Sebuah petanda.

"Bisa kamu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Khanaya?"

Ketika papanya sudah menyebut namanya itu berarti Bramyansyah sedang berbicara serius.

"Dia melamar ku, dan mantan istrinya tidak terima."

"Apa karena itu sampai Aksa mundur?"

Aksa? Bukankah jelas rencana beberapa bulan gagal karena ke brengsekan pria itu yang mencoblos sebelum pada waktunya? Alasan tanggung jawab telah menghamili anak gadis orang.

"Aksa ataupun papa Avila tidak ada berkaitan, Pa."

"Di sini harga diri mu sebagai wanita dipertaruhkan."

Khanaya menatap lelaki yang menjadi alasan dia ada pergi dengan raut kecewa, kini Khanaya beralih pada sang Ibu.

"Sejak kapan?"

"Maaf."

"Jawab Mama, Khanaya. Sejak kapan kalian berhubungan? Apakah kamu menjadi penyebab mereka bercerai?"

Apalagi ini, Tuhan?

Tanpa mengizinkan Khanaya masuk ke kamar, Tirani langsung mencecar putrinya.

"Kami tidak ada hubungan apa-apa," Bukankah itu sudah dikatakan Khanaya pada Qilla, bahkan Huston sendiri?

"Mau bohong sampai kapan? Bukan hanya Qilla sebagai orang tua kami juga kecewa."

Khanaya semakin di desak oleh keluarganya.

"Jujur apakah kamu penyebab mereka berpisah?"

"Nggak Ma."

"Huston sudah memintamu pada kami, kamu masih mau menyangkal?"

Apa?

"Tidak adakah pria lain?"

Suara Tirani serak, banyak yang dipikirkan, itu pasti.

Siapa yang tidak berpikir mereka sudah berhubungan sejak lama, karena ternyata Huston tidak main-main berani menemui kedua orang tuanya.

"Kamu mengenal papamu dengan baik. Sekarang apa yang akan kamu lakukan?"

Khanaya bukan terdakwa dia sudah cukup terkejut karena di tarik oleh ayahnya saat sedang sesi pemotretan sekarang disidak secara beruntun, dia sendiri masih syok.

Tadi ayahnya kini mamanya mereka pergi meninggalkan Khanaya dengan segudang gelisah yang membara.

*****

Senyum Huston merekah. Dalam hati dia memuji kecantikan Khanaya. Qilla dan Khanaya memang berbeda. Qilla ramah dengan hiasan senyumnya, sedang Khanaya jarang berekspresi namun Huston tahu Khanaya tipikal wanita berbobot.

"Hentikan kegilaan ini!" Khanaya berkata dengan sungguh-sungguh.

"Apa yang harus ku hentikan?"

"Aku tidak nyaman, kenapa memaksa?"

"Kalau begitu bersiaplah, aku akan membuatmu nyaman."

Tolong!!!

"Hentikan. "

Rasanya begitu sulit menerima penolakan Khanaya padahal Huston belum berjuang untuk mendapatkan hati gadis itu.

Huston bangkit dan menjajarkan langkahnya dengan wanita itu, menatap dalam manik yang yang begitu indah.

"Bagaimana kalau aku tidak bisa berhenti?" tanya Huston dengan suara serak.

Lelah. Khanaya terlalu lelah, semua menyudutkannya, lelaki yang di hadapannya juga begitu keras kepala.

"Kita bicara sebagai pasangan, jangan anggap aku suami dari sahabatmu." Terlihat penuh kesungguhan.

"Aku sudah mengambil langkah. Semua tentang tekad mempersunting mu."

Khanaya tetap bungkam.

"Aku memang egois, tapi pernahkah kamu berpikir mungkin ini cara Tuhan menghapus dosa masa lalu ku."

Dengan memaksakan kehendak begitu?

"Aku butuh dukungan, bukan membuat jarak. Aku tahu kamu bimbang tapi menghindar bukan cara yang benar."

Khanaya tidak tahu sejak kapan air matanya jatuh, dia baru sadar wajahnya basah ketika tangan Huston merangkum pipinya.

"Aku menginginkanmu, bagaimana dengan mu?Mencintaimu tidak sulit Khanaya. Aku sudah mengatakan itu. Beri aku dukungan untuk melangkah."

"Kita tidak sedekat itu."

Huston tertawa, dan Khanaya merasakan getir dalam nada tawanya.

"Lusa aku akan datang. Aku akan mendengar sendiri penolakan mu di depan orang tuamu."

Khanaya pikir Huston telah pergi tapi dugaannya salah.

Cup.

Dia masih disini?

"Aku berdoa semoga hatimu mencair untuk aku dan Avila."

Dan Huston benar-benar pergi.

*******

Haruskah hubungan mereka putus di hari itu. Tapi ternyata takdir ingin kembali menguji hati Khanaya.

Malam sebelum hari yang dijanjikan oleh Huston sebuah pesan dari nomor asing mengganggu ketenangan hati Khanaya.

Ayah Avila masuk rumah sakit, dia kecelakaan saat akan membeli cincin untuk meminang mu esok hari, putraku kritis.

"Mau kemana?" Bram melihat putrinya terburu buru.

"Rumah sakit."

Bram mengikuti langkah putrinya dan kembali bertanya."Siapa yang sakit?"

Khanaya gegas memakai kaos kaki. Dengan helaan napas Bram menilai sesuatu.

"Duda itu?"

Mata Khanaya memperhatikan raut tak suka ayahnya.

*******

"Kenapa berdiri? Duduklah."

Khanaya tidak tahu ini sekedar basa-basi ataupun sebuah perhatian.

"Putraku selalu salah memilih tempat untuk menitipkan hatinya."

Akhir-akhir ini terlalu banyak yang terjadi berkaitan dengan pria itu, Khanaya tidak memberi tanggapan.

Terus terang Khanaya kurang suka dengan sikap sepihak Huston. Khanaya marah pada keegoisannya. Tapi bisakah mengungkapkan perasaan disebut egois?

Khanaya tahu sepak terjangnya, Huston pria baik dan sabar. Entah apa yang membuatnya seperti ini?

Sempat Khanaya lihat wanita disampingnya menitihkan air mata. Separah apa keadaannya? Khanaya sampai lupa menanyakan keadaan laki-laki itu.

"Maaf." dadanya ikut berdenyut nyeri.

"Kalian bertengkar?"

Bagaimana Khanaya harus menjelaskan jika mereka tak sedekat itu.

Ada keluarga yang tak bisa dilawan, juga ada dia yang membuat Khanaya berat melepaskan. Bukan sosok ayahnya melainkan sosok yang sudah tumbuh bersamanya enam tahun ini.

"Bagaimana keadaannya?"

"Dari kepala sampai laki. Tak ada yang tak tergores."

Khanaya menggigit bibir, membayangkan separah apa lukanya.

Khanaya bukan wanita yang buta pada rasa. Bisa, ia jalani. Jika tidak, dia pasrah. Bukankah Tuhan punya rencana indah untuk setiap hamba-Nya?

"Aku tidak bisa melarang kan? Aku takut anak itu akan kembali membawakanku seorang cucu."

Reflek Khanaya menggeleng.

Khanaya wanita yang menghormati orang tuanya. Dia juga akan menghormati orang tua suaminya.

Eh?

********

Lumayan parah luka Huston tapi tidak sampai kritis seperti yang di kabarkan.

Dua hari sudah lelaki itu dirawat di rumah sakit. Praktis Khanaya yang mengurus Avila.

"Kamu akan langsung ke rumah sakit?"

"Papa ingin aku ke suatu tempat?"

Bram tidak buta melihat kedekatan antara putrinya dan anak pria yang kini menjadi pasiennya.

Tapi sebagai seorang ayah dia berharap putrinya mendapat pria yang masih bujangan, bukan seorang duda dengan seorang anak pula.

"Papa cuma nanya."

"Jika kondisinya sudah membaik aku tidak harus mengunjunginya." Khanaya menjawab dengan senyum manis.

"Mau jika ayah kirim ke London?"

"Kenapa tidak?"

"Bagaimana dengan karier mu?"

"Aku akan tetap menjadi orang, meski tanpa ijazah." Khanaya menghampiri cinta pertamanya, memeluk lengan ayahnya yang sudah lama tidak dilakukan.

Usapan di kepala terasa menenangkan. Matanya terpejam, menikmati tulusnya seorang ayah.

"Tidak sayang pada karier mu?"

Bram mengecup kepala putrinya yang sudah dewasa.

"Tidak ada yang bisa menandingi rasa sayang ku pada Mama dan Papa. "

Pelukan ayahnya membuat Khanaya tahu sebesar apa rasa sayang seorang ayah.

"Kamu mencintainya?"

"Tidak."

"Sayang?"

"Tidak juga."

"Ingin hidup dengannya?"

"Tentu saja tidak."

"Kalau papa tidak memberi restu akankah kamu masih mau papa peluk seperti ini?"

Tidak tau mengapa tapi air mata Khanaya mengalir.

"Papa ragu padanya, tapi tidak dengan tanggung jawabnya, apakah kamu benar-benar bisa hidup dengan seseorang yang belum kamu cintai?"

Apa ini?

Terpopuler

Comments

Heryta Herman

Heryta Herman

takdir dan jodoh urusan Allah sang pencipta...
klo khanaya menuruti kata orang tua dan pergi sejauh manapun...bila mereka berjodoh,pasti bersatu juga..
serahkan semua pada yg punya hidup...

2024-09-18

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

sekeras apa pun org tua hanya memikirkan kebaikan dan masa depan putrinya... ini yg dilakukan oleg papa dan mama Khanaya... walau ingin yg sempurnah utk jodoh putrinya.. tp. mereka juga mengutamakan kebahagiaan nya..

2023-08-28

0

Mom Dee🥰🥰

Mom Dee🥰🥰

ceritanya bagus 🥰

2023-07-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!