi bagianmu."
Bagian apa?
"Pulanglah. Aku bisa pergi sendiri."
Demi Khanaya dia rela melakukan apa yang belum pernah dilakukannya, bahkan begadang menjadi teman sehari-harinya untuk memantau pujaan hatinya tidur lelap.
Khanaya menatap lelaki itu "Kamu buang banyak waktu."
Tidak masalah asal Huston bisa melihat gadis itu setiap dia rindu.
Huston terlalu gigih. Pada pria itu Khanaya sudah mengatakan dengan jelas.
"Kamu tidak bisa terus meninggalkan Avila hanya dengan pengasuh, jangan karena kamu tidak sibuk bisa menemui ku sesuka hatimu."
"Harapan Avila sama dengan Ayahnya, menunggu kamu pulang bersama kami."
Sinting!
Benar atau tidak, setelah ajakan yang dilontarkan Huston beberapa minggu lalu pria itu terlihat lebih agresif.
Huston tidak menutup matanya, jadi hal sekecil apapun yang dilakukan Khanaya bisa di lihat oleh netra ayah satu anak itu.
Ini dilakukan bukan hanya tentang dia yang mencintai gadis itu, tapi juga karena Avila yang sudah sangat nyaman bersama Khanaya.
"Kenapa tidak tinggal dirumah papa saja, Ibu? tanya polos Avila membuat Khanaya tersenyum kecut.
Yang ditakutkan olehnya terjadi, karena rasa nyaman Avila lebih menghargai keberadaannya ketimbang ibu kandungnya.
"Kita akan sering makan bertiga kan, Ibu?"
Terakhir kali ketemu beberapa hari yang lalu saat Khanaya tidak sengaja bertemu mereka di swalayan dan berakhir dengan makan bersama di sebuah restoran siap saji.
Huston tidak merasa melakukan kesalahan-kesalahan. Putrinya butuh sosok ibu. Dan yang paling pas adalah Khanaya.
*******
Qilla melajukan mobilnya menuju alamat yang selama ini dia hindari, tapi hari ini dia mendatanginya. Detak jantungnya masih sama untuk papa Avila, bagaimana jika pria itu benar-benar menikahi Khanaya?
Ibu Huston dengan muka masam menemui mantan menantunya.
Ada alasan penting hingga Qilla berani menemui Ibu dari mantan suaminya tersebut.
Kata-kata yang diucapkan oleh Qilla benar-benar menampar harga diri orang tua Huston.
"Aku mengaku salah karena terlalu sibuk, tapi pantaskah seorang suami membandingkan seorang istri dengan seorang jalan*"
Orang tua Huston marah.
Qilla pulang dalam keadaan terusir tapi dia pastikan hubungan yang di rancang oleh Huston juga tidak akan pernah terwujud.
Salahnya mereka membuangnya bagaikan sampah.
Kini Huston harus menerima hasil perbuatannya.
*******
"Katakan jika informasi yang Mommy dengar ini salah, Huston."
Huston baru tiba di kantor saat di kejutkan oleh kedatangan ibunya.
Huston merasa terpukul mendengar penolakan ibunya jika dia bersikeras ingin menikahi Khanaya.
"Avila butuh sosok Ibu."
"Di dunia ini tidak hanya ada dua wanita, Huston."
"Tapi hanya Khanaya yang tulus menyayangi Avila."
Kenapa dua kali mencintai wanita ibunya tidak pernah menghargai pilihannya? Huston merasa frustasi.
********
Kelemahan Huston adalah apapun akan dilakukan demi putrinya. Keadaan Avila sangat lemah dan satu-satunya orang yang di inginkan Avila adalah Ibu.
Khanaya merawat Avila. Bahkan gadis itu sepertinya rela menginap.
Sejak ibunya menentang keinginannya. Huston tidak lagi mengganggu kehidupan Khanaya, sudah hampir tujuh hari semua berjalan sesuai kehendak sang ibu. Tapi Avila jatuh sakit.
Sejak Khanaya datang, Huston belum berani menemuinya. Sebagai laki-laki ia malu, dan akan meminta maaf pada Khanaya yang seharusnya bisa saja menolak karena apa yang sudah ibunya lakukan pada gadis itu.
Huston tau Mommy nya menemui Khanaya dan meminta gadis itu menjauh dari anak dan cucunya. Tapi kini karena sang anak, Khanaya mau datang bukankah hatinya begitu baik?
"Kamu belum menemuinya?" Ibunya menepuk bahu Huston.
"Nanti saja, tolong biarkan Khanaya menemani Avila."
"Anakmu sudah tidur, Khanaya bilang akan pulang."
Mata lelaki itu tertuju pada pintu kamar. Tidak menyadari satu isyarat yang tersirat di kata yang di ucapkan sang Ibu.
Hingga sosok Khanaya keluar dari sana. Huston minta waktu bicara.
"Terimakasih." Huston kembali bersuara." Untuk yang dilakukan oleh Ibuku aku juga ingin minta maaf."
Khanaya tidak ingin di sangka memanfaatkan kesempatan dia tulus menyayangi Avila tapi ketulusannya banyak yang meragukan. Jika dulu sahabatnya kini ada Wanita yang tidak lain adalah Ibu dari Huston.
"Ya, aku pulang dulu."
"Aku antar."
"Aku di jemput seseorang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Heryta Herman
dasar qilla wanita minim akhlak...lupakah kamu,selama ini siapa yg berdiri di sblhmu bila kamu memerlukan sandaran dan dukungan wahai qilla si gila...
2024-09-18
0
YK
woi, jalang teriak jalang!
2024-01-13
0
Sandisalbiah
teman yg kau bela Khanaya.. selain egois, keras kepala.. nyatanya dia juga berhati busuk dan licik...
2023-08-28
1