Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Ali memastikan bahwa pembayaran hutang akan dilakukan dengan lancar. Dia membawa dua orang penagih hutang itu bersamanya dan meminta nomor rekening untuk mentransfer hutang itu.
"Saya telah membayar hutang ini lunas," kata Ali dengan tenang sambil memperlihatkan bukti transfer. Segera kuitansi pelunasan diberikan.
"Terima kasih, pak Ali. Kami pamit."
Ali mengeluarkan kartu nama yang ia terima dari dokter Heru. Dia mengambil ponselnya dan dengan hati-hati menekan nomor yang tertera di kartu tersebut. Beberapa nada dering terdengar sebelum akhirnya dokter Heru mengangkat telepon.
"Selamat siang, Dokter Heru. Ini Ali, saudara saya Neli dirawat di rumah sakit ini. Saya ingin berbicara tentang kondisi adik saya," ucap Ali dengan suara yang penuh harap.
Dokter Heru, dengan nada yang penuh kepedulian, menjawab, "Selamat siang, Nak Ali? Kalau boleh tahu, dia sakit apa?"
"Dia dirawat diruang icu karena narkoba." Ali menggigit bibirnya sejenak, mencoba menenangkan diri. "Dokter, saya sangat khawatir dengan kondisi Neli. Ibu saya telah menghabiskan banyak uang dan berhutang untuk biaya pengobatannya. Saya memohon kepada Anda, tolong rawat adik saya dengan baik. Berikan perawatan terbaik yang Anda bisa. Jangan khawatir tentang biayanya!"
Dokter Heru bisa merasakan kekhawatiran dan kepedulian Ali melalui suaranya. Dia menghargai komitmen dan cinta yang ditunjukkan oleh Ali terhadap adiknya. "Tidak perlu khawatir, Nak Ali. Aku berhutang satu nyawa padamu, Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk merawat Neli dengan baik. Kami akan memberikan perawatan terbaik yang tersedia. Kami juga akan memberikan perhatian penuh pada pemulihannya dan memastikan dia mendapatkan dukungan yang dibutuhkan."
Ali merasa sedikit lega mendengar janji Dokter Heru. Dia merasa bahwa adiknya berada di tangan yang aman dengan perawatan terbaik di bawah dokter tersebut.
"Mohon beri tahu saya tentang perkembangan terbaru mengenai kondisi Neli, nantinya. Saya ingin terus mendapatkan kabar tentang kemajuannya," pinta Ali dengan rasa harap.
Dokter Heru menanggapi dengan ramah, "Tentu, Nak Ali. Kami akan terus memberikan pembaruan tentang perkembangan Neli. Kamu juga dapat menghubungiku kapan saja jika ada pertanyaan atau kekhawatiran. Jangan ragu untuk berkomunikasi denganku."
Ali merasa terharu dengan kesediaan dan dukungan yang ditunjukkan oleh Dokter Heru. Dia merasa lega bahwa adiknya dalam perawatan yang baik dan bisa berharap pada pemulihannya.
"Terima kasih banyak, Dokter Heru. Saya sungguh menghargai bantuan dan perhatian Anda. Saya berharap yang terbaik untuk adik saya," ucap Ali dengan tulus.
Dokter Heru menjawab dengan hangat, "Sama-sama, Ali. Aku juga berharap Neli segera pulih sepenuhnya. Mari kita jaga semangat dan dukungan satu sama lain dalam proses penyembuhannya."
Berjam-jam ia melihat adiknya terbaring lemah menatap langit-langit. Hatinya teriris, sangat miris.
Tiba ketika matahari telah terbenam, ia meminta pamit ke ibunya.
"Ibu, aku akan kembali segera!"
Ibu Ali sebenarnya tidak ingin berpisah dari Ali kembali. Tapi ia tidak bisa memaksakan kehendaknya.
Di luar rumah sakit ia kembali mengeluarkan ponselnya. Menelepon Karna.
"Jemput aku di rumah sakit pusat kota!" Satu perintah yang membuat Karna tiba sepuluh menit kemudian.
Ali memasuki mobil sport Karna, "aku ingin mencari seseorang."
"Siap tuan. Siapa orang itu?" Ucap Karna penuh kepatuhan.
"Namanya Angga, posturnya mirip denganku, rambutnya sebahu berwarna merah darah, dan ciri khas miliknya ada jahitan di dahinya."
"Saya akan mengerahkan semua anggota geng pemburu naga!"
"Bagus, dan tolong temukan dengan cepat!" Ucap Ali dingin.
Ali segera merasakan adrenalin yang mengalir dalam dirinya ketika salah satu anak buah Karna melihat sosok yang sepertinya Angga di sebuah klub malam di pinggir kota. Tanpa ragu, mereka segera menancap gas dan meluncur dengan cepat ke arah club tersebut.
Keduanya tiba di klub malam dengan langkah cepat. Mereka bisa mendengar dentuman musik yang menggema dari dalam, dan sinar lampu berwarna-warni memancar keluar dari pintu masuk. Mereka saling pandang sejenak, sebelum memasuki kerumunan yang padat di dalam club.
Ali dan Karna berjalan melalui kerumunan orang yang sedang menari dan bersenang-senang di dalam club. Mereka mencari Angga dengan penuh tekad, mata mereka terus mencari sosoknya di antara orang-orang yang bergembira.
"Kita berpencar!" Perintah Ali disela riuhnya suara.
Mereka berpencar, mencari di area bar, hingga menyusuri setiap sudut club malam.
"Ali!" Teriak seseorang.
Ali menoleh, mendapati dua temannya semasa kuliah.
"Bagaimana kabarmu? Sudah bekerja?" Entah dari mana ia mendapat berita itu. "Orang sepertimu berani bermain di club malam?" Ia menunjuk baju Ali yang memang terlihat murahan.
"Pasti istrimu mendapat jackpot dan memberinya uang saku lebih besar!" Teriak salah satunya disela musik yang begitu keras.
"Kalian melihat Angga?" Tanya Ali.
"Apa?" Teriak teman Ali.
"Kalian melihat Angga!"
"Oh, itu dia!"
Ali langsung bereaksi. Akhirnya, Ali melihat Angga di pojok ruangan, dikelilingi oleh sekelompok orang yang tampak asing baginya. Ia melangkah dengan mantap menuju tempat Angga berada. Ali mengambil napas dalam-dalam, bersiap untuk meringkus Angga. Tapi Angga tidak sengaja melihat Ali. Pandangan mereka bertemu.
Ali merasakan jantungnya akan meledak. Ia ingin segera melenyapkan orang membuat adiknya seperti itu.
"Angga!" seru Ali dengan tegas, mencoba memperdengarkan suaranya di tengah riuh rendahnya musik dan suara orang-orang.
Angga terkejut melihat keberadaan Ali. Dia memalingkan wajahnya, mencoba berlari menghindari Ali.
Jika bukan karena telah mempelajari kitab pembunuh naga, Ali tidak akan bisa bergerak selincah dan secepat itu. Tidak memerlukan lebih dari beberapa detik, Angga tergeletak dilantai club yang dingin dengan tangan terkunci.
"Ali... maafkan aku!" Angga berkata dengan suara yang agak terhenti. "Aku tidak bersalah. Aku sudah mencoba memperingatkan Neli." Suaranya tenggelam oleh dentuman musik.
Ali menjambak rambut Angga yang begitu panjang. Ia menggiringnya menuju tempat yang lebih kondusif karena tidak mungkin berbicara serius di dalam besarnya suara berisik.
“Maafkan aku Ali, maafkan!” Angga mengadu kesakitan.
Dengan mudah Ali melempar tubuh Angga ke dalam toilet. Setiap orang yang melihat kejadian itu seperti tidak terima melihat kejadian janggal.
“Hey, sepertinya kau tersasar disini! Bagaimana keamanan membiarkan pemulung masuk!”
Tanpa banyak bicara, Ali meninju wajah pemuda itu. Teman yang ia bawa sepertinya memiliki sedikit solidaritas, tapi tak berguna di hadapan Ali. Mereka yang datang menerjang, langsung terhempas begitu mendekati Ali.
“Aku tidak ada urusan dengan kalian. Aku hanya memiliki urusan dengan bajingan itu!” Ali menunjuk Angga, yang ditunjuk langsung terkencing di celana. “Jika kalian menghalangi, aku tidak akan menahan diri seperti tadi!” Ancam Ali, begitu tajam sorot matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
arumazam
hajarrr
2023-06-08
1
Neonnorey
yang kena narkoba tu ali sama adiknya kah thor?
2023-05-24
0