Karna

Ali dan Angel berjalan ke tepi jalan dan mengecek apakah ada taksi yang tersedia. Setelah beberapa menit, mereka berhasil menemukan taksi kosong yang lewat di depan mereka. Mereka dengan cepat masuk ke dalam taksi dan memberikan tujuan mereka kepada sopir taksi.

Taksi melaju di tengah jalan yang ramai. Ali dan Angel duduk di belakang, dengan jendela terbuka sedikit untuk menghirup udara segar. Mereka menikmati perjalanan sambil melihat pemandangan sekitar.

Ali menunjuk ke arah taman yang dilewati taksi. "Ingat waktu kita sering bertemu di taman itu dulu?" tanyanya kepada Angel sambil tersenyum.

Angel mengangguk. "Ya, betul. Kita sering menghabiskan waktu di sana. Cerita lama." Dia menatap keluar jendela, melihat anak-anak berlarian di taman, "saat aku bekerja, apa yang kamu rasakan?"

"Memikirkanmu!" Ali mencubit hidung Angel, seketika membuat wanita itu kebas di area pipi.

Taksi melintasi jalan raya yang sibuk, membuat mereka terperosok ke dalam kegembiraan nostalgia. Mereka mulai membagikan kisah-kisah lucu tentang petualangan mereka di masa lalu, saat mereka masih berpacaran. Mereka tertawa keras dan berulang kali harus menahan tawa agar taksi tidak berubah menjadi panggung komedi.

Tiba-tiba, hujan turun dengan lebatnya. Tetesan air menghiasi jendela taksi, menciptakan suara lembut yang menenangkan. Ali menoleh ke Angel dan berkata, "Sepertinya kita perlu mengubah rencana. Bagaimana jika kita mampir ke kedai kopi favorit kita untuk menghangatkan diri?"

Angel ingat, dan setuju dengan usul Ali. Mereka memberi tahu sopir taksi untuk mengantarkan mereka ke kedai kopi. Sesampainya di sana, mereka memilih meja yang nyaman di sudut kedai, sambil menikmati aroma kopi yang harum.

“Rasanya tidak pernah berubah!” ucap Angel menyesap kopinya kembali.

Sambil menyeruput kopi, mereka mengobrol tentang hal-hal yang lebih dalam. Entah awal pertemuan, atau saat pertama Ali menyatakan cinta dengan ragu-ragu.

"Angel, tunggu sebentar, aku ingin ke toilet."

Saat Ali menuju ke toilet, tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Orang tersebut langsung memandang Ali dengan tatapan marah dan memulai perselisihan singkat.

"Kamu buta!" Ujarnya memandang Ali tidak enak.

Ali dengan sopan membalas, "maaf, bukankah anda yang menabrakku?"

"Maaf? Aku yang menabrakmu?" Pria itu menyeringai, "ganti rugi! Aku harus pergi kerumah sakit, apa ada yang retak atau tidak."

Ali mengernyit, "apa tulangmu serapuh itu?"

"Ck, kalau aku bilang ganti rugi, ya ganti rugi!"

Tidak berapa lama kemudian, tiga teman orang tersebut datang dan berdiri di sekitar Ali, membuat situasi semakin tegang.

"Ada masalah saudaraku?" Ucap pria bertopi.

'Dia menabrakku, bahuku sekarang sakit sekali!" Ia mulai berakting seakan dirinya sangat kesakitan.

Disela akting yang terlihat tidak meyakinkan itu, pria berambut keriting mencengkeram bahu Ali. "Kau tahu siapa yang..."

"Kita selesaikan diluar!" Hilang sudah kesabaran Ali.

Ali menyadari bahwa perselisihan semakin memanas dan tidak ingin situasi menjadi lebih buruk di dalam kedai Nostalgia ini. Dia memutuskan untuk membawa pertengkaran mereka ke luar kedai. Menyenggolkan bahu dengan sengaja, Ali berjalan ke pintu keluar, diikuti oleh orang tersebut dan teman-temannya.

"Kalian tahu? Meringkus empat orang sangat mudah dini hari tadi. Sepertinya pagi ini aku juga akan meringkus kalian," kata Ali kepada empat penipu itu.

"Mencoba menakuti kami? Hah, sayangnya kami tidak takut!"

"Mungkin kita harus tunjukkan siapa bosnya!" Pria bertopi melirik rekan-rekannya.

Di parkiran yang sepi, keempat penipu itu mencoba mengeroyok Ali, berusaha melayangkan pukulan untuk menakuti Ali. Namun, dalam waktu empat detik, Ali dengan cekatan berhasil mengatasi mereka satu per satu. Menendang, memukul, menampar, itu yang Ali lakukan pada mereka.

"Tunggu! Jika kau teruskan, aku tidak akan segan menelepon..."

Plak!

"Menelepon..."

Plak!

Ali terus menerus menampar seseorang yang menyenggolnya sebelum ia berhasil menyelesaikan kata-katanya.

Sambil menangis, pria itu memegangi pipinya yang membengkak hebat. "Ayolah, aku ingin berkata sesuatu."

Ali akan menamparnya, pria itu memejamkan mata.

"Menelepon siapa? Panggil semua orang yang kamu kenal!" Bentak Ali, membuat mereka berempat ciut. "Jawab!"

"Karna!"

Ali membuka matanya lebar. "Karna?"

"Hahaha... Kau takut? Aku bisa memanggil ketua geng pemburu naga jika aku mau! Dia ada di dalam kedai!" Pria itu menyeringai, puas melihat ekspresi kaget dari Ali.

"Panggil dia!" Jawab Ali cepat.

"Kau tidak takut? Atau tidak tahu siapa dia?"

"Aku bilang panggil dia, sekarang!"

Ali, yang sudah membayangkan akan menghadapi pria bertubuh kekar yang ia kenal, terkejut melihat seseorang yang sangat berbeda tiba di parkiran. Orang itu memiliki tubuh kurus dan tampak lebih kurang energi.

Ia tertawa sejadi jadinya, begitu serius ia menanggapi mereka berempat, tapi yang datang malah ikan teri lainnya.

Dengan cepat ia mengambil ponselnya.

"Halo! Kamu tahu kedai Nostalgia? Datanglah dalam sepuluh menit! Aku di parkiran." Sengaja Ali mengeraskan suaranya agar mereka semua mendengar.

Ali menoleh ke arah mobil sport yang baru saja terparkir tidak jauh darinya. Ia tersenyum mendominasi saat seseorang yang bertubuh kekar keluar dari mobil tersebut. Ali tahu bahwa orang itu adalah Karna yang asli, sosok pemimpin geng pemburu naga.

Seingat Ali, karna memiliki senyuman yang begitu angkuh, tapi saat ini ia tidak lagi melihat itu, justru kebalikannya. Tapi tetap saja, meski tidak ada sombong di wajahnya, Karna masih melangkah dengan langkah tegap, gagah.

"Ada masalah apa, tuan Ali?" Tanya Karna begitu sopan.

Ali menyeringai, "sepertinya mereka mengenalmu. Aku tinggalkan kalian, aku ingin menikmati waktu bersama istriku." Ia berpaling, melangkahkan kali menuju kedai.

Mendengar itu Karna menoleh, kembali memasang raut angkuh yang mengerikan. Bahkan nada suara yang dikeluarkannya begitu berbeda saat masih ada Ali di hadapannya.

“Kalian mengenalku?” suara berat yang mendominasi.

Suaranya yang getarannya begitu kuat membuat mereka merasakan ketidakberdayaan. Khayalan yang berhasil menipu dan memeras Ali berubah menjadi bayangan yang menakutkan. Keberanian dan keyakinan dalam diri mereka mulai luntur, digantikan oleh rasa takut yang mendalam.

Mereka tahu dengan pasti wajah dari orang yang katanya mereka kenal.

“Aku tidak mengenal kalian, jika kalian masih diam, berarti kalian seperti orang-orang yang menggunakan namaku sembarangan!”

Setiap seruan suara itu mengguncang emosi mereka, meninggalkan jejak kematian dalam pikiran.

Sebuah notif pesan tidak menurunkan tekanan membunuh yang mereka rasakan. Karna mengangkat ponselnya.

“Jika selesai, langsung saja kembali. Aku bersama istriku, jangan sampai ia tahu kita memiliki hubungan.”

Karna memasukkan ponselnya kembali. Sudah jelas mereka semua membuat masalah mengatasnamakan dirinya.

Bum, bum, bum...

Dengan keahlian Karna tidak perlu mengeluarkan tenaga terlalu besar menghancurkan para penipu ini.

“Jika aku tahu kalian menggunakan namaku lagi, aku tidak akan membiarkan mayat kalian ditemukan, bahkan oleh anjing pelacak sekalipun!” Ancam Karna, lalu meninggalkan tempat itu.

Terpopuler

Comments

arumazam

arumazam

luar biasa

2023-06-08

1

Yuchen

Yuchen

ceh kira ku tadi mau pamer kesombongan rupa lihat Ali lalu ciut itu sombongnya🤣

2023-05-28

0

Yuchen

Yuchen

ya elah cuma ditabrak doang badannya kayak keramik aja🗿

2023-05-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!