Setelah sampai di rumah, ia segera pergi kembali ke Hotel Sohoo.
Di tengah perjalanan, Ali tidak melihat mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melanggar aturan lalu lintas.
Brak.
Tanpa sempat menghindar, mobil itu menabrak Ali. Namun, berkat kekuatannya yang luar biasa, Ali hanya terpental oleh benturan tersebut tanpa mengalami luka serius.
Orang-orang di sekitar yang menyaksikan kejadian itu terkejut dan berteriak, lalu berhamburan mendekati Ali untuk memeriksa keadaannya. Ali bangkit dari tempat ia terdorong dan menenangkan mereka, memberitahu mereka bahwa ia baik-baik saja.
Sambil menyeka debu dari pakaiannya, Ali memandangi mobil yang menabraknya. Ali melihat pengemudi mobil yang tampak terkejut dan panik. Ia melihat ekspresi cemas di wajah tua pengemudi.
Pengemudi itu keluar, menghampiri Ali. "Maafkan saya, saya terburu-buru." Ucap pria tua itu, cemas.
Tak lama Ali mendengar suara tangisan bayi yang datang dari dalam mobil.
Tanpa ragu, Ali menghampiri mobil yang rusak di bagian depan itu. Ia melihat seorang ibu yang duduk di kursi samping pengemudi, terlihat sangat ketakutan, dan bayi kecil yang ada dalam gendongannya.
"Bayi itu dalam masalah!" Ali mendengar ada sesuatu yang mempengaruhi nafas bayi itu, seperti tertutup sesuatu. Itulah yang menyebabkan ia menangis.
Mendengar itu, pengemudi itu membenarkan, "sejak tadi pagi ia menangis tanpa henti, saya tahu ada yang salah, itu sebabnya saya terburu-buru ke rumah sakit."
"Aku akan membantu!" Kata Ali.
Ali segera menggendong bayi itu. Seperti hendak menidurkannya tetapi dalam posisi tengkurap. Ali tepuk perlahan punggung kecil nan rapuh itu.
Bayi itu memuntahkan sesuatu berwarna kuning keputihan, sepertinya itu bubur. Lalu Ali menimangnya sebentar, lalu mengembalikannya ke pelukan ibunya.
"Sekarang tidak apa." Ucap Ali, mencoba menguatkan ibu yang khawatir dengan anaknya.
"Nak, terima kasih atas bantuanmu."
"Tidak masalah, lain kali anda harus memastikan bahwa yang dimakan si kecil bisa ditelan dengan sempurna." Ali menjelaskan.
"Bagaimana kamu tahu kalau cucuku tersedak?" Tanya pengemudi itu. "Oh, maafkan ke tidak sopanan saya. Nama saya Heru, Heru Suherman."
"Saya Ali."
"Nak, ayo bawa dirimu ke rumah sakit, saya akan mengantarmu." Ucap Heru begitu sadar baju Ali robek di beberapa bagian. Ia berpikir pasti luka yang dialami Ali sangat parah.
"Terima kasih, pak Heru, tapi saya tidak apa-apa."
"Tidak nak, saya tidak akan tenang jika kamu menolaknya. Tolonglah pria tua ini."
Mendengar perkataannya, Ali merasa tidak enak hati jika harus pergi begitu saja. Ia tak mempermasalahkan kecelakaan ini, ia paham semua kejadian yang menimpanya, bahkan ia juga yakin tak memerlukan perawatan ditubuhnya. Ia merasa baik-baik saja.
"Baiklah, Pak Heru, tapi saya yang akan menyetir." Ali melihat getaran hebat di tangan Heru, pasti trauma karena menabrak seseorang.
Ali menjalani berbagai tes medis dan pemeriksaan di rumah sakit tersebut. Tim medis yang bertanggung jawab mengamati setiap aspek kesehatannya, termasuk detak jantung, tekanan darah, dan kondisi fisik secara keseluruhan. Hasilnya, Ali disampaikan bahwa ia benar-benar baik-baik saja dan tidak mengalami cedera serius.
Saat Ali menerima kabar tentang keadaannya yang baik, ia merasa bersyukur dan lega. Ia berterima kasih kepada tim medis yang merawatnya dengan baik.
"Nak Ali, bagaimana keadaanmu?" Tanya Heru begitu melihat Ali keluar dari ruang pemeriksaan.
"Saya baik-baik saja Pak Heru." Jawab Ali tenang, "saya tidak mengira ternyata anda seorang dokter." Ucapnya melihat Heru memakai jas berwarna putih, juga tanda pengenal.
"Saya merasa malu jika Nak Ali memanggil saya dokter, karena Nak Ali dokter yang lebih hebat."
"Saya bukan dokter, dokter Heru!"
"Lantas, bagaimana Nak Ali bisa tau kalau cucu saya tersedak?" Tanya Heru penasaran.
"Saya tidak bisa menjelaskannya, tapi saya hanya mendengar nafas anak itu tidak normal." Jawab Ali.
Heru dan Ali duduk di ruang tunggu rumah sakit, sambil berbincang-bincang tentang keseharian mereka. Mereka saling bertukar cerita, Ali bercerita tentang penganggurannya selama empat tahun, sedangkan Heru menceritakan pengalamannya sebagai dokter. Sangat kontras, tapi perbincangan mereka melebur.
Namun, tiba-tiba, seorang perawat memanggil nama Heru dengan suara tergesa-gesa. Wajah perawat itu tampak cemas, dan Ali dan Heru segera menyadari bahwa ada keadaan darurat yang memerlukan perhatian Heru.
Heru berdiri dengan cepat dan menatap Ali dengan ekspresi prihatin. "Maaf, Nak Ali. Sepertinya ada situasi darurat. Saya harap kamu mengerti."
"Tidak masalah Pak Heru."
"Ini kartu nama saya, tolong segera hubungi saya jika ada sesuatu yang bisa saya bantu, saya berhutang satu nyawa pada Nak Ali."
Setelah menerima kartu nama itu, Ali menyimpannya, dan berniat meninggalkan rumah sakit.
Ali keluar dari pintu rumah sakit dengan langkah yang panjang. Saat melangkah menuju trotoar yang ramai, tanpa disadari, bahunya menyenggol tubuh seorang wanita tua yang membawa tas kecil berisi botol-botol obat.
Kejadian itu seperti terjadi dalam sekejap. Botol-botol obat jatuh ke tanah dengan suara gemeretak, dan isi obat berserakan di sekitarnya. Ali terkejut, dan wajahnya tampak kikuk. Dia dengan cepat menarik napas dalam-dalam untuk mengendalikan diri sebelum melangkah mendekati wanita itu yang ia tabrak.
Sial sekali Ali hari ini. Sudah tertabrak mobil, sekarang menabrak orang, nanti? Entahlah.
Saat dia membungkuk dan mulai mengumpulkan obat-obat yang tercecer, matanya terbelalak saat memandang wajah wanita tua itu. Dan dalam sekejap, raut wajah yang akrab itu membuat hatinya berdegup lebih cepat. Itu adalah ibunya, yang selama empat tahun ini ia tidak pernah melihatnya lagi. Perasaan malu, takut bercampur dalam dadanya. Ia akan pergi, tapi terlambat, wanita tua itu sudah melihat wajahnya.
"Ali?" Kata wanita tua itu.
Mereka saling memandang, dan dalam sekejap itu pun waktu seolah berhenti. Air mata mulai menggenangi mata ibu Ali, sementara raut wajah Ali mengungkapkan kebingungan dan kekagetan. Namun, perasaan saling kenal tak terbantahkan dalam tatapan mereka.
Tanpa ragu, ibu Ali segera menggapai tubuh Ali dengan erat dan memeluknya. Pelukan itu penuh dengan kehangatan dan kasih sayang yang lama dinantikan. Ali, yang masih terkejut dengan reaksi ibunya, akhirnya membalas pelukan dengan kikuk. Dia merasakan kelegaan dan kebahagiaan yang tak terkatakan dalam pelukan itu.
Mereka berdua mungkin tidak menyadari kerumunan orang yang berkumpul di sekitar mereka, terpana oleh momen yang penuh emosi ini. Tidak ada kata-kata yang diucapkan pada awalnya, hanya tangisan bahagia yang pecah di antara mereka. Tangis ibu Ali mencerminkan rindu dan kebahagiaan yang telah lama terpendam, sedangkan Ali menumpahkan semua perasaan yang tak terungkap kan selama empat tahun ini. Empat tahun masa kegagalan Ali.
Setelah beberapa saat, mereka berdua mencoba meredakan tangisan mereka. Dalam kata-kata yang terputus-putus, mereka mulai berbicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
arumazam
wah ternyata
2023-06-08
1
Yuchen
suherman pernah dengar seperti di Iklan Indosat jaman dulu🤔
2023-05-28
0
Yuchen
gile... kalau manusia ndk ada kekuatan sudah patah tulang kenanya..
2023-05-28
0