Ali menyadari bahwa dia memiliki pilihan untuk meninggalkan kitab itu dan melanjutkan hidupnya seperti biasa, tetapi penasaran merayap di benaknya. Setelah beberapa tarikan napas, ia memutuskan untuk membawa kitab pembunuh naga pulang dan membacanya lebih lanjut.
Tapi pertama ia akan memastikan bahwa kitab ini mengada-ada atau benar nyata. Toh ada sebuah lokasi yang disebut di dalam kitab. Di gunung Brahma.
Dengan hati-hati, Ali melipat kitab itu menjadi paket kecil dan menyimpannya di dalam tas ranselnya. Ia merasa bahwa petualangan baru telah menantinya, dan takdirnya mungkin berubah selamanya.
Ali melanjutkan perjalanan dengan kitab pembunuh naga yang ada di ranselnya. Semakin sering ia melangkah mendekati tempat yang disebutkan, semakin kuat getaran kegembiraan dan ketakutan yang berkecamuk di dalam dirinya. "Apa yang akan aku temukan di tempat itu nanti? Apakah kekuatan naga?"
Ketika matahari mencapai titik puncaknya di langit, Ali akhirnya mencapai tempat yang dijelaskan dalam kitab. Di sana, di antara batu-batu besar yang mengelilingi puncak, ia menemukan sebuah gua yang tersembunyi. Cahaya memancar dari dalam gua itu, menariknya seperti magnet.
Dengan hati berdebar, Ali memasuki gua dengan hati-hati. Kelembaban dan aroma kuno menyapu wajahnya. Di dalam gua itu, ia menemukan sebuah altar batu dengan sebuah patung naga terpahat di atasnya. Ali merasa kehadiran magis di sekitar tempat itu.
Tanpa ragu, Ali membuka kembali kitab pembunuh naga di atas altar dan membaca mantra yang tertera di salah satu halaman. Seketika, gua itu dipenuhi oleh cahaya keemasan yang terang. Ali merasakan energi yang kuat mengalir masuk ke tubuhnya, mengisi setiap serat keberadaannya. Rasanya seperti badai energi yang menggetarkan dan memberdayakan setiap selnya.
Ali merasakan perubahan yang tidak terlukiskan dalam dirinya. Pikiran dan tubuhnya terasa lebih tajam, lebih kuat, dan lebih terhubung dengan alam semesta. Ia merasa kekuatan yang mengalir dalam dirinya, dan ia tahu bahwa ia telah diberkahi oleh sesuatu.
Tubuh Ali seketika menjadi kaku. Ia seperti dipaksa ambruk oleh sesuatu. Ali tidak bisa melawannya. Ia jatuh berdebam, sementara tubuhnya terus dialiri energi aneh.
Setelah tidak sadarkan diri, ia bangun dan mendapati kondisi gua berubah.
"Sepertinya aku tidak sadarkan diri!" Ali membersihkan dirinya dari tumbuhan merambat yang sudah membungkusnya. Yang tidak ia ketahui, ia telah tertidur selama enam bulan.
Saat Ali keluar dari gua, matahari terbenam di balik gunung-gunung yang menjulang. Dia menatap ke langit, terpesona oleh keindahan yang ia saksikan. Namun, keindahan itu bukan lagi hanya sekadar panorama alam. Ali melihatnya dengan mata baru, mata yang mengetahui kekuatan yang ia miliki. Ada aura aneh menyelimuti dirinya. Berwarna keemasan.
Ketika ia mulai turun gunung, Ali berusaha mencari tahu tentang kekuatannya yang baru. Apa semua hanya khayalan saja, atau ia benar-benar telah diberkahi? Dia mulai menguji batas fisiknya.
"Kita lihat seberapa pentingnya aura ini!"
Pertama ia mencoba lompat vertikal.
"Wohoo!" Tubuh Ali terhempas begitu tinggi, hampir setinggi pohon pinus di dekatnya.
Setelahnya ia terus mencoba berbagai hal, melompat jauh melewati jurang dan mengangkat batu yang berat dengan mudah. Dia sudah menyadari bahwa dia memiliki kekuatan yang luar biasa.
"Dengan ini aku akan membahagiakanmu, istriku." Senyum lebar merekah, "dan dengan ini, aku akan membalas kalian semua yang pernah membodohiku!" Rekahan itu lenyap, berubah drastis menjadi sangat menakutkan!
Dengan setiap langkah menuruni gunung, Ali menyadari bahwa takdirnya telah berubah. Dia tidak ingin lagi hanya menjadi seorang pengangguran biasa, setidaknya ia tidak lagi dipanggil tidak berguna!
Setelah perjalanan jauh pulang, ia baru sampai di rumah mertuanya pagi hari, sekitar pukul 10.
"Ali!" Suara lengkingan itu dari Nirmala, mertuanya. "Bukankah kamu sudah mati?"
"Anda masih menginginkan itu?" Jawab Ali.
"Oh, jadi ini Ali? Suami tidak berguna itu?"
Seseorang berdiri dari sofa, Ali tidak mengenalnya.
"Perkenalkan, saya Hendra, calon menantu di rumah ini, dan... aku bukan pengangguran!" Ucap Hendra memprovokasi.
"Beberapa hari saya tinggal, saya sudah dianggap mati?" Tanya Ali.
"Beberapa hari? Kamu sudah menghilang enam bulan lebih, bahkan tim SAR tidak bisa menemukan tubuhmu!" Ucap Nirmala.
Hendra mendekati Ali, tersenyum, senyum yang memuakkan!
"Sobat, seharusnya kamu tidak kembali ke rumah ini!" Kata Hendra memegang bahu Ali yang masih penuh tanah. "Pura-puralah mati, pergilah dari kota Suro. Aku akan membayarmu sepuluh juta!"
Ali mendelik. Memang uang sakunya terbilang kecil dari Angel, tapi atas dasar apa ia harus pura-pura mati?
Krak...
Bunyi patahan jari-jari Hendra. Merinding mendengarnya. "Pergilah dari hadapanku! Sepuluh, seratus triliun sekalipun aku tidak akan menyerahkan Angel!"
Hendra meringis, mengadu kesakitan, meminta tolong kepada Nirmala.
"Apa yang kamu lakukan, Ali!" Bentak Nirmala, berusaha melepaskan genggaman Ali. "Lepas!"
Terjadi ketegangan di sana, beberapa detik kemudian telepon rumah berdering. Kebetulan sekali, Nirmala tahu kalau yang menelepon pastilah Angel.
"Halo Angel? Pulanglah, Ali mengamuk di rumah!" Cerocos Nirmala.
"Ali? Suami Angel?"
Pendengaran Ali juga mendapat berkah dari kitab itu. Ali tahu, jika dari suaranya pastilah rekan Angel.
Ali menyambar telepon dengan khawatir, ia yakin kalau Angel sedang tidak baik-baik saja.
"Halo? Dengan siapa? Mengapa kau terdengar begitu terguncang?"
Dengan suara bergetar, "Ali, Angel sedang dalam kesulitan di kantornya. Dia membutuhkanmu segera. Tolong cepat datang!"
"Apa yang terjadi? Katakan padaku, apa yang sedang dia alami?"
"Manager di tempat kerjanya telah melecehkannya, Ali. Angel menangis dan sepertinya sangat terluka. Dia membutuhkanmu di sini sekarang."
"Aku akan segera datang, jangan khawatir. Angel adalah segalanya bagiku. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitinya." Raut wajah ali menghitam, ia tidak mengetahui cerita lengkapnya. Yang jelas ia akan segera menyelesaikan ini semua.
Ia melihat Hendra dengan tatapan ganas!
"Kau kemari naik apa?"
"Kenapa?"
"Serahkan kuncimu, dan enyah dari rumah ini!"
Mertuanya melihat Ali penuh kebencian, walau ia mendengar sedikit pembicaraan ditelepon itu, ia sepertinya masih tidak mau mempermudahnya.
"Jangan berikan kunci mobilmu, Hendra! Kamu seratus kali lebih baik dari Ali!"
Ali tidak menggubris, "serahkan kuncimu! Atau aku akan melakukan lebih dari mematahkan tanganmu!"
Mendengar itu Hendra semakin takut, butiran keringatnya mulai menetes. "Tapi..."
"Sepertinya memang harus seperti itu." Ali menendang kaki Hendra, ia tersungkur kesakitan memegangi kakinya. Sepertinya ia akan lama berada di rumah sakit.
"Masih tidak mau menyerahkan kuncimu?" Ali menatap tajam.
"Kau menantu kurang ajar! Aku akan segera menelepon polisi!"
"Ini kuncinya! To... tolong kembalikan, karena mobil itu bukan mobilku..." Menahan rasa sakit, Hendra menyerah. Ia tidak mau tubuhnya hancur karena mempertahankan mobil sewaan itu.
"Anda mendengarnya ibu? Sepertinya dia menipumu dengan berpura-pura kaya." Segera Ali meraih kunci mobil itu, tanpa memedulikan mertuanya yang masih membuat mimik tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Firenia
wkwkwk untung hanya dibungkus tanaman, ga dimakan hewan buas
2023-06-16
0
Eros Hariyadi
Lanjutkan Thor 😝😄💪👍👍👍
2023-06-08
1
Eros Hariyadi
Like and Favorit 😄💪👍👍👍
2023-06-08
1