Neli memuntahkan seteguk darah. Tak ada siapa pun di sana yang menyaksikan. Ali telah meminta pada dokter Heru untuk tidak memperbolehkan siapa pun masuk ke dalam ruangan selama beberapa jam.
Setelah beberapa saat, ia merasakan beban racun berkurang dan melihat Neli tampak lebih tenang meski sedikit pucat.
Setelah proses penarikan racun selesai, Ali mengakhiri meditasinya dan melepaskan tangannya dari tubuh Neli. Ia melihat dengan lega bahwa adiknya tampak lebih baik. Neli perlahan-lahan membuka mata dan tersenyum pada Ali.
Terlihat samar-samar sebuah siluet lalu terlihat lebih jelas, "Ali," kata Neli dengan lemah. "Dari mana saja kamu, kakak bodoh!" Neli tersenyum, menitikkan air mata. Betapa ia rindu kakaknya.
Ali tersenyum dan menggenggam tangan Neli dengan penuh kehangatan. "Aku tidak akan meninggalkanmu lagi, Neli. Kakak janji."
Ali segera mendekap adiknya.
Dalam keadaan lemah di atas kasur rumah sakit, Neli merasa kehangatan dan ketenangan saat ia memeluk Ali begitu erat. Setelah empat tahun yang panjang, rasa rindu yang tak terungkap kepada kakaknya yang menghilang akhirnya terluluhkan dalam pelukan mereka.
Neli memejamkan matanya, membiarkan air mata hangat mengalir di pipinya yang pucat. Ali menepuk-nepuk lembut punggungnya, memberikan dukungan yang begitu ia butuhkan. Suara jantung Neli berdetak pelan di dada, Ali mendengar itu.
Tak berapa lama.
Pintu ruangan terbuka. Sudah satu jam mereka yang ada di luar ruangan bertanya-tanya apa yang dilakukan Ali. Saat melihat Neli siuman, ibunya langsung ikut memeluk tubuh ringkihnya.
"Jangan lakukan itu lagi! Jangan!" Ibunya menangis sejadi-jadinya.
Ali mencoba menenangkan, "ibu, itu tidak akan aku biarkan lagi. Cukup, ini yang terakhir. Benar begitu Neli?" Ali menepuk pundak Neli pelan. Mereka tersenyum, tanda setuju.
Dokter Heru yang berada di ruangan masih sama terkejutnya dengan perawat, ekspresi mereka sama. Melihat Neli yang sebelumnya berada dalam keadaan lemah, mereka tercengang dengan perubahan yang begitu cepat.
"Dokter Heru, aku tidak percaya bahwa Neli bisa pulih secepat ini," kata perawat yang mendampingi dokter.
Dokter Heru mengamati Neli dengan saksama. Dia memeriksa catatan medis dan hasil tes terakhir yang menunjukkan kondisi yang serius. "Ini memang luar biasa," gumamnya. "Aku harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apa yang terjadi."
Dokter Heru berbicara dengan Neli, bertanya tentang perubahan yang dialaminya. Neli menjelaskan bahwa kedatangan Ali dan pelukan ibunya yang erat memberinya semangat baru, dan dia merasakan kekuatan dan kehangatan yang memulihkan tubuh.
Dokter Heru mengangguk dengan pengertian meski bukan itu sebenarnya yang ingin dia ketahui. Dia sudah tau bahwa keajaiban terkadang dapat terjadi ketika ada dukungan emosional yang kuat. Dia memeriksa kondisi fisik Neli dan menemukan bahwa tanda-tanda pemulihan memang ada. Tubuhnya menunjukkan respons yang lebih baik terhadap perawatan.
"Dalam dunia medis, kita tidak selalu dapat menjelaskan semua fenomena," kata Dokter Heru dengan hati-hati. "Tetapi apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah bahwa Neli sudah sadar. Ini adalah berita yang sangat baik."
Dokter Heru merencanakan serangkaian tes tambahan untuk memastikan bahwa kondisi Neli benar-benar stabil. Meskipun masih terkejut dengan pemulihan yang cepat ini, dia juga merasa senang melihat pasiennya semakin baik.
"Dalam situasi seperti ini, peran dukungan keluarga sangat penting," kata Dokter Heru sambil menulis beberapa instruksi. "Ali, tolong pastikan Neli menjaga pola makan dan istirahat yang baik. Jaga agar dia tetap positif dan bersemangat. Itu akan membantu pemulihannya."
Ali mengangguk dengan penuh tanggung jawab. Dia tahu betapa pentingnya peran yang harus dia jalankan dalam proses pemulihan Neli. Dia berjanji akan selalu ada di samping adiknya, memberikan dukungan penuh dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesembuhannya.
"Nak Ali, apa yang sebenarnya kamu lakukan pada adikmu?" Bisik dokter Heru.
"Memberikan sedikit keajaiban!" Jawab Ali sekenanya karena dia tidak mungkin berkata berkat pengetahuan di Kitab Pembunuh Naga.
Dokter Heru memberikan instruksi terakhir kepada perawat dan mengucapkan selamat kepada Neli atas pemulihannya yang cepat. Dia meninggalkan ruangan dengan perasaan campuran antara keheranan dan kegembiraan.
Meski ia sadar dan sudah tidak ada racun tersisa dalam tubuh Neli, tapi perjalanan pemulihan Neli masih panjang, fisik Neli belum kembali ke keadaan normal. Tubuhnya masih ringkih. Tapi dengan dukungan keluarga dan perawatan yang tepat, dia memiliki harapan yang lebih besar untuk masa depan yang lebih baik.
Tiga hari kemudian Neli dipastikan sudah pulih, dan diperbolehkan pulang.
Ali bergegas menuju tempat pembayaran rumah sakit setelah Neli diberi izin untuk pulang. Ketika ia tiba di sana, ia melihat dua temannya, Maya dan Reza, sedang berdiri di dekat meja administrasi.
"Ali!" Maya berseru sambil terkejut. "Kami tidak mengira akan bertemu denganmu di sini. Apa yang sedang kamu lakukan di sini?"
Ali menjawab dengan senyum, "Hai, Maya, Reza. Aku di sini untuk membayar biaya administrasi untuk adikku, dia akan pulang hari ini."
Reza melihat dengan skeptis. "Tapi, Ali, kamu tahu berapa besar biaya administrasi di rumah sakit ini? Bukankah itu sangat mahal? Aku harap kamu punya cukup uang untuk membayarnya." Ia menyenggol lengan Maya.
Ali merasa terganggu dengan pandangan skeptis temannya. Namun, ia tetap tenang dan menjawab dengan tegas, "Aku sadar biayanya besar, tetapi aku sudah mengatur segalanya dan memiliki cukup uang untuk membayar. Tidak perlu khawatir."
Maya melihat keberanian Ali, yang dari pakaiannya saja mencerminkan orang tidak mampu. "Bantuan pemerintah!" Ucapnya dengan menyunggingkan senyum angkuh.
Ali mengangguk mengerti. "Tidak perlu, Maya. Aku mengerti kekhawatiran kalian. Tapi aku siap untuk mengatasi ini."
Reza berpura-pura memberikan Ali dukungan. "Tentu saja, Ali. Kami tahu kamu adalah orang yang bertanggung jawab. Tapi bukankah kamu masih menganggur?"
Ali tersenyum mendengar teman-temannya. "Terima kasih, Maya, Reza. Aku bisa mengatasinya sendiri!"
Ali kemudian mengambil nomor antrean dan menunggu giliran untuk melakukan pembayaran. Sementara itu, Maya dan Reza tetap berada tak jauh darinya.
"Lihat saja, dia pasti akan mengemis. Ini pasti menarik." Ucap Maya.
Ketika tiba giliran Ali, ia mendekati petugas administrasi dengan rasa percaya diri.
"Semua biayanya sudah lunas, Tuan Ali." Ucap petugas itu ramah.
Ali tampak bingung, begitu pula kedua temannya itu.
“Siapa yang melunasinya?” Tanya Ali.
“Dokter Heru sudah mengurus semuanya.”
Maya berkata, “beruntung juga Ali. Untung saja ada yang membayarnya, jika tidak, aku tau apa lagi yang akan terjadi.”
Ali berterima kasih, dan menerima bukti pelunasan. Setelahnya Ali berjalan santai dan menyapa kedua temannya yang masih bertanya siapa orang yang membantu Ali. Ada hubungan apa dia dengan dokter nomor satu di rumah sakit ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
arumazam
jossss
2023-06-10
1
Yuchen
ndk loh Maya duit sendiri itu Ali pakai😎
2023-06-03
0
Yuchen
perkiraannya di luar nalar🤣
2023-06-03
0