Hak Menantu Pengangguran : Kitab Pembunuh Naga
Ali duduk sendiri di ruang tamu, wajahnya dipenuhi dengan kekecewaan dan keputusasaan. Ia masih belum mendapat pekerjaan. Di lain sisi, Nirmala, ibu mertuanya, masuk ke ruangan dengan ekspresi sinis. Jijik melihat menantunya ini.
Nirmala menghela napas, "Ali, sudah empat tahun sejak kebangkrutanmu, tapi apa yang kamu lakukan selama ini? Hanya duduk-duduk di rumah tanpa pekerjaan."
Ali mengangkat kepalanya dan berbicara dengan nada rendah, "Ibu, saya sudah mencoba semaksimal mungkin untuk mencari pekerjaan. Tapi persaingan sangat ketat, dan kebanyakan perusahaan mencari pengalaman kerja yang saya belum punya."
Dahulu Ali adalah pemilik perusahaan cukup besar di kota Suro. Tapi ada kejadian di mana ia harus merelakan semua asetnya. Ia ditipu oleh seseorang, dan menjadikannya pengangguran dan bergantung pada istrinya. Bahkan rumah ini, yang ia tinggali sekarang bukan rumahnya, sebatas rumah kecil milik mertuanya yang cerewet ini.
Nirmala meremehkan, "Pengalaman? Kamu bisa mendapatkan pengalaman kerja jika kamu mau mencoba. Lihat saja Angel, putri saya, ia bisa mendapatkan pekerjaan setelah kamu bangkrut. Tanpa pengalaman kerja sebelumnya!"
Meski menaruh dendam pada semua orang yang membodohinya di masa lalu, ia tau bahwa tak ada yang bisa ia lakukan. Hanya bisa berusaha mencari pekerjaan. Tapi ia belum menemukannya.
Ali berusaha menjelaskan, "Ibu, saya sudah mengirim banyak lamaran dan mengikuti wawancara, tetapi sepertinya belum ada yang cocok dengan kualifikasi saya."
Nirmala sarkastis, "Oh, jadi kamu merasa terlalu hebat untuk pekerjaan-pekerjaan rendah, bukan? Kamu harus sadar bahwa kamu tidak punya pilihan. Keluarga ini butuh seseorang yang bisa menyokong ekonomi. Bagaimana kamu bisa membahagiakan Angel jika kamu tidak punya pekerjaan? Lupakan harga dirimu, lupakan bahwa kamu pernah menjadi tuan muda di kota Suro"
Ali menahan napas, terlihat tersakiti, "Ibu, saya memahami perasaan Anda. Saya ingin memberikan yang terbaik untuk Angel. Saya akan terus berusaha mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi saya."
Angel masuk ke ruangan dan mendengarkan pembicaraan mereka. Ia menghampiri Ali dengan penuh kasih sayang.
Angel menggenggam tangan Ali, "suamiku, jangan dengarkan kata-kata ibu. Aku tahu kamu berusaha keras dan aku percaya pada potensimu. Bersamaku, kita akan menghadapi segalanya." Perkataan lembutnya membuat hati Ali mendingin, ia merasa lebih tenang, meski tetap tertekan akan ketidakberdayaanya. Jika ada badai besar yang tidak bisa dilewati Ali, ia yakin kalau dengan Angel ia bisa melewatinya.
Ali tersenyum melihat ketulusan dan dukungan Angel. Meskipun hatinya masih terluka oleh perkataan ibu mertuanya, ia merasa beruntung memiliki pendamping yang setia.
Ali berbisik kepada Angel, "terima kasih, Sayang. Kamu adalah sinar terang dalam hidupku. Aku akan terus berjuang dan membuktikan nilai diriku."
“Halah... cinta tidak membuatmu kenyang Angel. Tinggalkan pria itu, ibu ada kenalan. Seorang yang sangat kaya raya!”
Ali dan Angel saling berpegangan tangan, menunjukkan tekad mereka untuk menghadapi masa depan yang sulit. Meski terperosok dalam keputusasaan, mereka tidak akan menyerah pada tantangan.
Dilain pihak, mertua Ali tampaknya lebih frustrasi karena dianggap lalat di ruang tamu. Ia segera meninggalkan mereka berdua kembali ke kamar.
“Em, Angel. Aku mau bicara.” Kata Ali.
“Ada apa sayang?”
“Anu, aku mau naik gunung boleh? Gunung ini belum pernah aku daki sebelumnya. Aku akan pulang cepat, hanya beberapa hari!” Pinta Ali penuh pengharapan.
Angel menyipitkan mata, tak percaya Ali akan naik gunung. Ia memang sudah tau kalau Ali hobby naik gunung, jauh sebelum menikah. Tapi meski pengangguran, ia selalu sempatkan untuk ke puncak gunung
“Apa sih keistimewaanmu? Kenapa aku bisa jatuh cinta kepadamu?”
Ali menaikkan kedua bahunya. Ia juga tidak tahu!
“Ibu benar. Kamu pengangguran! Cinta tidak membuat kita kenyang. Pergi cari kerja, aku bosan harus memberimu uang saku! Kapan kamu akan memberiku nafkah?” Putus asa ia ucapkan, tapi Ali? Seperti biasa tak pernah mendengarkan siapapun kalau sudah berhadapan dengan gunung.
“Aku akan mencari kerja setelah gunung ini aku daki. Aku janji ini gunung terakhir, ya?”
“Dasar pengangguran!” Angel mendorong tubuh Ali menjauh. “Lakukan pekerjaan rumah! Bersihkan setiap jengkal debunya, lalu cuci mobilku! Setelah itu kamu boleh pergi, hanya beberapa hari!” Ucap Angel menunjuk-tunjuk Ali.
“Baik nyonya. Saya kerjakan perintah nyonya!”
****
Ali mengenakan sepatu bot dan melangkah tegap di jalur pendakian Gunung Brahma. Matahari pagi menghangatkan pipinya dan angin sejuk membelai rambutnya saat ia memanjat melalui hutan yang lebat. Tujuannya adalah mencapai puncak yang menjulang tinggi, yang legenda mengatakan menyimpan misteri dan bahaya.
Selama perjalanan mendaki, Ali terpesona oleh keindahan alam sekitarnya. Pohon-pohon menjulang tinggi, menyembul melalui kabut tipis. Air terjun mengalir deras dan memancarkan gemericik yang menenangkan. Ali merasa terhubung dengan alam, dan itu memberinya kekuatan untuk terus maju.
Setelah berjam-jam melewati rintangan, Ali mencapai puncak gunung. Dia merasa terkesima oleh panorama yang menakjubkan yang menanti di hadapannya. Puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi melintasi cakrawala, dan langit cerah membentang tak terbatas di atasnya.
Namun, saat Ali mengambil napas dalam-dalam dan bersiap untuk mengabadikan momen indah ini, langkahnya tergelincir. Ia hampir terjatuh ke jurang yang dalam. Namun, di saat-saat terakhir, tangannya berhasil meraih akar merambat di sela bebatuan. Nafasnya tersengal dan jantungnya berdetak kencang.
"Huft, untunglah aku tidak mati di sini!"
Setelah memulihkan diri, Ali melanjutkan perjalanannya dengan hati-hati. Dalam kehati-hatian, langkahnya yang berikutnya terbata-bata saat ia tak sengaja melirik suatu benda yang tersembunyi di sela bebatuan. Itu adalah sebuah buku tua yang tampaknya telah terlupakan selama bertahun-tahun.
Dengan penuh rasa ingin tahu, Ali mengambil pertama-tama ia singkirkan beberapa batu kecil, lalu menariknya paksa. Untung tidak robek.
Ia mulai membersihkan debu dan lumut dari sampul buku itu. Di tengah desain misterius yang membingkai halaman depan, terdapat tulisan yang terukir, sangat menonjol, "Kitab Pembunuh Naga." Seketika hatinya berdebar kencang. Tidak percaya akan keberuntungannya, "pasti para kolektor barang antik akan membelinya dengan mahal." Ali tahu bahwa ia menemukan sesuatu yang tak biasa.
Dengan membayangkan harga buku kuno itu, Ali membuka halaman pertama dan mulai membaca teks yang kuno.
"Apa ini? Tidak bisa dibaca sama sekali!" Ucapnya sedikit kesal.
Namun apa yang terjadi. Tulisan yang awalnya tak diketahui itu mulai berubah menjadi tulisan-tulisan yang dipahami Ali.
Ali mulai membacanya.
Tulisan itu memberi petunjuk tentang kekuatan naga yang luar biasa dan cara menghadapinya. Ali merasa bercampur aduk, antara ketakutan dan keingintahuan yang tak terbendung, juga terkadang ia merasa buku ini mirip sebuah dongeng. Tapi tak peduli, ia terus membacanya, cukup seru menurutnya.
Sampai lembaran terakhir, ia menyadari sesuatu yang sangat membuatnya takut. Ia gemetar, seperti ada seekor naga di depan wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
KhairulSyukri Syukri
baru mulai baca
2023-06-24
0
Tara
benar.. lupakan cinta.. yg penting kekuatan.. plenty fish in the ocean 🤔
2023-06-20
2
Ferry Andy
up ... ceritanya bagus
2023-06-20
2