Indra merasa angkuh dan pasti Karna bisa membunuh Ali. Dia menelepon pimpinan geng pemburu naga itu dengan harapan mendapatkan bantuan. Hubungan antara mereka? Hanya sebatas bisnis. Indra membayar, dan geng itu akan melakukan tugasnya. Namun, Ali tetap tenang dan tidak terlihat terintimidasi.
"Hei Ali, kau tidak akan bisa melawan aku!" ujar Indra dengan nada sombong. "Aku baru saja menelepon pimpinan geng pemburu naga, dan mereka akan datang membunuhmu!"
Geng yang dimaksud adalah salah satu geng yang menguasai dunia bawah di kota Suro. Mendengar nama geng itu saja bisa membuat orang ketakutan, apalagi bersinggungan dengannya!
Ali tersenyum dengan percaya diri. Dia merasakan energi yang membara dalam dirinya saat perkelahian semakin dekat. Baru kali ini darah di dalam tubuhnya mendidih, ia tak pernah sekalipun mau bertarung, tapi karena pengaruh dari kitab yang ia baca, sepertinya ia mulai menyukai perkelahian.
Tak sampai sepuluh menit, sepuluh orang memenuhi ruangan.
Kedatangan Karna dan anak buahnya menciptakan suasana yang tegang dan penuh ketegangan. Semua orang bisa merasakan kekuatan dan dominasi yang mereka bawa. Tidak ada yang berani menghalangi mereka karena takut akan kemarahan dan kekuatan mereka.
Dengan tubuh yang besar dan berotot, Karna dan sembilan anak buahnya mewakili ancaman yang nyata bagi siapa pun yang berani menantang mereka. Keberanian dan kekuatan mereka telah menggemparkan seluruh area, membuat semua orang tunduk dan mengakui dominasi mereka.
"Untuk apa kamu meneleponku malam-malam? Jika tidak penting, bukankah anak buahku cukup?" Ucap Karna, menyedot cerutu dengan santai dan menghembuskannya penuh keangkuhan.
"Bunuh dia!" Ucap Indra menunjuk keberadaan Ali.
Pimpinan sekaligus pasukan itu melihat Ali.
"Bunuh? Tentu. Pekerjaan sepele ini bisa kami lakukan. Tapi kenapa kau bilang harus aku yang datang?" Karna mulai meneliti Ali dari kaki sampai ujung rambutnya, juga mengelus kepala Ali. "Gembel seperti ini apa pantas kami yang harus mengerjakannya?”
"Aku akan membayarmu sesuai perjanjian kita. Satu pekerjaan untuk satu milyar." Kata Indra setelah berdecak.
"Ya... bisnis adalah bisnis. Maafkan aku teman kecil, sepertinya di kehidupan ini kamu tidak beruntung." Ucap Karna dengan entengnya. "Ada permintaan terakhir?"
"Aku menyukai baju ini. Walaupun lusuh, ini adalah hadiah dari istriku. Aku tidak ingin merusaknya. Biarkan aku melipatnya sebentar."
Karna tersenyum mendengar permintaan Ali, "baiklah. Permintaan dari mayat harus dikabulkan kali ini!"
Semua yang ada di dalam ruangan tertawa selepas-lepasnya. Bahkan Indra yang menahan sakit, juga ikut tertawa sampai bercucuran air mata.
Dengan gerakan tenang, Ali melipat lengan bajunya, terlihat tato yang terpahat dengan jelas di kulitnya.
Pemimpin geng itu langsung tersungkur, berlutut. Pasukan yang ia bawa juga mengikuti Karna meski tak mengetahui dengan pasti apa yang terjadi.
"Tuan!" Karna mengubah mimik wajahnya yang memuakan tadi menjadi mimik ketakutan. Pandangan Karna, ketua geng pemburu naga tertuju pada tato itu.
Karna tau, simbol itu adalah tato yang hanya dimiliki oleh pimpinan tertinggi geng pemburu naga. Sang pendiri!
Untuk tato di lengan Ali. Bahkan ia juga tidak tau, ia tidak pernah mencoret-coret tubuhnya.
"Kau, memanggilku tuan?" Ali melirik.
"Maafkan saya tuan, saya tidak mengenalimu sebelumnya."
"Tunggu, kau mengenalku?" Tanya Ali.
"Saya tidak mengenalimu, saya hanya..."
"Tunggu! Kalau aku tuanmu, aku akan menyelesaikan urusanku lebih dulu. Karena itu lebih penting dari mendengar ocehanmu!" Potong Ali.
"Baik tuan."
Indra hanya diam menyaksikan hal itu. Ia tidak tau apa yang terjadi sampai Karna dan para pengikutnya langsung berlutut di hadapan Ali.
"Buat kontrak penyerahan aset sekarang juga atau aku akan membunuhmu!"
"Maksudku tidak ada masalah dengan geng pemburu naga," ujar Ali dengan suara tenang namun penuh keberanian. "Tapi aku yakin kita bisa menyelesaikan ini tanpa bantuan mereka."
Pasukan geng pemburu naga yang tadinya siap untuk menyerang Ali merasa ketakutan dan ragu. Mereka menyadari bahwa Ali adalah lawan yang tangguh dan berani, bahkan di mata pimpinan mereka sendiri.
"Pimpinan, apa yang harus kita lakukan?" tanya salah seorang anggota pasukan geng pemburu naga dengan gemetar.
Pimpinan Geng Pemburu Naga melirik tato di lengan Ali, merasa terpukau. Dia mengerti arti dari tato tersebut dan mengakui keberadaan Ali.
"Kita tidak akan melawan tuan Ali," ujar Pimpinan Geng Pemburu Naga dengan suara tegas.
Pasukan geng pemburu naga yang tadinya siap untuk berperang, akhirnya tunduk dan menghormati Ali.
Indra melihat situasi berubah. Dia menyadari bahwa upayanya untuk membunuh Ali telah gagal. Dengan hati yang berat, "aku mengaku kalah. Akan aku siapkan berkas berkasnya." Ujar Indra dengan nada rendah. Putus asa.
Ali mengangguk sebagai tanda. "Pilihan yang tepat. Aku akan menunggu di sini, kau punya sekretaris kan? Biar dia yang menyiapkan. Kau? Tanpa perintahku, jangan kau berani pergi!"
Dalam ruangan yang didominasi oleh suasana serius, Indra duduk di lantai dengan raut ketakutan, sementara Ali duduk di sisi lain dengan wibawa yang memancar. Selembar berkas penting ditempatkan di antara mereka, menunggu tanda tangan yang akan mengubah kepemilikan hotel.
Sekretaris juga sudah memanggil Notaris untuk memastikan semua persyaratan hukum terpenuhi dan menyampaikan instruksi tentang proses tanda tangan.
Indra mengambil pena dengan tangan gemetar, mewakili perasaannya yang campur aduk di saat ini. Ia marah, frustrasi, ingin membunuh Ali, juga ketakutan yang luar biasa. Meskipun kehilangan kepemilikan hotel, dia menyadari bahwa transaksi ini adalah langkah yang benar. Daripada nyawa melayang, lebih baik memberikan kemenangan sementara ini pada Ali. Ia pasti akan membalasnya!
Indra menandatangani berkas tersebut, mengakui pemindahan aset kepada Ali.
Ali, dengan keyakinan yang mantap, mengambil giliran berikutnya. Dia memegang pena dan menandatangani berkas tersebut. Seiring dengan goresan pena di tangannya, dia mengambil tanggung jawab penuh atas hotel yang akan menjadi miliknya kembali.
“Sekarang pergilah! Aku tidak ingin melihat wajahmu. Jangan coba untuk menipuku lagi, atau kau akan kubuat berpikir lebih baik mati!” Ancam Ali, ia benar-benar serius hingga dingin mengelilingi seluruh ruangan.
Indra meninggalkan ruangan dengan rasa dendam yang membara di dalam hatinya. Dia merasa terhina dan terpukul oleh kekalahan dan kehilangan yang dialaminya. Namun, bukannya menyerah atau menerima keadaan dengan lapang dada, Indra memutuskan untuk merencanakan balas dendam terhadap Ali, tanpa memedulikan apa pun konsekuensinya.
"Kau akan membayar atas kehancuran yang kualami," gumam Indra dalam hati dengan penuh tekad. "Aku tidak akan membiarkanmu begitu saja. Apapun yang terjadi, aku akan membalas!"
Indra bersumpah untuk menemukan kelemahan Ali dan memanfaatkannya untuk menjatuhkannya lagi. Dalam benaknya, dia merancang skenario untuk melampiaskan amarahnya.
Indra sadar bahwa untuk mencapai tujuannya, dia perlu mengumpulkan sekutu yang kuat dan berpengaruh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Eros Hariyadi
Lanjutkan Thor 😝😄💪👍👍👍
2023-06-08
0
Eros Hariyadi
menghadapi Hendra, nantan teman yang berkhianat dan pernah menusuk Ali dari belakang, kok caranya sederhana dan Naif seperti itu, serah terima Asset sebesar itu ga bisa dilakukan dibawah tangan seperti itu, ga mempunyai kekuatan hukum yang pasti...mustnya harus didepan Notaris dengan menggunakan Akta Notariil...dan kekayaan Hendra yang hasil menipu mustinya dijarah, kalo perlu dihabisi...byar ga timbul masalah di kemudian hari...😝😄💪👍👍👍
2023-06-08
3
arumazam
jossss
2023-06-07
1