Narkoba 6

Ali terburu-buru mengeluarkan ponselnya dan melihat pesan singkat dari Rudi. Dia terkejut dengan pesan tersebut, namun juga merasa penasaran dengan apa yang ingin dikatakan Rudi.

Ali membaca dalam hati, "Perumahan Teratai Merah? Apa yang Rudi inginkan dariku?"

Tanpa banyak pertimbangan, Ali segera bergegas meninggalkan tempatnya dan menuju Perumahan Teratai Merah. Dia melintasi jalan-jalan kota dengan cepat, mengabaikan keramaian di sekitarnya. Pikirannya dipenuhi dengan antusiasme tentang apa yang akan dibicarakan oleh Rudi. Mungkinkah tempat itu?

Setelah beberapa saat, Ali tiba di Perumahan Teratai Merah. Tempat itu terkenal sebagai salah satu lingkungan kalangan atas, dihuni oleh orang-orang kaya dengan latar belakang yang beragam.

Bangunan-bangunan megah dengan arsitektur modern menjulang tinggi di sekitarnya, dilengkapi dengan taman-taman yang indah dan fasilitas yang lengkap.

Mobil-mobil mewah berderet rapi di garasi-garasi yang luas, menandakan kekayaan pemiliknya. Jalanan yang terawat dengan baik, ditutupi oleh aspal yang mulus, memberikan kesan kemewahan dan kemakmuran. Namun sayang itu semua hasil dari kejahatan.

Ali melihat sekelilingnya, mencari kehadiran Rudi.

"Di mana Rudi? Apakah aku datang ke tempat yang salah?" Pikir Ali.

Tiba-tiba, dari kejauhan, Ali melihat Rudi yang berdiri di bawah pohon besar di sudut perumahan. Rudi tampak segar pagi ini. Ali mendekat dengan perlahan.

"Hai, Rudi. Ada apa? Kenapa kita harus bertemu di tempat seperti ini? Kamu punya rumah mewah di sini?"

Rudi menggeleng, "kawan, kau butuh pekerjaan bukan. Aku akan membawamu pada seseorang yang mau membayar kita."

Rudi melihat cahaya yang terpancar dari wajah Ali, dan dia langsung memahami bahwa ini adalah momen penting. Ia anggap Ali benar-benar bersyukur mendapat pekerjaan.

"Tenang saja, kawan. Aku juga di sini untukmu. Kita akan bekerja sama." Kata Rudi antusias.

"Ada pengedar narkoba lain yang beroperasi di dalam perumahan ini?"

"Pengedar lain? Maksudmu aku mengambil barang dari pengedar lain? Tidak kawan, di sini adalah tangan pertama. Bandarnya! Jadi kita akan mendapat untung lebih besar. Kabar baiknya, mereka lebih memilih menggunakan anak-anak jalanan untuk menjalankan bisnis mereka."

Ali merasa hatinya berdegup kencang mendengar pengakuan Rudi. Ini adalah titik balik dalam penyelidikannya, dan dia merasa semakin bertekad untuk mengungkap dan menghentikan jaringan narkoba yang ada. Menggunakan remaja seumuran Rudi?

“Tenang, aku kan bicara pada mereka kalau kau tidak terlalu tua!” Ia mengira Ali khawatir akan hal itu.

"Lalu kita tunggu apa lagi?"

"Jangan terburu-buru, kawan. Mereka sedang mempersiapkan barangnya. Kelas nomor satu. Kalau kita menjual habis itu barang, kita akan mendapat untung besar!" Rudi meninju langit untuk berselebrasi. "Karena aku yang mengajakmu, keuntungannya enam banding empat!"

"Ambil semua keuntungannya." Ucap Ali, tak peduli dengan keuntungan. Ia cukup bersyukur sudah mendapat tangkapan besar. Dengan menghancurkan yang katanya tangan nomor satu, berarti menghentikan peredaran narkoba di kota Suro."

Seakan tak percaya, Rudi menganga, "kamu benar tidak ingin apa-apa?" Setelah Ali mengangguk, Rudi terlihat lega dan sangat senang.

Saat Ali tengah memperhatikan jalanan di perumahan itu, sebuah mobil hitam mendekat dengan perlahan. Seiring mendekat, ia menyadari bahwa itu adalah mobil yang digunakan oleh suruhan bandar narkoba.

Ali langsung merasakan adanya amarah yang memuncak pada dirinya, tetapi dia langsung menghilangkan hawa membunuh itu, tidak ingin menunjukkannya sekarang.

"Sepertinya aku merasakan sesuatu tadi." Ucap Rudi merasa tiba-tiba tubuhnya merinding.

Ali terus memperhatikan mobil itu, "Mereka?"

Rudi mengangguk, wajahnya penuh senyum percaya diri, menunggu mobil tersebut berhenti di dekat mereka.

Mobil berhenti tepat di depan mereka, dan pintu pengemudi terbuka perlahan. Seorang pria berbadan tegap dan tatapan tajam keluar dari mobil, dan Ali langsung mengenalinya sebagai salah satu teman kampusnya!

Pria Suruhan itu berbicara dengan nada tajam, "Hei, Rudi! Kemari dan ambil barangmu!"

Ali berusaha menjaga ketenangan dan berusaha tak melihatnya. Sedang orang itu menatap Ali penuh selidik.

"Hei, kau!" Orang itu mendekati Ali, "tuan muda Ali!" Teriak orang itu setelah memastikan ia benar-benar mengenalnya. "Hahaha... Pengangguran ini membeli narkoba!"

Ali memastikan kalau perumahan ini adalah kawasan bandar narkoba. Pasti sudah dikuasai sampai orang yang dikenalnya ini berani untuk berteriak sekeras itu.

"Kau mau memakainya sendiri atau menjualnya?" Tanya pria itu.

Ali menatapnya tidak suka.

"Hey, kau kan temanku. Bilang saja perlu berapa banyak. Aku akan memberimu potongan harga. Itu kalau kamu sanggup membayar... tapi kurasa kau tak akan sanggup membayarnya!" Ia tertawa terpingkal-pingkal sampai memegangi perutnya.

"Berhentilah tertawa, aku ingin bertemu bosmu!" Ucap Ali dingin.

"Kau ingin bertemu dengan bosku? Untuk apa, dia tidak akan merekrut pengedar kecil sepertimu!" Telunjuknya mendorong bahu Ali yang tidak bergoyang sedikitpun.

"Suruhan sepertimu mana tahu tentang bisnis."

"Oh, kau yang kehilangan sebuah hotel lebih tau bisnis? Begitu?"

Brak...

Kepala orang itu terimpit di antara tangan dan bodi mobil.

"Aku ingin bertemu dengan bosmu!" Ancam Ali.

Disisi lain, Rudi yang mengetahui itu berlari kearah Ali untuk membantu pria itu. Tapi Ali terlalu kuat, hanya dengan sedikit dorongan sudah menghempaskan Rudi.

"Hentikan Rudi!" Bentak Ali, "pergilah ke hotel Sohoo. Cari orang yang bernama Kevin. Kau tidak perlu bekerja seperti ini lagi."

Ali mengangkat pria itu, "dan untukmu. Jika kau tidak menunjukkan tempatnya juga tidak masalah. Aku bisa mengajak acak perumahan ini."

"G12. Dia di sana!" Pria itu berteriak karena kesakitan.

Ali dengan mudah melempar pria itu.

"Ini uang untukmu. Beli beberapa baju!" Ali meletakkan segepok uang di hadapan Rudi. "Pergi jauh dari tempat ini." Kata Ali karena tau tempat ini akan segera dipenuhi warna merah. “Terima kasih telah membawaku ke sini.”

Rudi mengambil uang itu dan berlari sekuat yang ia bisa karena merasakan hawa membunuh yang sangat pekat dari Ali.

Dia mengambil ponselnya dan segera mengirim pesan kepada Karna, pemimpin Geng Pemburu Naga, untuk meminta bantuan mereka dalam menjalankan aksi tersebut.

"Karna, ini Ali. Aku membutuhkan bantuanmu dan Geng Pemburu Naga. Kita akan menggempur bandar narkoba di Perumahan Teratai Merah. Siapkan pasukanmu untuk bertindak!"

Ali mengirim pesan tersebut dengan harapan Karna dan anggota gengnya akan segera menanggapi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi gembong narkoba ini.

Sebenarnya Ali cukup yakin bisa menyelesaikan mereka semua seorang diri, tapi Ali berpikir akan berbahaya jika dia dicari dikemudian hari. Ia masih sempat memikirkan keluarganya.

Beberapa saat kemudian, ponsel Ali bergetar menandakan adanya balasan dari Karna.

“Tuan, kami siap. Aku sudah mengumpulkan semua anggota geng. Aku membawa ratusan orang. Kami berangkat.”

Terpopuler

Comments

arumazam

arumazam

bantai bro

2023-06-10

1

Yuchen

Yuchen

siap membantai nih tuan🤩 tumben aja ndk termantap-termantap nih🤣

2023-06-03

0

Yuchen

Yuchen

karena warna merah warna darah, eh tapi juga warna merah warna cinta🤣

2023-06-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!