Kesempatan Emas

...***Mulai...

...Sabtu, 10 Juni 2023...

...Jam : 11.44***...

Kiara, gadis itu tandinya sudah sampai dipertengahan anak tangga, tapi karena dirinya penasaran dengan apa yang akan terjadi dengan kedua orangtuanya, jadi gadis berniat untuk menguping dan siapa tahu kakaknya itu kena omel ayahnya kembalikan.

Kiara memutuskan untuk berpura-pura menonton tv, agar dirinya tidak dicurigai, karena berusaha menguping bahkan sejak tadi gadis itu memaju-maju kan telinga nya kearah ruang makan yang terhalang oleh sekat tembok.

" Kenapa hening." batinnya, sungguh Kiara sudah merasa bosan sekarang, karena acara menguping nya malah gagal, karena orang tuanya benar-benar tidak berbicara, apalagi ayahnya yang biasanya suka mencari kesalahan Rian dan memarahi nya dengan suara yang keras, tapi kini tidak ada suaranya sama sekali dan hal itu membuat Kiara tampak frustasi, apalagi dirinya mulai pegal, karena terus-terusan menelengkan kepalanya dengan mata yang fokus kearah tv.

" Hmmm, sebenarnya apa yang membuat ayah dan ibu tidak berbicara sih." gerutunya.

" Aku benar-benar penasaran apa penyebabnya, oh atau mungkin ini semua gara-gara bang Rian, makannya ayah sama ibu jadi diem-dieman." sambungnya.

" Hais sampai kapan sih bang Rian mau buat masalah terus dan bikin ayah tidak marah karena tindakan nya itu." gerutunya kembali.

Tap

Suara langkah kaki seseorang mengalihkan antensi Kiara dan disana Rian sedang berjalan menuju kearah undakan tangga, bahkan keduanya tampak bertatap-tatapan, tapi hanya sebentar karena Kiara langsung memutus kontak mata keduanya, dirinya terlalu malas jika melihat wajah kakaknya itu, sungguh ingin sekali rasanya Kiara mencakarnya, apalagi wajahnya yang selalu datar seperti kaya papan tripleks membuatnya semakin kesal kepada sang kakak.

Sedangkan didapur sepasang suami-istri menghela napas lega, setelah Rian pergi meninggalkan keduanya disana dan entah kenapa atmosfer nya sangat suram barusan.

" Hais dia itu kenapa selalu bersikap dingin dengan keluarga nya sih." kesal Aryuga.

" Sabar mas jangan marah, darah tinggi kamu nanti naik lagi." ujar sang istri menenangkan.

" Aku benar-benar tidak habis pikir Alia, sejak kapan putra kita itu menjadi tidak memiliki ekspresi sama sekali." balasnya.

" Aku juga tidak tahu mas sejak kapan Ian berubah." Alianza.

" Apa mungkin karena kita terlalu sibuk, jadi kita tidak tahu dengan perubahan sikapnya itu." tanya Aryuga.

" Mungkin." Alianza.

" Ah sudahlah aku pusing jika harus memikirkan anak itu, aku ke ruang tamu dulu." ujar Aryuga dan pergi meninggalkan Alianza sendirian di meja makan.

"Apa yang harus aku lakukan." tanyanya entah kepada siapa.

Alianza yang merasa pusing memikirkan soal Rian, memutuskan untuk membereskan meja makan yang penuh dengan piring kotor, wanita itu membawa beberapa piring kotor itu menuju ke wastafel dan dia melakukannya dengan tiga balik, setelah nya wanita itu mulai mencuci piring dan alat makan lainnya sampai dengan bersih.

" Lagi ngapain." ujar sang ayah yang membuat Kiara terkejut, mungkin dirinya terlalu asik melamun sampai tidak menyadari kehadiran sang ayah.

" Ayah, ish ngagetin aja." kesalnya membuat sang ayah terkekeh merasa gemas dengan anak gadisnya itu.

" Salahmu sendiri melamun." ujarnya yang membuat Kiara memberenggut lucu.

" Ya makannya aba-aba dulu biar aku tidak kaget." balasnya.

" Heh mana ada begitu." ujar sang ayah heran, ya masalahnya dimana-mana orang kalau kaget gak diberi tahu dulu mau dikageti kan.

" Hmm." balas Kiara malas membuat sang ayah geleng-geleng kepala melihat tingkah sang anak.

Disaat keduanya sedang berbincang-bincang Alianza datang dan bergabung dengan keduanya, bahkan mereka bertiga terlibat percakapan yang lucu, apalagi melihat Kiara yang tampak tertawa bahagia, sedangkan Rian, laki-laki itu hanya memperhatikannya dari lantai dua.

Rian tadinya ingin kedapur untuk mengambil air, karena pasokan air di kamarnya sudah habis, tapi belum juga kakinya menapak kelantai bawah, dirinya sudah mendengar gelak tawa seseorang dan ternyata tawa itu milik Kiara.

Gadis itu tampak bahagia begitu juga dengan kedua orang tua, Rian merasa bahwa dirinya benar-benar sudah tidak dipedulikan lagi, bahkan ketiganya tertawa dengan lebarnya tanpa tahu bahwa dirinya sedang memperhatikan ketiganya.

Tes

Rian terkejut saat dirinya meneteskan air mata, dengan kasar dirinya menghapus air matanya itu, dirinya tidak ingin terlihat lemah oleh orang lain, dan itu sebabnya dirinya selalu memasang topeng.

Pada akhirnya Rian kembali kekamarnya lagi, karena dirinya tidak ingin merasa sakit hati dengan melihat ketiganya, sungguh ingin sekali Rian berteriak kepada semesta bahwa dirinya ingin sekali menyerah.

" Ini terlalu menyakitkan." gumamnya sembari meremat dada kirinya yang berdenyut nyeri.

" Hais Rian jangan cengek kau itu laki-laki." makinya.

Rian memutuskan untuk mengalihkan perhatiannya bermain game diponsel miliknya, sungguh ini terlalu menyakitkan untuknya.

Baru beberapa menit dirinya bermain, tiba-tiba perutnya terasa mulas, jadi Rian memutuskan untuk pergi ke kamar mandi beserta dengan ponselnya, maklum dirinya terlalu gabut jika harus berjongkok dengan lama, jadi dia memutuskan untuk membawa ponselnya dan bermain game disana.

Sedangkan Kiara, gadis itu sedikit termenung, dirinya tidak sengaja melihat kakaknya tadi dan entah penglihatan nya yang buruk atau apa, dia merasa kakaknya itu sedang menangis tadi.

" Apa yang terjadi dengannya." batinnya bertanya-tanya.

Ah gadis ini benar-benar tidak peka sekali dengan sekitar, bahkan nyaris tidak peduli, ya karena yang gadis itu perdulikan hanya dirinya sendiri, itu sebabnya Kiara tidak pernah merasa bersalah dengan siapapun, tanpa dirinya tahu ketidak pekaannya itulah yang akan mengantarkannya kepada kematiannya sendiri.

" Ada apa." tanya sang ibu, karena melihat Kiara yang tampak melamun.

" Ah bukan apa-apa Bu." balas Kiara dibarengi dengan senyuman nya yang tampak terlihat dipaksakan.

Alianza yang mendengar jawaban dari sang anak hanya bisa mengangguk mengiyakan, dirinya tidak terlalu ikut campur dengan masalah sang anak, karena dirinya yakin bahwa Kiara dan Rian pasti bisa menyelesaikan permasalahan keduanya.

" Bahkan tadi pun kau melamun." ujar sang ayah.

" Apa sih yang kamu lamunkan." tanyanya kepo.

" Bukan apa-apa ayah, ish jangan kepo." balas Kiara jangan lupa dengan tatapan julidnya.

" Hah__ terserah kamu saja." balas sang ayah dan mulai fokus kearah televisi yang sejak tadi menyala.

" Ibu ayah aku tidur duluan ya." ujar nya.

" Yaudah gih tidur, takutnya besok kamu kesiangan bangunnya." balas sang ibu.

Setelah mendapatkan jawaban dari sang ibu, Kiara memutuskan untuk pergi menuju ke kamarnya, tidak lupa dia juga mengecup pipi kedua orang tuanya, tanda bahwa dirinya sangat menyayangi kedua orangtuanya itu.

" Selamat malam girl." teriak sang ayah karena Kiara sudah sedikit jauh dari tempatnya duduk.

" Selamat malam ayah ibu." balasnya Kiara sedikit berteriak juga.

Tap

Langkah kaki Kiara terhenti didepan pintu kamar sang kakak yang terbuka sedikit, Kiara tampak menimbang sesuatu didalam pikirannya itu.

" Pintunya terbuka tumben sekali." batinnya.

" Apa dia ada dikamar." sambungnya.

Karena penasaran Kiara pun memutuskan untuk melongokan kepalanya dan waw tidak ada siapapun disana.

" Kemana dia." batinnya bertanya-tanya.

" Mungkinkah dia sedang dikamar mandi." sambungnya lagi.

" Hehehe bukankah ini kesempatan untukku." gumamnya.

Kiara pun memutuskan untuk memasuki kamar sang kakak dan memastikan bahwa kakaknya itu benar-benar tidak ada di dalam kamar.

......***Selesai......

...Minggu, 11 Juni 2023...

...Jam : 21.00...

...Dipublikasikan : Minggu, 11 Juni 2023...

...Jam : 21.02***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!