Narkoba 3

Ali mencengkeram erat lengan Angga, membuat Angga ketakutan dan berjuang untuk melepaskan diri. Wajah Ali penuh dengan kemarahan yang memancarkan ancaman yang mengerikan. Angga, dengan nafas tersengal-sengal, mencoba meredam situasi.

"Ali, tolong, lepaskan aku!" seru Angga dengan suara gemetar. "Aku minta maaf jika aku membuatmu marah! Mari kita bicarakan masalah ini dengan tenang."

Ali, masih mencengkeraman dengan kuat, mengabaikan permintaan Angga. "Kamu pikir permintaan maafmu bisa mengubah segalanya?" ucap Ali dengan nada tajam. "Kamu telah membuat Neli seperti itu, dan sekarang kamu harus membayarnya!"

Bruak...

Ali melempar Angga seperti potongan kertas.

Namun, tiba-tiba, dua orang muncul dari balik sudut. Mereka dengan cepat mendekati Ali dan memegang pundaknya dengan kuat. Orang pertama bertubuh binaraga memiliki tato yang sama seperti Karna, sementara orang kedua tidak jauh beda dengannya tapi tanpa tato.

"Jangan membuat masalah!" kata orang pertama dengan suara penuh perhatian. "Cari orang yang sebanding dengan dirimu!"

Ali melihat wajah-wajah mereka, terlihat sangar dan penuh keangkuhan. "Kalian tidak punya hak campur tangan dalam urusanku!" bantah Ali dengan keras.

Namun, orang kedua dengan lembut berkata, "kami punya urusan denganmu. Apa kamu mengenal pria yang di sana?" ia menunjuk pintu keluar toilet, seorang pemuda yang sempat Ali pukul dan usir keluar. "Sepertinya benar dirimu!" Kata-katanya berubah, menjadi mendominasi.

"Habislah kau! Mereka anggota geng pemburu naga!" Ucap laki-laki di sebelah pintu.

"Ali, sebaiknya kamu pergi dari sini. Untuk semua kejadian tadi, lupakan. Ini demi keselamatanmu!" Ucap Angga.

Ali melirik Angga penuh kebencian, "kau tahu siapa mereka?"

"Bisa dikatakan mereka yang menjalankan bisnis ini. Mereka yang memiliki tempat ini." Jawab Angga, menahan rasa sakit karena dijambak Ali.

Sedikit mendongak, Ali menatap wajah mereka berdua. "Sebatas bisnis malam atau sekalian bisnis lainnya?"

"Bisnis apa pun itu urusan kami!"

Bum!

Ali memukul wajah pria bertato hingga terlempar beberapa meter. Sedang pria yang lain tak sempat bereaksi, ia dipaksa Ali untuk berlutut.

"Aku tahu dari caramu berbicara, kau yang paling mudah untuk berdiskusi!" Ia melempar kata sebaliknya. Ali hanya ingin mengorek semua informasi, "jadi pikirkanlah keselamatanmu sebelum menjawab pertanyaanku!" Ancam Ali.

Melihat dua orang yang ia panggil tumbang dengan mudah, laki-laki yang ada di pintu toilet ingin segera pergi. Tapi Ali memanggilnya!

"Panggil semua yang kau kenal! Bila perlu pemilik club malam ini. Aku tidak mau repot mencari mereka satu persatu!"

Tidak berapa lama setelahnya. Ali berdiri tegak di dalam toilet yang sekarang dipenuhi oleh puluhan preman yang siap menyerangnya. Wajah Ali dipenuhi dengan tekad yang tak tergoyahkan, tidak ada tanda-tanda ketakutan. Dia tahu bahwa dia tidak akan mundur.

Preman-preman itu melingkari Ali, tubuh mereka yang besar dan kuat mengancam menyerbu ke arahnya. Ali melihat sekelilingnya, mencari celah dan strategi untuk melawan.

Preman-preman itu melihat keberanian yang terpancar dari mata Ali. Mereka ragu, merasakan kekuatan dan keteguhan yang ada pada dirinya. Meskipun mereka berkumpul dalam jumlah banyak, ada keraguan di antara mereka. Seperti pernah mendengar sesuatu yang menggambarkan keberadaan Ali.

Salah satu preman berani melangkah maju dan menatap Ali dengan penuh tantangan. "Kamu berani, ya? Mari kita lihat apa yang bisa kamu lakukan sendirian!"

Ali menatap preman itu dengan dingin. "Untuk apa aku takut? Menghadapi kalian sama saja dengan menghadapi sekumpulan semut."

"Kau akan mati!" Ucap preman yang sedari tadi Ali cengkeram rambutnya.

Tanpa ragu lagi, preman-preman itu menyerang Ali hampir secara bersamaan. Namun, Ali dengan refleks yang cepat menghindari serangan mereka, menggunakan kecepatan dan ketangkasan untuk mengelak dan melawan balik.

Bentrokan itu melahirkan suara pukulan, tendangan, dan teriakan. Meskipun jumlah preman itu lebih banyak, Ali berhasil mempertahankan diri, tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Bahkan tidak sehelai rambut Ali yang berhasil mereka sentuh. Ali terlalu kuat!

Perkelahian itu tidak kurang dari satu menit. Preman-preman itu terkapar di sekeliling toilet, mengeluarkan rintihan dan keluhan kesakitan. Mereka mengetahui betapa tangguhnya Ali dan menghadapi akibat dari pertarungan tersebut. Di tengah kekacauan tersebut, Angga duduk di pojok toilet, memegang dengkulnya dengan ketakutan yang jelas terlihat di matanya.

Ali berjalan mendekati Angga dengan hati membara. Dia membungkukkan tubuhnya untuk berada di ketinggian yang sejajar dengan Angga yang terguncang.

"Jadi, kenapa bajingan sepertimu menjerumuskan adik kecilku?" Ucap Ali penuh intimidasi.

"Ak... aku tidak mengajak adikmu. Dia, dialah yang mengajakku."

Ali tambah murka, "kau menyalahkan adikku? Yang benar saja!"

Bum, Ali menghantam hidung Angga. Darah segar mengalir dari dalamnya.

"Aku bersumpah, dialah yang mengajakku. Aku tidak tahu apa-apa!" Rintih Angga sangat ketakutan. Bahkan jika ada malaikat maut di depannya, ia akan lebih bersyukur hal itu terjadi.

Salah satu preman yang terkapar tiba-tiba tertawa keras, memecah keheningan yang ada di sekeliling. Suaranya bergema di dalam toilet yang hening.

"Hahaha! Kalian tidak tahu, ya? Aku baru saja menelepon Karna, pemimpin kami, pemimpin Geng Pemburu Naga!" ucapnya dengan nada sombong.

"Pergilah Ali! Selagi kamu bisa. Meski aku benci dipukuli, aku juga prihatin dengan keadaan Neli."

"Jangan membuatku bingung Angga! Aku bisa mencabut nyawamu kapan pun!"

"Percaya atau tidak, aku tidak peduli lagi. Aku hanya menyarankanmu untuk segera pergi. Bukankah kau telah menghilang selama empat tahun ini. Seharusnya kau tetap bersama Neli! Bukannya malah mencari siapa yang salah! Jika mencari siapa yang salah sepatutnya dirimu yang harus disalahkan karena menghilang!"

Ucapan Angga membuat dada Ali begitu sesak. Dia benar. Dialah yang bersalah. Ali seperti tertimpa beban yang tidak pernah dia bayangkan.

Dalam sekejap, Karna memasuki toilet dengan langkah yang penuh keangkuhan. "Ada apa ini?" Ia melihat anggota gengnya bayak tergeletak menahan sakit.

Ali berdiri tegak, memperlihatkan aura membunuh miliknya di hadapan mereka. "Karna!"

Merasa ada yang salah, Karna berlutut tak berdaya di hadapan anak buahnya. Semua mata tak mengira bahwa Karna akan tumbang sebelum pertarungan. Siapa Ali sebenarnya, mereka tidak mengetahuinya.

“Apakah dalam gengmu, ada bisnis seperti ini?” Kata Ali penuh intimidasi.

“Tidak tuan. Kami me... memang memiliki bisnis ini, tapi kami tidak mengambil bisnis murahan seperti narkoba.”

“Aku memutuskan akan mencari yang berhubungan dengan adikku. Jadi suruh semua bawahanmu untuk mundur, tidak menghalangi pencarianku!” sorot mata Ali seperti serigala yang sedang terluka. Memancarkan kilat kemerahan, siap membunuh siapa saja.

Ali bangkit, meninggalkan toilet yang penuh dengan noda darah itu.

“Jika aku temukan ada yang menghalangiku. Aku tidak segan akan mengantar mereka menuju neraka. Termasuk dirimu. Camkan itu!”

Geram telah menghabiskan waktu sia-sia Ali bertekat mencari dan menghentikan peredaran narkoba di kota Suro.

Terpopuler

Comments

arumazam

arumazam

mantap

2023-06-08

1

Yuchen

Yuchen

Kota satu suro we bacanya, agak lain memeng we ini🗿

2023-06-03

0

Yuchen

Yuchen

uhhhh darah segar.... 😆

2023-06-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!