*Tok Tok tok, suara ketukan pintu.
"Nona Vallene, ini saya Pak Zient. Waktunya anda sarapan, dan saya telah membawakan bubur ayam hangat untuk mu nona."
Dia pasti sangat senang.
Dengan penuh percaya diri dia yakin Vallene akan senang memakan bubur ayam hangat yang ia bawakan. Dan dia tersenyum dan mulai membayangkan wajah gembiranya Vallene.
Tapi setelah beberapa saat, tak ada jawaban dari dalam. Dia pun menyadari ada hal aneh.
Dia masih tidur?
"Nona... ini sudah pagi dan waktunya sarapan." mulai khawatir.
*Dok *Dok *Dok
Sekali lagi dia mencoba untuk mengetuk pintu itu.
Hah! Tidak ada jawaban?
*Bruak!
Dengan cepat dia mendobrak pintu itu. Dia panik, ruangan itu ternyata sepi. Pak Zient mencoba untuk mencarinya di semua sudut di lantai tiga tempat dimana ruangan Vallene berada. Bisa dibilang lantai itu adalah gudang kotor untuk menyimpan barang barang.
"Nona Vallene! Nona Vallene!" Pak Zient menjadi panik dan khawatir atas menghilangnya Vallene.
***
"Eh tumben sekali ya Nona Vallice seperti ini. Apa dia malu malu ya? Tapi malu kenapa?" pelayan terheran heran.
"Sudahlah Miranda, Nona kan sudah memasuki masa pubertas. Ya wajar saja, namanya juga anak remaja." pelayan yang lain menjelaskan.
"Kamu benar Dorothy, haha. Nona pasti mulai menyadari perubahan anggota tubuhnya. Dan dia pasti sedang malu malu, aduh lucunya!" pelayan yang bernama Miranda itu kegirangan.
Mereka berdua sedang membicarakan betapa cepatnya Vallice tumbuh dewasa.
"Hei Miranda, Dorothy... bagaimana jika Nona Vallice menanyakan soal Tuan besar?" tanya si pelayan ketiga.
Mereka semua pun terdiam.
"Kamu benar Nae, bagaimana ini Dorothy. Apa yang harus kita jawab nanti! Huhu aku tak tau aku tak tau!
Kalian hadapi Nona saja ya, aku paling gak bisa soal perasaan Nona, huhu!" pelayan Miranda.
Pelayan yang bernama Miranda itupun berlari kabur.
Ehh? yang benar saja Miranda ini....
"Nae, jika Nona menanyakan hal itu. Lebih baik kita diam saja. Biarkan Nona mengetahui hal itu sendiri." ucap si pelayan Dorothy.
Dan pelayan yang bernama Nae itupun setuju dan menganggukkan kepalanya.
...
"Ayah? Apa yang mereka bicarakan?"
Vallice yang sudah siap dan ingin membuka pintu, tak sengaja mendengar pembicaraan para pelayan itu.
*Kriet~
Vallice tiba tiba membuka pintu begitu saja.
"Ah!!!" Nae.
"Demi Tuhan!!" Dorothy.
Susana menjadi konyol.
"Ada apa bibi? Kenapa kalian terkejut?" tanya Vallice yang juga ikut terkejut.
Tiba tiba sekali! Apakah Nona mendengar pembicaraan kami tadi?
"Ti-tidak apa apa, suaranya dari pintu itu membuat kita terkejut! Haha benarkan Nae!" Dorothy.
"Benar Nona, emm... Nyonya besar sudah pulang dari pagi buta tadi. Dan sekarang beliau menunggu anda untuk sarapan bersama." Nae.
Mama sudah datang juga! Akhirnya kita bertiga bisa berkumpul bersama, ayah, mama dan aku! Kita sarapan pagi bersama! Yah meskipun aku tidak suka dan tidak begitu akrab dengan mamaku.
"Baiklah." Vallice.
Mereka bertiga pun berjalan menuju ruang makan. Dari belakang Vallice kedua pelayan itu saling bertatapan dengan muka khawatir.
***
Wah sepertinya ini ya "kota'" itu! Ramai banget! Kalau tidak salah aku sedang berada di area pasar! Ada bermacam macam benda yang dijual!
"Langkah pertama aku harus mencari perkejaan. Untung mendapatkan banyak uang, dan menjadi kaya! Setelah itu aku akan menjemput Vallice dan Pak Zient dari rumah jelek itu!
Kita akan berkumpul bersama dan bahagia selamanya tanpa adanya sosok Franschine gila itu!" penuh keyakinan.
Ya! Memang apa susahnya mencari pekerjaan. Aku yakin aku bisa kaya dalam waktu... emm, mungkin 1 Minggu?
Vallene mulai berjalan sambil menoleh noleh kegirangan. Tanpa Vallene sadari ia telah menjadi pusat perhatian semua orang orang yang berada di sana.
Hmm ternyata semua orang kota ini adalah orang yang ramah ya!
"Bau roti yang baru matang! Aromanya enak sekali... hangat dan harum, jadi lapar deh." kelaparan.
Vallene pun berjalan menuju aroma roti panggang itu. Dia menemukan sebuah toko roti tua yang pemiliknya adalah seorang wanita tua.
Hmm, nenek itu berkerja sendirian? Kasihan sekali. Apa aku coba menawarkan perkejaan di toko ini saja ya?
"Berapa banyak upah pegawai toko roti? Mungkin sehari bisa mendapatkan 100 lox (1 juta)?"
*Kring~ Suara bel yang terdengar disaat kamu membuka pintu toko roti itu.
"Ya, sebentar!" suara wanita tua.
Eekh? Apa apaan ini, hanyalah seorang anak pengemis kotor. Hah, ini masih pagi... yang benar saja!
Kenapa nenek menatapku begitu?
"Ah... begini, apakah aku...."
"Tidak bisa! Keluarlah kamu!" wanita roti itu mengusir Vallene.
Nenek itu memotong omongan Vallene dan mendorong Vallene dengan kasar.
"Ah! Maksudku nek... apakah." berusaha menjelaskan.
"Aku bilang tidak ya tidak dong! Maksa banget sih dasar pengemis." ucapnya dengan kesal.
Apa? Pengemis?
"Tidak nek, aku hanya ingin menawarkan apakah aku bisa berkerja di toko mu ini...." sekali lagi Vallene berusaha menjelaskan.
"Apa apaan kau masih anak kecil, eh tunggu apakah ini cara baru untuk mencuri roti-roti? Bilang kepada ibumu! Suruh dia menjual dirinya saja agar bisa membiayai makan anaknya." wanita roti tetap saja membantah.
Wanita itu berbicara dengan keras, berteriak dan menggertak Vallene, sehingga orang orang tertuju kepada mereka. Vallene menunduk dan mulai merasa kesal.
Kenapa dia jadi berbicara buruk tentang ibu orang lain?
"Aku berbicara baik baik awalnya kepadamu nek! Aku bahkan tidak mengatakan aku meminta sepotong rotimu, dan kau menuduhku bahwa aku akan mencuri rotimu?"
Vallene pun emosi dan sepertinya dia sangat marah.
"AKU HANYA MENAWARKAN APAKAH BOLEH AKU BERKERJA DI TOKO MU INI! DAN KAU, KAU MENDORONGKU, MENUDUHKU SEBAGAI PENCURI, DAN KAU MENYURUH IBUKU MENJUAL DIRI! KENAPA KAU TEGA BERKATA BURUK TENTANG IBU ORANG LAIN!" teriak Vallene.
Anak sialan! Dia berteriak teriak tidak jelas. Dan semua orang sedang melihat kearah sini! Mempermalukan ku saja!
"Hei kenapa kau berteriak teriak dengan kasar kepadaku! Aku adalah wanita tua, kamu sangat tidak memiliki rasa hormat anak kecil kurang ajar!" wanita roti itu mengalihkan pembicaraan.
"KAU SEHARUSNYA LEBIH TAU TENTANG KESOPANAN KARENA KAU ADALAH ORANG TUA! TAPI DENGAN KELAKUAN MU YANG SEPERTI ITU, PANTASKAH KAMU UNTUK DIPERLAKUKAN SECARA HORMAT DAN SOPAN?" teriak Vallene dengan marah.
Vallene sangat marah dan menatap tajam wanita tua itu. Dan wanita tua itu sepertinya panik dan gemetaran, disisi lain pengunjung dan orang orang sedang memperhatikan mereka. Wanita itu semakin takut saat melihat mata anak itu menjadi merah menyala.
"Aku memang melihat ibu tua ini memarahi anak ini dan mendorongnya!" seorang pria asing menyahut.
"Seharusnya kamu memberi contoh yang baik jika ingin dihormati! Dasar ibu tua!" ucap seorang gadis muda asing.
"Sombong sekali dirimu ibu tua, umurmu sudah bau tanah. Seharusnya kamu sadar diri, pulang dan tidur saja sana!" ucap pedagang sebelah jalan.
Orang orang menyoraki dan memaki wanita pemilik toko roti itu. Wanita tua itupun malu dan panik.
"LIHAT! DIA ADALAH ANAK IBLIS! MATANYA SANGAT MENAKUTKAN!"
Tiba tiba wanita tua itu berteriak-teriak seperti itu. Orang orang semakin marah dengan kelakuan wanita tua itu.
"Malah seenaknya menuduh untuk menutupi kesalahannya, sangat manipulatif!"
Orang orang terus bersorak memakinya. Wanita itupun berlari masuk ke dalam tokonya dan langsung menutup toko itu.
Orang orang pun kembali dan bubar. Meninggalkan Vallene sendirian. Keadaan Vallene saat ini sangat sedih, dia pun terduduk lemas sambil memeluk foto ibunya.
Tak ada seorangpun yang bisa berbicara buruk tentang mu ibu... tidak akan!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Ayano
Wak wak ada yang salah
Tentang mungkin maksudnya bukan tengang
Tipo nanti boleh diperbaiki karena itu pakai capslock
Takut salah kaprah yang baca 🤣🤣
2023-07-17
2
Ayano
Hmm.... baru dibilang dah ketemu yang rese kek gini kan
2023-07-17
2
Ayano
Keliatannya kayak negeri plus enam dua. Ramah ramah
Tapi kamu harus tau bahwa setiap senyum ramah selalu ada sesuatu di belakangnya
2023-07-17
2