Narkoba

"Dari mana saja kamu Ali?" Tanya ibu Ali lembut.

"Ibu, aku, maafkan aku."

"Tidak apa, Ali. Ibu memaafkanmu." Setenang tetes air, lebih lembut dari belaian kapas, Ali tenggelam dalam lautan maaf seorang ibu.

Ali memeluk ibunya lama, mendengarkan setiap detak jantung yang setiap detik membuang kerinduan.

"Ibu, apa ibu sakit?" Tanya Ali. Begitu khawatir melihat kondisi fisik ibunya yang banyak berubah dalam empat tahun terakhir.

"Tidak, Ali. Ibu sehat." Jawab ibunya mengusap rambut Ali.

"Lalu, obat untuk siapa ini?" Desak Ali menunjuk sebuah kantung plastik.

Tergambar begitu berat ia mengucapkan, "Neli."

Ali duduk di samping ibunya, wajahnya penuh kekhawatiran dan keterkejutan. Ibunya menatapnya dengan mata yang penuh air mata, mencoba menemukan kekuatan untuk menceritakan keadaan Neli. Ali merasakan getaran gelisah di dalam dirinya, tidak tahu apa yang akan didengarnya.

Dengan suara yang gemetar, ibu Ali mulai bercerita, "Ali, keadaan Neli sangat buruk. Dia terjerumus dalam dunia narkoba dan hampir kehilangan nyawanya. Aku... aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku merindukannya setiap hari dan berdoa agar dia bisa mendapatkan bantuan yang dia butuh kan."

Ali samping ibunya, wajahnya penuh kekhawatiran. Ia menatap ibunya dengan penuh penasaran dan rasa bersalah. "Ibu, aku benar-benar terkejut mendengar tentang Neli. Bagaimana ini bisa terjadi?" tanyanya dengan suara yang penuh kegelisahan.

Ibu Ali, yang terlihat lelah dan sedih, mengusap air matanya dengan lembut. "Oh, Ali, maafkan ibu. Aku mencoba mencarimu selama ini. Neli terjerat dalam narkoba dan semakin terpuruk. Aku berharap aku tidak menangani semuanya sendiri," kata ibunya dengan nada sedih.

Ali merasa sesak di dadanya saat mendengar penjelasan itu. Dia merenung sejenak, berusaha mengingat momen terakhirnya dengan adik perempuannya yang ia cintai. Perasaan bersalah pun meliputi hatinya. "Kenapa dia sampai seperti itu? Kenapa aku tidak bisa mencoba mencari kabar keluargaku sekali-kali!" gumamnya dalam hati. Ia begitu marah terhadap dirinya sendiri. “Benar kata orang-orang yang menggunjing dan mengolokku. Aku sangat tidak berguna!”

Ibu Ali melihat kegelisahan yang terpancar dari wajah Ali. Dengan lembut, ia mengambil tangan Ali dan menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Ali, aku tahu kamu merasa bersalah, tapi ini bukan salahmu. Neli sendiri yang terjerat dalam lingkaran narkoba ini. Aku juga merasa tidak tahu apa-apa selama ini," ucap ibunya dengan suara yang penuh pengertian.

Ali menggenggam tangan ibunya erat-erat, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Tapi, ibu, bagaimana keadaan Neli sekarang?" tanya Ali dengan rasa penasaran yang tidak terbendung.

Ibu Ali menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. Air matanya kembali mengalir saat ia bercerita tentang perjuangan Neli. "Ali, Neli berjuang dengan kecanduan narkoba selama beberapa tahun. Aku sudah mencoba membawanya ke beberapa pusat rehabilitasi, tapi dia selalu kabur. Aku merasa putus asa, Ali. Aku takut akan kehilangan dia," kata ibunya dengan suara terisak-isak.

Ali merasa penuh empati terhadap ibunya. Dia memahami perasaan kebingungan dan keputusasaan yang dirasakan ibunya. Namun, di balik rasa itu, ada api yang berkobar dalam hati Ali. Ali tahu bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk membantu adiknya.

"Ibu tahu siapa yang membawa Neli ke jalan sesat itu?" Tanya Ali. Jika saja ia tahu siapa orangnya, Ali berniat tidak akan mengampuni nyawa orang itu. Ali berniat mencari keberadaannya, bahkan sampai ujung neraka!

Ibu Ali menggeleng, "aku tidak tahu. Terakhir kali, seorang pria seumuran denganmu membawanya pergi. Sepertinya temanmu, ibu tidak ingat."

"Temanku? Bagaimana cirinya?"

"Ia hampir seperti dirimu saat ini. Tapi lebih kurus, mungkin karena narkoba. Rambutnya sebahu berwarna merah darah."

Ali menerka, siapa temannya yang seperti itu. Ia tidak mengetahui dengan hanya mendengar ciri, ia menunggu sesuatu yang khas dari persaksian ibunya.

"Setiap orang bisa seperti yang ibu bilang. Apa tidak ada yang lebih spesifik?"

"Ada semacam luka jahit di kepalanya!"

Terbesit satu orang yang ia kenal. Sangat kenal. Ali mengepalkan tangan.

"Ibu, ibu jangan khawatir. Aku sekarang ada di sini!" Ia memeluk erat ibunya. "Aku tidak akan membiarkan Neli seperti itu lagi."

Ali memasuki ruangan perawatan adiknya, hatinya berdebar-debar dengan kekhawatiran dan sedih melihat keadaan Neli. Dia terguncang melihat betapa berbedanya adiknya dengan sebelumnya. Neli yang dulu begitu ceria dan cantik, kini tampak rapuh dan kurus. Tubuhnya terikat pada tempat tidur rumah sakit, sebagai saksi bisu dari perjuangan hidup yang berat.

Ali mendekati tempat tidur Neli dengan hati yang berat. Dia menggenggam tangan adiknya yang kedinginan, merasakan kerapuhan yang tidak terbayangkan. Air mata mulai mengalir di pipi Ali saat ia mencoba menahan kesedihan yang meluap. Dia ingin memberikan kekuatan dan harapan pada Neli, tetapi ia sendiri merasa terpukul dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Neli," Ali berbisik dengan suara penuh kelembutan, "Aku di sini bersamamu. Aku akan menjagamu dan membantu kamu pulih. Kita akan melewati ini bersama, lagi."

Ali melihat Neli yang terbaring lemah, tatapan matanya kosong dan penuh kelesuan. Dia merasakan betapa jauh adiknya telah terperosok ke dalam belenggu obat terlarang. Ali merasa bersalah karena telah absen dari kehidupan Neli selama bertahun-tahun, tidak menyadari betapa buruknya situasi yang ia hadapi.

Dia duduk di samping Neli, memeluk tubuhnya dengan lembut. "Neli, maafkan aku," gumam Ali dengan suara yang penuh penyesalan. "Aku harusnya di sini untukmu, aku harusnya menjagamu dari ini. Aku janji, mulai sekarang, aku akan menjadi saudaramu yang sebenarnya. Aku akan membantu kamu melewati ini."

Ali tahu bahwa perjalanan pemulihan Neli tidak akan mudah. Tapi dia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah menyerah. Dia akan mencari segala cara untuk membantu Neli keluar dari jeratan narkoba dan memulihkan kehidupannya yang indah, dengan cara apapun. Bila perlu memberantas dunia gelap sekalipun!

Ali berjalan keluar dari ruang perawatan Neli dengan kepala yang penuh dengan pikiran tentang perjuangan pemulihan adiknya. Namun, tiba-tiba dia dikejutkan oleh dua pria yang besar dan intimidatif di koridor rumah sakit. Wajah mereka penuh dengan ketegangan dan sikap kasar yang mengancam, di hadapan ibunya. Sepertinya mereka sudah berbicara cukup lama dengan ibu Ali. Sekarang ia tahu apa yang terjadi, meski suara pembicaraan mereka pelan, Ali bisa mendengarnya.

Sudah lebih dari satu tahun ibu Ali menunggak hutang cukup besar. Hal ini tidak diketahui Ali. Yang pasti ibu Ali berhutang untuk pengobatan Neli.

Wajah Ali berubah menjadi serius dan ia mengambil napas dalam-dalam untuk menghadapi situasi ini. "Siapa kalian dan berapa jumlah hutang tersebut?" tanyanya dengan suara yang tetap tenang.

Terpopuler

Comments

arumazam

arumazam

sabarlah bro

2023-06-08

1

Yuchen

Yuchen

😢😢😢

2023-05-28

0

Yuchen

Yuchen

Oh adek perempuannya kok bisa main narkoba? 🤔

2023-05-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!