Ali dan Angel memasuki kamar yang dianggap sebagai kamar paling indah di seluruh hotel. Angel sangat kagum dengan keindahan dan kemewahan kamar tersebut, sedangkan Ali dengan senang hati melihat istrinya yang begitu terkesan.
Angel, dengan matanya yang berbinar, melihat sekeliling dengan antusiasme seolah-olah dia adalah seorang anak kecil yang baru mendapat permen.
Dia melompat-lompat di sekitar kamar dengan sukacita, mengeksplorasi setiap sudut dan detail yang indah. Dia meraba bantal-bantal empuk dan merasakan kelembutannya dengan senang hati. Kemudian, dia berlari ke jendela besar dan melihat pemandangan yang menakjubkan di luar sana.
"Sungguh luar biasa!" serunya dengan kegembiraan. "Ali, lihatlah pemandangan ini! Kita bisa melihat seluruh kota dari sini!"
Ali tersenyum melihat keceriaan Angel yang menular. Dia menikmati melihat istrinya begitu bahagia dan tak terkendali.
Angel melanjutkan petualangannya di kamar dengan melompat ke tempat tidur besar yang mewah. Dia merasakan kelembutan seprei dan terguling-guling di atasnya sambil tertawa. Sepertinya dia tidak bisa menahan kegembiraannya.
Ali bergabung dengan kegembiraan Angel dan bersama-sama mereka terus menjelajahi kamar dengan riang. Mereka melihat-lihat perabotan yang elegan, menikmati fasilitas yang disediakan, dan tak henti-hentinya terkagum-kagum dengan keindahan ruangan.
Angel berputar-putar dengan sukacita di tengah ruangan, menikmati setiap momen dan menghargai setiap detail. Dia merasa begitu beruntung dapat melihat kamar hotel luar biasa ini.
Mereka berdua mengelilingi kamar dengan penuh kekaguman, menikmati setiap detail dan nuansa yang indah. Suasana yang intim dan romantis mulai terasa di udara.
Ali, dengan senyum nakal di wajahnya, mulai menggoda Angel dengan lembut. Dia merangkulnya dari belakang dan mendekapnya dengan lembut sambil berkata, "Sungguh, Angel, seingatku kita belum memiliki waktu khusus untuk berbulan madu, bukan?"
Angel terkejut dengan kata-kata Ali dan merasakan jantungnya berdebar lebih kencang. Wajahnya memerah, tetapi senyum malu-malu terukir di bibirnya. Dia merasakan getaran yang hangat di antara mereka, dan pikirannya mulai melambung dengan bayangan momen-momen yang belum mereka bagikan bersama. Sejak menikah mereka memang tidak pernah pergi ke manapun.
"Benar," jawab Angel dengan suara lembut, mencoba menahan kegugupannya. "Ini adalah momen yang sempurna untuk kita berdua. Tapi apa temanmu tidak keberatan?"
Ali menggenggam tangan Angel dengan penuh kasih sayang dan memandang matanya dengan penuh cinta. Mereka saling berhadapan, menciptakan ruang keintiman di antara mereka. "Tidak akan ada yang keberatan, Angel."
Suasana di kamar itu dipenuhi dengan cinta dan kehangatan. Ali dan Angel menikmati waktu mereka sebagai suami dan istri, saling menyapa dengan kelembutan yang hanya mereka berdua yang tahu. Mereka tertawa dan berbagi candaan, dengan keceriaan dan kehangatan yang meliputi setiap momen yang mereka alami bersama.
Dalam momen yang penuh kelembutan, Ali berkata, "Angel, aku sangat bersyukur memiliki kamu sebagai istriku. Setiap saat bersamamu adalah momen berharga, termasuk momen yang kita bagikan saat ini."
Angel tersenyum dengan penuh cinta dan mendekatkan bibirnya ke bibir Ali, menciptakan ikatan yang lebih dalam antara mereka. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan penuh kasih sayang, menciptakan kenangan indah yang akan mereka simpan selamanya.
****
Di lain tempat, Indra mengendarai mobil menyusuri jalanan yang sudah lenggang.
Indra, yang masih merasa dendam oleh perlakuan Ali di tadi pagi, hatinya diselimuti energi negatif yang sangat pekat, dendam. Keinginannya untuk membalas dendam mendorongnya untuk mencari bantuan dari geng Badak Batu, yang terkenal karena kebrutalannya, mengerjakan apapun jika dibayar dengan harga yang sesuai.
Ia mendapatkan informasi jika mereka berdiam di gedung yang belum jadi, di tengah kota. Gedung ini memang aneh, tak pernah dilanjutkan pembangunannya selama 20 tahun lebih.
Indra masuk ke markas geng Badak Batu dengan langkah tegap, "Saya mencari bos kalian. Saya memiliki urusan yang penting untuk dibahas!"
Anggota Geng Badak Batu menatap Indra dengan curiga, "siapa kamu dan ada urusan apa?"
"Nama saya Indra. Kalian pernah mendengarnya?" Ia melirik, sembari menyalakan rokok, "huft.... Saya datang ke sini dengan maksud tertentu. Saya ingin membicarakan sesuatu dengan bos kalian. Apakah bisa mengatur pertemuan? Sekarang." Ia menghembuskan asap perlahan.
Anggota Geng Badak Batu berbicara dengan nada tegas, "Bos kami tidak menerima janji pertemuan sembarangan. Tapi, jika kamu punya tawaran yang menarik, mungkin dia bersedia mendengarkan." Mereka tahu orang di depannya. Indra salah satu orang terkaya di kota Suro.
Indra mengambil napas dalam-dalam, "baiklah, saya memiliki rencana untuk membalas dendam pada seseorang yang telah mengganggu hidup saya. Saya membutuhkan bantuan Geng Badak Batu untuk menjalankan tugas ini. Balas dendam!" Raut wajahnya menyeramkan.
Anggota Geng Badak Batu mengangkat alis, "memangnya siapa orangnya? Dan apa yang kamu tawarkan kepada kami?"
"Orangnya adalah Ali. Dia telah mempermalukan dan merusak hidup saya. Saya ingin memberinya pelajaran yang tak terlupakan. Untuk imbalannya, saya siap membayar 500 juta."
Anggota Geng Badak Batu mengedipkan mata, "jumlahnya terdengar menarik. Tapi, kami perlu memastikan bahwa kamu benar-benar serius dan tahu apa yang kamu lakukan. Bos akan mempertimbangkan tawaranmu."
Salah satu anggota geng pergi, memanggil bos mereka.
Hampir setengah jam berlalu, Indra menunggu dengan tegang hingga akhirnya bos geng Badak tiba.
Robi, Kepala Geng Badak Batu, muncul dengan langkah mantap. Dia memiliki tubuh yang besar dan kokoh, ditambah dengan luka sayat yang melintang di mata kirinya. Tatapan matanya tajam dan penuh keberanian, mengungkapkan pengalaman dan kekerasan dalam hidupnya.
Indra, yang sebelumnya berpikir dia akan menghadapi anggota biasa, tercengang melihat kedatangan Robi. Dia merasakan gelombang ketakutan dan kekuatan yang menghantamnya secara fisik. Meskipun terkejut, Indra berusaha menyembunyikan ketakutan dan mempertahankan wajah yang tenang.
Robi, dengan suara berat dan tegas. "Indra, selamat datang di markas Geng Badak Batu. Aku mendengar kamu memiliki urusan yang penting untuk dibicarakan."
Indra menelan ludah, "ya, benar. Saya datang mencari bantuanmu. Ada seseorang yang perlu diberi pelajaran, dan saya yakin dengan keahlianmu, kau bisa membantuku dalam tugas ini.
Robi mengernyitkan alisnya yang tersayat, "Siapa orangnya? Dan apa yang membuatmu yakin bahwa aku akan membantu?"
"Saya ingin membalas dendam pada Ali atas perlakuannya. Saya siap membayar 500 juta sebagai imbalannya. Saya butuh bantuan dan keahlian Geng Badak Batu untuk melancarkan aksi ini. Jika mungkin buat dia seperti hidup, tapi mati!"
Robi mengangguk perlahan, "Ali sepertinya target yang cukup besar. Kami bisa mempertimbangkan permintaanmu. Namun, perlu diingat, kau membayar geng pemburu naga lebih besar. Kami akan memberikan pelajaran pada Ali, tetapi jika imbalannya lebih besar!"
Ternyata sebelum menemui Indra, Robi sudah mencari informasi terkait dirinya.
"Saya mengerti. 1 milyar! Tidak lebih dari itu."
Robi tersenyum licik, "baiklah, kesepakatan kita adalah 1 milyar untuk pelajaran yang akan diberikan kepada Ali. aku ingin uang muka setengah dari harga, dan sisanya akan diberikan begitu pelajaran selesai!"
Indra tertawa kecil membayangkan Ali akan berakhir di rumah sakit seumur hidupnya, "baiklah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
arumazam
mantullll
2023-06-08
1
Yuchen
termantap lagi🤣
2023-05-28
0
Yuchen
Au romantisnya🤩🤩
2023-05-28
0